بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

SEPULUH HAL YANG WAJIB DIKETAHUI SEBELUM BERKUNJUNG KE KOTA NABI

Berikut ini adalah nasihat bagi kaum Muslimin yang hendak berkunjung ke kota Madinah, sebaik-baik tempat untuk dikunjungi, kota hijrah dan nushrah, kota Nabi ﷺ, serta kota para sahabat mulia Muhajirin dan Anshar.

  1. Madinah Kota Paling Mulia Setelah Mekkah

Sepantasnya bagi setiap Muslim mengetahui hak-haknya, menghormatinya, menjaga kemuliaannya,  kesuciannya dan beradab dengan sebaik-baik adab. Karena Allah subhanahu wata’ala mengancam orang yang menodai kesucian kota ini dengan azab yang pedih.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dari Nabi ﷺ bersabda:

المدينة حرم، فمن أحدث فيها حدثًا أو آوى محدِثًا فعليه لعنة الله والملائكة والناس أجمعين، لا يقبل الله منه يوم القيامة صرفًا ولا عدلاً

“Madinah adalah Tanah Suci. Barang siapa yang melakukan bid’ah dan perbuatan dosa di dalamnya, atau melindungi pelakunya, maka baginya laknat Allah,  para malaikat dan manusia seluruhnya. Kelak di Hari Kiamat,  Allah tidak akan menerima darinya, amalan wajib ataupun sunnah” (HR. Bukhari no. 1867 dan Muslim no. 1370)

Barang siapa yang berbuat dosa di kota Madinah atau melindungi pelakunya, membawanya dan memberi penjagaan kepadanya, maka sungguh dia telah meceburkan diri ke dalam azab yang pedih.

Dan dosa terbesar adalah menodai kesucian kota Madinah dengan menyiaarkan amalan-amalan bid’ah dan perkara baru dalam agama, mengeruhkan kota ini dengan khurafat, penyimpangan, mengotori buminya yang suci dengan menyebarkan artikel-artikel bid’ah,  buku-buku kesyirikan dan semua bentuk penyelisihan terhadap syariat Islam dengan berbagai bentuk kemungkaran dan perkara haram. Orang yang berbuat bid’ah dan orang yang melindungi pelakunya akan menanggung dosa yang sama.

Sungguh sangat ironis, di saat kaum Muslimin berusaha menjaga kesucian dua kota ini, kemudian segelintir orang datang mencemarinya dengan perbuatan yang memalukan. Tak terkecuali hal ini dilakukan oleh sebagian jamaah haji Indonesia yang kedapatan membawa sarana kesyirikan seperti rajah, jimat atau sarana kemaksiatan seperti obat kuat dan yang lainnya. Tidakkah ia ingat bahwa haji adalah salah satu rukun Islam, Madinah dan Mekkah adalah dua kota suci yang sepantasnya dimuliakan dan diagungkan?

  1. Berkunjung ke Masjid Nabawi hukumnya sunnah, bukan wajib. Tidak terkait dengan ibadah haji, bukan pula penyempurna ibadah-ibadah haji.

Hadis-hadis yang mengaitkan ziarah kubur Nabi ﷺ dengan haji, semuanya hadis palsu dan dusta.

Barang siapa yang melakukan safar ke kota Madinah dengan maksud berkunjung ke Masjid Nabawi,  sholat di dalamnya, maka amalannya tersebut benar dan patut disyukuri.

Sebaliknya orang yang melakukan safar ke Madinah dengan maksud berziarah kubur, meminta pertolongan (isti’anah) kepada orang mati di dalam kubur, maka tujuannya tersebut rusak dan tercela.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

لا تُشَدّ الرحال إلا إلى ثلاثة مساجد: المسجد الحرام، ومسجدي هذا، والمسجد الأقصى

“Janganlah bersusah payah melakukan perjalanan, kecuali pada tiga masjid: Masjidil Haram, masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Masjidil Aqsha.” (HR. Bukhari no. 1189 dan Muslim no. 1397)

Dari Jabir radhiyallahu’anhuma, dari Rasulullah ﷺ bersabda:

إن خير ما رُكبت إليه الرواحل مسجدي هذا والبيت العتي

“Sebaik-baik tempat yang dituju oleh seseorang yang melakukan perjalanan adalah masjidku ini (Masjid Nabawi) dan Baitul Atiq (Masjidil Haram).” (HR. Ahmad, 3/350. Dinilai Shahih oleh Al Albani dalam Assilsilab Ashshahihah no.1648

