بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
SEPULUH PERKARA PUASA YANG PENTING KITA KETAHUI
 
Puasa adalah ibadah sangat agung yang mempunyai tuntunan syariat. Maka wajib bagi seorang Muslim untuk memelajari hukum yang berkaitan dengan puasa, sehingga puasanya sesuai dengan apa yang Rasulullah ﷺ ajarkan.
 
Berkata Asy-Syaikh Al ‘Allamah Shaleh Al Fauzan hafidzahullah:
“Demikanlah seharusnya seorang Muslim untuk memelajari hukum shaum (puasa), dan berbuka, waktu, dan sifatnya, sehingga dapat melaksanakan puasa sesuai dengan apa yang disyariatkan, sesuai dengan Sunnah Rasulullah ﷺ, sehingga puasanya benar dan diterima di sisi Allah. Maka yang demikian itu (memelajari puasa –pent) termasuk perkara penting, sebagaimana Allah ﷻ berfirman:
 
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرا
 
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang berharap (rahmat) Allah, dan kedatangan Hari Kiamat, dan dia banyak menyebut Allah.” [QS. Al Ahzab: 21] – [Al Mulakhos Al Fiqhi, hlm. 306]
 
Berikut ini penjelasan ringkas tentang puasa Ramadan.
 
Pertama: Pengertian Puasa
 
Puasa secara bahasa adalah menahan diri dari sesuatu.
 
Adapun secara istilah syariat, puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan semua hal yang membatalkan puasa, dari terbitnya fajar shadiq hingga tenggelamnya matahari, disertai niat.
 
Kedua: Hukum Puasa Ramadan
 
Puasa Ramadan hukumnya wajib, berdasarkan Alquran, as Sunnah dan Ijmak. Barang siapa yang mengingkari kewajibannya, maka sungguh dia telah kafir. Dan barang siapa yang tidak melaksanakan ibadah puasa tanpa ada uzur, maka dia telah melakukan perbuatan dosa besar.
 
Allah ﷻ berfirman:
 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
 
“Wahai orang-orang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.“ [QS. Al Baqarah: 183]
 
Dalil dari hadis:
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
بُنِيَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ ، وَإِقَامِ الصَّلاَةِ ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ ، وَصَوْمِ رَمَضَانَ
 
“Islam itu dibangun di atas lima perkara, Syahadat (persaksian) Laa Ilaha Illallah Muhammadarrasulullah (Tidak ada Ilah/Sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah, dan Muhammad utusan Allah), mendirikan salat, menunaikan zakat, pergi haji, dan puasa Ramadan.” [HR. Bukhari dan Muslim]
 
Ketiga: Rukun-Rukun Puasa
 
a) Menahan diri dari pembatal puasa semenjak terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari
 
Allah ﷻ berfirman:
 
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ
 
”Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.“ [QS. Al Baqarah: 187]
 
b) Berniat
 
Maksudnya, ketika menahan diri dari semua pembatal puasa ini, orang yang berpuasa meniatkannya untuk beribadah kepada Allah ﷻ.
 
Keempat: Keutamaan Puasa Ramadan
 
Keutamaan puasa Ramadan sangatlah banyak. Di antaranya adalah Allah ﷻ akan mengampuni dosa orang yang berpuasa Ramadan ikhlas karena-Nya.
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
 
“Barang siapa yang berpuasa Ramadan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” [HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760]
 
Yang dimaksud berpuasa atas dasar iman, yaitu berpuasa karena meyakini akan kewajiban puasa. Sedangkan yang dimaksud ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah taala. [Lihat Fathul Bari, 4: 115]
 
Kelima: Hikmah Disyariatkan Puasa Ramadan
 
• Puasa membersihkan dan menyucikan jiwa dari akhlak yang rendah.
• Puasa melatih manusia untuk zuhud terhadap dunia.
• Puasa membangkitkan rasa belas kasihan kepada orang-orang miskin, dan ikut merasakan penderitaan mereka.
 
Keenam: Syarat Wajibnya Puasa Ramadan
 
a) Islam
Puasa tidak wajib bagi orang kafir dan tidak sah.
 
b) Baligh
Puasa tidak wajib bagi anak kecil. Namun seyogyanya orang tua melatih anaknya untuk berpuasa.
 
c) Berakal
Puasa tidak wajib atas orang gila.
 
d) Sehat
Orang yang sakit yang tidak mampu puasa tidak diwajibkan berpuasa.
 
e) Mukim
Puasa tidak wajib bagi musafir.
 
f) Tidak sedang haid dan nifas
Tidak boleh wanita yang sedang haid dan nifas berpuasa.
 
