بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
SALAT SAMBIL BERDIRI DAN DUDUK
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,
Terdapat beberapa aturan tentang berdiri dalam salat:
Pertama: Berdiri ketika salat fardhu (wajib) merupakan bagian dari Rukun Salat. Allah ﷻ berfirman:
حافظوا على الصَلَوات والصلاة الوسطى وقوموا لله قانتين
“Peliharalah semua salat(mu), dan (peliharalah) salat wusthaa (salat Asar). Berdirilah untuk Allah (dalam salatmu) dengan khusyu.” [QS. Al-Baqarah: 238]
Kedua: Orang yang mampu dengan mudah untuk berdiri (baik sakit maupun sehat selama mudah untuk berdiri), TIDAK BOLEH salat fardhu sambil duduk. Orang yang salat fardhu sambil duduk, padahal dia mampu berdiri, maka salatnya batal dan harus diulangi.
Rasulullah ﷺ juga pernah ditanya tentang seseorang yang sakit wasir sehingga sulit berdiri ketika salat. Beliau ﷺ menasihatkan:
صَلِّ قائماً، فإِن لم تستطع فقاعداً، فإِن لم تستطع فعلى جَنب
“Salatlah sambil berdiri.
Jika kamu tidak mampu, sambil duduk.
Dan jika kamu tidak mampu, sambil berbaring miring.” [HR. Bukhari 1117]
Ketiga: Orang sakit yang masih mampu berdiri namun dengan susah payah, boleh salat sambil duduk. Tetapi jika berusaha untuk salat sambil berdiri, maka pahalanya dua kali dari pahala salat sambil duduk ketika sakit.
Nabi ﷺ bersabda:
من صلى قائماً فهو أفضل، ومن صلّى قاعداً فله نصف أجر القائم، ومن صلى نائماً فله نصف أجر القاعد
“Orang yang salat sambil berdiri adalah yang paling baik.
Orang yang salat sambil duduk mendapat pahala separo dari yang berdiri.
Orang yang salat sambil berbaring mendapat pahala separo dari yang duduk.” [HR. Bukhari 1116 dan Muslim 735).
Keempat: Salat sunah boleh dilakukan sambil berdiri maupun duduk, meskipun dia sehat dan mampu berdiri.
Di antara kebiasaan Nabi ﷺ ketika menaiki kendaraan (unta), beliau ﷺ melakukan salat sunah di atas punggung tunggangannya. Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma menceritakan:
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي فِى السَّفَرِ عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ بِهِ يُومِئُ إِيمَاءً
“Nabi ﷺ salat ketika safar di atas kendaraan, mengikuti arah kendaraannya. Beliau ﷺ bergerak (sujud-rukuk) dengan isyarat.” [HR. Bukhari 955]
Ibnu Qudamah mengatakan, ulama sepakat bolehnya salat sunah sambil duduk, meskipun mampu berdiri. Dalam kitabnya al-Mughni, beliau menegaskan:
” لا نعلم خلافاً في إباحة التطوع جالساً ، وأنه في القيام أفضل ، وقد قال النبي صلى الله عليه وسلم : ( مَنْ صَلَّى قَائِمًا فَهُوَ أَفْضَلُ ، وَمَنْ صَلَّى قَاعِدًا فَلَهُ نِصْفُ أَجْرِ الْقَائِمِ ) متفق عليه
“Kami tidak mengetahui adanya perbedaan pendapat tentang bolehnya salat sunah sambil duduk. Hanya saja berdiri lebih utama. Nabi ﷺ bersabda: “Siapa yang salat sambil berdiri, itu yang paling baik. Siapa yang salat sambil duduk, dia mendapat pahala setengah dari pahala yang salat berdiri.” Riwayat Bukhari-Muslim. [al-Mughni, 2/105]
Kelima: Orang yang salat sunah sambil duduk padahal dia mampu berdiri, dia mendapatkan pahala setengah dari jika dia mengerjakannya sambil berdiri.
Nabi ﷺ bersabda:
من صلى قائماً فهو أفضل، ومن صلّى قاعداً فله نصف أجر القائم، ومن صلى نائماً فله نصف أجر القاعد
“Orang yang salat sambil berdiri adalah yang paling baik.
Orang yang salat sambil duduk mendapat pahala separo dari yang berdiri.
Orang yang salat sambil berbaring mendapat pahala separo dari yang duduk.” [HR. Bukhari 1116 & Muslim 735]
Keenam: Bagi yang tidak kuat untuk berdiri lama ketika salat, dibolehkan untuk duduk di tengah-tengah salat.
Dari A’isyah radhiyallahu ‘anha:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُصَلِّي جَالِسًا، فَيَقْرَأُ وَهُوَ جَالِسٌ، فَإِذَا بَقِيَ مِنْ قِرَاءَتِهِ نَحْوٌ مِنْ ثَلاَثِينَ – أَوْ أَرْبَعِينَ – آيَةً قَامَ فَقَرَأَهَا وَهُوَ قَائِمٌ، ثُمَّ يَرْكَعُ، ثُمَّ سَجَدَ
“Rasulullah ﷺ salat malam sambil duduk. Beliau membaca al-Fatihah dan surat sambil duduk. Ketika yang beliau baca tinggal 30 atau 40 ayat, beliau berdiri. Lalu beliau melanjutkan bacaan salat sambil berdiri. Kemudian beliau rukuk, kemudian sujud.” [HR. Bukhari 1119 dan Muslim 731]
Ketujuh: Orang yang salat sambil duduk dan tidak bisa untuk sujud di tanah, maka rukuk dan sujudnya dilakukan dengan isyarat gerakan punggung. Di mana posisi punggung ketika sujud lebih rendah dari pada ketika rukuk.
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma menceritakan:
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يُصَلِّي فِى السَّفَرِ عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ بِهِ يُومِئُ إِيمَاءً
“Nabi ﷺ salat ketika safar di atas kendaraan, mengikuti arah kendaraannya. Beliau bergerak (sujud-rukuk) dengan isyarat.” [HR. Bukhari 955]
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
#tatacarasalatsambilduduk #salatsambilberdiri #salatsambilduduk #hukumdudukketikasalat #setengahseparuhseparopahala#manalebihbaiksalatsambilberdiriataududuk
Leave A Comment