  1. Pahala Sholat Di Masjid Nabawi Akan Dilipatgandakan

Baik itu sholat sunnah ataupun sholat fardhu, menurut pendapat yang benar di antara dua pendapat ulama. Sabda Nabi ﷺ:

صلاة في مسجدي هذا أفضل من ألف صلاة فيما سواها إلا المسجد الحرام

“Sholat di masjidku ini lebih utama 1000 kali sholat di masjid lainnya, kecuali Masjidil Haram.” (HR. Bukhari no. 1190 dan Muslim no. 1394

Ada pengecualian lainnya,  bahwa sholat sunnah yang di lakukan di rumah lebih baik daripada sholat di masjid, meskipun pahala sholat di masjid tersebut dilipat gandakan. Berdasarkan sabda Nabi ﷺ:

فإن أفضل الصلاة صلاة المرء في بيته إلا المكتوبة

“Sebaik-baik sholat adalah sholat yang dilakukan seseorang di dalam rumahnya, kecuali sholat fardhu.” (HR. Bukhari no. 731 dan Muslim no. 781)

  1. Tidak boleh mencari berkah dengan bagian apapun dari bangunan Masjid Nabawi. Seperti tiang-tiang, tembok, pintu-pintu, mihrab, mimbar, dengan mengusap atau menciumnya. Begitu pula tidak boleh mencari berkah dengan Hujrah Nabawiyyah (rumah Nabi) dengan menyentuh, mengusap, menciumnya atau mengusapkan pakaian ke tembok hujrah atau melakukan thawaf (mengelilinginya). Barang siapa melakukan satu di antara perkara tersebut, wajib baginya untuk bertaubat dan tidak mengulanginya.
  1. Disyariatkan bagi pengunjung Masjid Nabawi melakukan sholat sunnah dua rakaat atau lebih di Raudhah, tempat yang mulia. Berdasarkan hadis Nabi ﷺ:

ما بين بيتي ومنبري روضة من رياض الجنة، ومنبري على حوضي

“Antara rumahku dengan mimbar adalah Raudhah,  taman di antara taman Surga. Dan mimbarku berada di atas telagaku.” (HR. Bukhari no. 1196 d Muslim no. 1391)

Dari Yazid bin Abi Ubaid berkata:”Aku datang bersama Salamah bin Al Akwa’, kemudian beliau  sholat di samping tiang yang ada mushaf, yaitu Raudhah Asy Syarifah. Aku pun bertanya: ‘Wahai Abu Muslim, aku melihatmu lebih suka sholat di samping tiang ini.’

Jawab beliau:  “Sungguh aku melihat Nabi ﷺ lebih memilih sholat di sisi tiang ini.” (HR.Bukhari no. 502 dan Muslim no. 509)

Perlu diperhatikan, meskipun dianjurkan bersemangat melakukan sholat di Raudhah, namun tidak diperkenankan bagi seseorang menyakiti orang lain (untuk sampai ke Raudhah), atau mendorong orang-orang lemah atau melangkahi pundak-pundak orang lain.

  1. Disyariatkan bagi pengunjung kota Madinah untuk menyempatkan diri berziarah ke masjid Quba dan sholat di dalamnya.

Hal ini dilakukan dalam rangka meneladani Rasulullah ﷺ dan agar memeroleh pahala umrah

Dari Sahl bin Hanif berkata:  Rasulullah ﷺ bersabda:

من خرج حتى يأتي هذا المسجد ـ يعني: مسجد قباء ـ فيصلي فيه كان كعدل عمرة

“Barang siapa yang keluar hingga sampai di masjid ini, yaitu masjid Quba’, kemudian sholat di dalamnya, maka pahalanya setara dengan pahala umrah.” (HR. Ahmad,  3/487, An Nasai no. 699 dan dinilai Shahih oleh Al-Albani dalam Shahihut Targhib no.1180, 1181)

Diriwayatkan Ibnu Majah:

من تطهّر في بيته ثم أتى مسجد قباء فصلى فيه صلاة كان له أجر عمرة

“Barang siapa yang bersuci di rumahnya, kemudian mendatangi masjid Quba’serta sholat di dalamnya, maka baginya pahala umrah.” (HR. Ibnu Majah no. 1412)

Dalam Shahihain disebutkan:

أن رسول الله كان يأتي مسجد قباء كل سبت ماشيًا وراكبًا فيصلي فيه ركعتين

“Bahwa Rasulullah mendatangi masjid Quba’ setiap Sabtu dengan berjalan kaki, dan (terkadang) menaiki kendaraan, kemudian beliau sholat dua rakaat.” (HR. Bukhari no. 1191 dan Muslim no. 1399)

  1. Tidak disyariatkan berkunjung ke masjid lain di kota Madinah, selain dua masjid ini, yaitu Masjid Nabawi dan Masjid Quba’.