Ketujuh: Uzur Yang Membolehkan Seseorang Berbuka/ Tidak Puasa Pada Waktu Ramadan
 
a) Orang sakit yang diharapkan kesembuhannya
Ia boleh berbuka puasa/tidak berpuasa, dan menganti puasanya di waktu yang lain.
 
b) Orang sakit yang tidak diharapkan kesembuhannya
Boleh baginya berbuka berpuasa/tidak berpuasa, dan wajib baginya membayar fidyah.
 
c) Orang lanjut usia yang tidak mampu berpuasa
Boleh baginya berbuka puasa, dan wajib baginya membayar fidyah dengan memberi makan satu orang miskin, setiap harinya yang ia tidak berpuasa.
 
d) Musafir
Boleh baginya berbuka puasa, tapi wajib baginya mengganti puasa di hari yang lain.
 
e) Wanita yang haid dan nifas
Wajib baginya berbuka puasa. Tidak boleh baginya untuk berpuasa. Dan wajib baginya untuk menqadhanya di hari yang lain.
 
f) Wanita hamil dan menyusui yang mengkhawatirkan dirinya, atau mengkhwatirkan bayinya, boleh baginya berbuka puasa.
 
g) Wanita hamil atau menyusui mengganti puasa yang ia tinggalkan itu, jika ia berbuka karena khawatir terhadap dirinya.
 
h) Jika wanita yang hamil atau menyusui mengkhawatirkan janin/bayinya, dia mengadha puasa dan memberi makan satu orang miskin untuk setiap hari yang dia tinggalkan.
 
Kedelapan: Pembatal Puasa
 
a) Makan dan minum dengan sengaja. Adapun kalau karena lupa, tidak membatalkan puasa.
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
مَنْ نَسِىَ وَهُوَ صَائِمٌ فَأَكَلَ أَوْ شَرِبَ فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللَّهُ وَسَقَاهُ
 
”Barang siapa yang lupa makan dan minum padahal dia sedang berpuasa, maka sempurnakanlah puasanya. Sesungguhnya Allah telah memberinya makan dan minum.” [HR. Bukhari dan Muslim]
 
b) Melakukan hubungan suami istri.
 
Para ulama sepakat tentang batal dan berdosanya orang yang melakukan hubungan suami istri di siang hari Ramadan.
 
c) Muntah dengan sengaja.
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
مَنْ ذَرَعَهُ قَىْءٌ وَهُوَ صَائِمٌ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قَضَاءٌ وَإِنِ اسْتَقَاءَ فَلْيَقْضِ
 
”Barang siapa yang muntah dengan tanpa disengaja dan dia dalam keadaan puasa, tidak ada qadha baginya. Dan apabila disengaja untuk muntah, maka wajib baginya qadha.” [HR. Abu Dawud disahihkan oleh Syaikh al-AlBani]
 
d) Berbekam
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَفْطَرَ الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُومُ
 
“Orang yang membekam dan yang dibekam sama-sama berbuka.” [HR. Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah dan disahihkan syaikh Al Albani]
 
e) Keluar haid dan nifas
 
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ قُلْنَ بَلَى قَالَ فَذَلِكَ مِنْ نُقْصَانِ دِينِهَا
 
”Bukakankah jika haid dia tidak salat dan tidak berpuasa? Maka kami berkata, benar. inilah bentuk kekurangan pada agamanya.” [HR. Muslim]
 
f) Berniat berbuka sebelum waktunya
 
g) Murtad
 
Allah ﷻ berfirman:
 
لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
 
”Jika kamu memersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu.“ [QS Az Zummar: 65]
 
Kesembilan: Hal-Hal Yang Disunnahkan Ketika Puasa
 
a) Makan Sahur
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
تَسَحَرُّوا فإنَّ في السَّحُور بَرَكَة
 
