بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
SATU KEBAIKAN MINIMAL DIBALAS DENGAN SEPULUH KEBAIKAN
 
Setiap kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba bukan hanya dibalas satu kebaikan semisal, namun karena kemurahan Allah, dibalas dengan sepuluh kebaikan, bahkan bisa berlipat hingga 700 kalinya. Bahkan jika hanya bertekad untuk melakukan amalan baik namun ada halangan, itu pun bisa dicatat sebagai satu kebaikan.
 
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « يَقُولُ اللَّهُ إِذَا أَرَادَ عَبْدِى أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً فَلاَ تَكْتُبُوهَا عَلَيْهِ حَتَّى يَعْمَلَهَا ، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا بِمِثْلِهَا وَإِنْ تَرَكَهَا مِنْ أَجْلِى فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً وَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْمَلَ حَسَنَةً فَلَمْ يَعْمَلْهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً ، فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةٍ »
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Allah Taala berfirman, Jika hamba-Ku bertekad melakukan kejelekan, janganlah dicatat hingga ia melakukannya. Jika ia melakukan kejelekan tersebut, maka catatlah SATU kejelekan yang semisal. Jika ia meninggalkan kejelekan tersebut karena-Ku, maka catatlah SATU kebaikan untuknya. Jika ia bertekad melakukan SATU kebaikan, maka catatlah untuknya SATU kebaikan. Jika ia melakukan kebaikan tersebut, maka catatlah baginya SEPULUH kebaikan yang semisal, hingga 700 kali lipat.” [HR. Bukhari no. 7062 dan Muslim no. 129]
 
Penjelasan:
 
Hadis ini adalah Hadis Qudsi (maknanya dari Allah dan lafalnya dari Nabi ﷺ). Hadis ini berisi faidah mengenai perbuatan hamba. Hadis ini dikuatkan dengan firman Allah ﷻ:
 
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
 
“Barang siapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa yang membawa perbuatan jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” [QS. Al An’am: 160]
 
Beberapa faidah dari hadis di atas:
 
1. Penetapan bahwa Allah itu berbicara, karena disebutkan dalam hadis: يَقُولُ اللَّهُ (Allah berfirman).
 
2. Penetapan adanya Ubudiyah (peribadatan) khusus, yaitu Ubudiyah yang dilakukan oleh orang beriman.
 
3. Hadis di atas merupakan sanggahan bagi Jabariyah yang menyatakan, bahwa manusia itu dipaksa oleh Allah dalam berbuat. Dalam hadis ini jelas dinyatakan, bahwa manusia itu punya kehendak dan amalan dari dirinya sendiri.
 
4. Balasan amalan hamba dihitung dengan bilangan.
 
5. Allah mewakilkan pada malaikat untuk mencatat kebaikan dan kejelekan. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam ayat:
 
كَلَّا بَلْ تُكَذِّبُونَ بِالدِّينِ (9) وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ (10) كِرَامًا كَاتِبِينَ (11) يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ (12)
 
“Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah), dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu). Mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS. Al Infithar: 10-12]
 
6. Hadis ini menunjukkan, bahwa malaikat itu mengetahui setiap amalan hamba, sampai pun kehendak (tekad atau niat) mereka di dalam hati.
 
7. Siapa yang bertekad melakukan kebaikan namun tidak bisa ia amalkan, maka malaikat akan mencatat satu kebaikan untuknya.
 
8. Jika seorang hamba melakukan suatu amal kebaikan yang telah ia niatkan, maka dicatat untuknya sepuluh kebaikan, hingga bisa berlipat sampai 700 kali.
 
9. Jika seorang hamba bertekad melakukan kejelekan lantas tidak jadi dilaksanakan karena Allah, maka dicatat baginya satu kebaikan.
 
10. Jika meninggalkan kejelekan bukan karena Allah namun karena kurang semangatnya, atau karena tidak mampunya dia saat itu, maka tidak dicatat untuknya kebaikan, dan tidak pula kejelekan.
 
11. Jika seorang hamba melaksanakan suatu kejelekan, maka dicatat baginya satu kejelekan saja.
 
12. Balasan Allah bagi yang berbuat kebaikan adalah atas dasar fadhl (pemberian karunia) dan balasan-Nya. Bagi yang berbuat kejelekan adalah atas dasar ‘adl (keadilan).
 
13. Malaikat diperintahkan oleh Allah untuk mencatat apa yang hamba lakukan dan apa yang ditinggalkan.
 
14. Hadis ini menunjukkan dorongan untuk melakukan amalan kebaikan dan meninggalkan kejelekan.
 
15. Yang dimaksud kebaikan adalah setiap yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan, baik dengan perintah wajib maupun sunnah. Sedangkan kejelekan adalah setiap yang Allah dan Rasul-Nya larang, baik berupa dosa kecil maupun dosa besar.
 
16. Sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya. Nabi ﷺ bersabda:
 
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
 
“Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya.” [Muttafaqun ‘alaih]
 
Semoga Allah memberikan taufik pada kita untuk berilmu dan beramal saleh.
 
 
(*) Faidah tauhid di sini adalah kumpulan dari faidah pelajaran tauhid bersama Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir Al Barrok hafizhahullah. Beliau seorang ulama senior yang sangat pakar dalam akidah. Beliau menyampaikan pelajaran ini saat dauroh musim panas di kota Riyadh di Masjid Ibnu Taimiyah Suwaidi (29 Rajab 1433 H). Pembahasan tauhid tersebut diambil dari kitab Shahih Bukhari yang disusun ulan oleh Az Zubaidi dalam Kitab At Tauhid min At Tajriid Ash Shoriih li Ahaadits Al Jaami’ Ash Shohih.
 
Penulis: Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc hafizhahullah
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
SATU KEBAIKAN MINIMAL DIBALAS DENGAN SEPULUH KEBAIKAN