Begitu pula tidak diperbolehkan napak tilas tempat-tempat atau masjid lain yang pernah digunakan Rasulullah ﷺ untuk sholat, atau yang pernah digunakan para sahabat, dengan tujuan ibadah seperti berdoa, sholat dan yang lainnya. Karena perbuatan ini tidak ada dalilnya baik dari Alquran,  sunnah dan perbuatan para sahabat radhiyallahu’anhum.

Dari Ma’rur bin Suwaid rahimahullah berkata:

“Suatu ketika  kami pergi bersama Umar Ibnul Khaththab. Di tengan perjalanan kami menjumpai sebuah masjid. Orang-orang berlomba-lomba sholat di dalamnya. Lantas Umar berkata:  “Ada apa dengan mereka?”

Mereka menjawab;  “Ini adalah masjid yang pernah digunakan Rasulullah ﷺ sholat di dalamnya.”

Umarpun berkata:  “Wahai manusia, sesuatu yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah mengikuti perkara seperti ini, hingga mereka menjadikannya sebagai tempat ibadah. Barang siapa yang mendapati waktu sholat, silakan sholat di dalamnya. Barang siapa yang tidak mendapati waktu sholat, maka silakan berlalu.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf no. 7550).

Dan ketika Umar Ibnul Khaththab mendapati orang-orang mendatangi pohon yang dulunya dijadikan tempat berbaiat kepada Nabi ﷺ, maka Umar memerintahkan untuk menebangnya. (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf no. 7545)

  1. Disyariatkan bagi kaum laki-laki yang mendatangi Masjid Nabawi untuk berziarah kubur Nabi ﷺ dan dua kubur sabahat beliau, Abu Bakar dan Umar radhiyallahu’anhuma. Yaitu dengan cara mengucapkan salam pada mereka, dan mendoakan mereka. Adapun bagi wanita, tidak diperbolehkan ziarah kubur, berdasarkan pendapat paling benar di antara dua pendapat ulama.

Berdasarkan hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma:

أن النبي لعن زائرات القبور

“Sungguh Nabi ﷺ melaknat wanita yang menziarahi kubur.” (HR. Abu Dawud no. 3236, At Tirmidzi no. 320 dan Ibnu Majah no. 1575 dan dinilai Shahih oleh Al Albani dalam Ishlahul Masjid)

Tata Cara Ziarah Kubur Nabi

Menghadapkan wajahnya ke arah kubur dan mengucapkan:

السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ الله

“Assalamu’alaika ya Rasulullah”

Kemudian bergeser ke samping kanan kira-kira satu Dzira’ (lengan), dan mengucapkan salam kepada Abu Bakar:

السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا أَبَا بَكْرٍ

“Asslamu’alaika ya Aba Bakr”.

Kemudian bergeser lagi ke samping kanan kurang lebih satu Dzira’ (lengan), untuk mengucapkan salam kepada Umar Ibnul Khaththab:

السَّلاَمُ عَلَيْكَ يَا عُمَر

“Assalamu’alaika ya Umar”.

  1. Disyraiatkan bagi laki-laki berziarah di pekuburan Baqi Al Gharqad dan para syuhada perang Uhud, untuk mengucapkan salam dan mendoakan mereka.

Dari Baridah radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah ﷺ mengajarkan para sahabat jika mereka keluar untuk berziarah kubur:

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُونَ ، نَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمْ الْعَافِيَةَ

 

AS SALAAMU ‘ALAIKUM AHLAD DIYAARI MINAL MUKMINIIN WAL MUSLIMIIN WA INNAA INSYAA`ALLAHU BIKUM LAAHIQUUN AS ALULLAHA LANAA WALAKUMUL ‘AAFIYAH

“Semoga keselamatan tercurahkan kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari kalangan orang-orang Mukmin dan Muslim. Dan sesungguhnya kami insyaallah akan menyusul (bergabung bersama kalian -pen). Kami memohon kepada Allah, keselamatan untuk diri kami dan untuk kalian.” (HR. Muslim dalam Shahihnya, no. 974-975)

  1. Ada dua tujuan agung disyariatkan ziarah kubur:
  1. Bagi penziarah agar dapat mengambil pelajaran dan mengingat kematian.
  2. Bagi yang diziarahi agar mendapatkan doa dari yang berziarah, permohonan rahmat dan ampunan.

 

****

Sumber: ar.islamway.net

Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Wanitasalihah.Com dengan sedikit tambahan.