“Makan sahurlah, karena sesungguhnya pada makan sahur terdapat keberkahan.” [HR. Bukhari dan Muslim)
 
b) Mengakhirkan Sahur
 
Dari Zaid bin Tsabit berkata, “Kami makan sahur bersama Rasulullah ﷺ, kemudian beliau bangkit untuk mengerjakan salat. Saya (Anas bin Malik) berkata: ‘Berapa lama jarak antara keduanya?’
Beliau menjawab, ‘(sepanjang pembacaan) lima puluh ayat.’” [HR. Bukhari dan Muslim]
 
c) Menyegerakan Berbuka
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ
 
“Senantiasa manusia di atas kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” [HR. Bukhari dan Muslim]
 
d) Berbuka dengan Ruthab (kurma segar). Kalau tidak ada dengan kurma kering. Jika tidak ada dengan beberapa teguk air
 
Datang sebuah hadis yang menerangkan dengan apa Rasulullah ﷺ berbuka puasa, dari Anas menuturkan:
 
يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّىَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
 
“Adalah Rasulullah ﷺ berbuka dengan beberapa buah ruthab (kurma yang menguning yang hampir matang) sebelum mengerjakan salat. Apabila tidak ada ruthab, dengan beberapa kurma (matang). Dan kalau kurma tidak ada, dengan beberapa teguk air.” [HR. Abu Dawud no 2358 dihasankan oleh Syaikh Muqbil di al-jami’ as-Shahih:2/419-420]
 
Berkata asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah:
 
“Kemudian penulis (An-Nawawi) telah menyebutkan, bahwa yang utama berbuka dengan,
• Ruthab (kurma yang menguning yang hampir matang).
• Jika tidak ada dengan tamr (kurma yang matang).
• Jika tidak ada dengan air.
 
Dikarenakan Nabi ﷺ berbuka dengan beberapa butir rutab yang sedikit, tidak banyak, tidak sepantasnya dia (seseorang) memakan makanan yang banyak ketika berbuka. Dikarenakan perut yang kosong jika kamu sekaligus makan banyak, maka ini akan membahayakanmu. Beri sedikit demi sedikit, makan sedikit ketika berbuka…” [Syarh Riyadhus Shalihin:5/289]
 
Jika tidak ada, maka dengan sesuatu makanan yang Allah ﷻ mudahkan baginya dari makanan yang halal.
 
e) Berdoa Ketika Berbuka puasa
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَالإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
 
“Ada tiga gologan yang doanya tidak tertolak, yaitu orang yang berpuasa hingga berbuka, imam yang adil, dan orang yang dizalimi.” [HR. At Tirmidzi, al Baihaqi dan disahihkan oleh syaikh Al Albani]
 
f) Memerbanyak Sedekah, Membaca Alquran, Menyediakan Berbuka, dan Amalan Saleh Lainnya
 
g) Bersungguh-sungguh dalam Melaksanakan Salat Tarawih
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
 
“Barang siapa yang salat pada malam Ramadan (Salat Tarawih) karena iman dan mengharap pahala dari Allah, diampuni dosanya apa yang telah lalu.” [HR. Bukhari dan Muslim]
 
h) Umrah
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
عُمرَةٌ في رمَضَانَ تَعدِلُ حجة أَوْ حَجَّةً مَعِي
 
“Sesungguhnya umrah pada waktu Ramadan sebanding haji atau haji bersamaku.” [HR. Bukhari dan Muslim]
 
i) Mengucapkan, “Sesungguhnya aku sedang berpuasa” Jika Dicela dan Dicaci Orang
 
Kesepuluh: Hal Yang Dimakruhkan Ketika Puasa
 
a) Berlebihan dalam berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukan air ke hidung).
 
b) Mencium istri bagi laki-laki yang dikhawatirkan akan bangkit syahwatnya dan tidak bisa menahan diri.
 
c) Menelan dahak.
 
d) Mencicipi makanan tanpa ada suatu kebutuhan. Boleh bila dibutuhkan, oleh seorang koki misalnya, dengan menjaga tidak sampai masuk ke tenggorokkan.
 
Wallahu a’lam bish shawwab. (AJ)
 
Sumber:
Al Fiqih al Muyasar
Mulakhos al Fiqhi
akhwat.net
Dll
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
 
SEPULUH PERKARA PUASA YANG PENTING KITA KETAHUI
SEPULUH PERKARA PUASA YANG PENTING KITA KETAHUI
SEPULUH PERKARA PUASA YANG PENTING KITA KETAHUI.