بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
SALAH KAPRAH DALAM MEMAHAMI TAWAKAL
>> Tawakal itu bukan pasrah tanpa usaha
Sebagian orang ada yang salah paham dengan tawakal. Sebelumnya perlu diketahui, ada dua rukun tawakal:
 
1. Menempuh dan melakukan sebab/usaha.
2. Berdoa memohon bantuan kepada Allah, dan menyerahkan hasilnya kepada Allah, serta rida dengan apapun yang Allah takdirkan nanti.
 
Ada dua sikap ekstrim (berlebihan) terkait tawakal:
 
Pertama: Tidak melakukan sebab atau usaha sama sekali
Inilah yang sering salah dipahami oleh sebagian orang, yaitu memahami tawakal dengan “pasrah” saja. Tidak melakukan sebab atau usaha dengan apapun.
 
Kedua: Melakukan sebab/usaha dengan sangat giat, tetapi tidak memohon bantuan kepada Allah, serta tidak menyerahkan hasilnya kepada Allah.
 
Berikut pembahasannya:
 
Pertama: Tidak melakukan sebab sama sekali
 
Hal ini TIDAK dibenarkan, karena Allah telah menciptakan sebab dan akibatnya. Manusia harus menempuh sebab dan melakukan usaha, untuk mendapatkan hasilnya nanti.
 
Perhatikan hadits Nabi ﷺ mengenai “tawakalnya burung.”
 
ﻟَﻮْ ﺃَﻧَّﻜُﻢْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗَﻮَﻛَّﻠُﻮﻥَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺣَﻖَّ ﺗَﻮَﻛُّﻠِﻪِ ﻟَﺮُﺯِﻗْﺘُﻢْ ﻛَﻤَﺎ ﻳُﺮْﺯَﻕُ ﺍﻟﻄَّﻴْﺮُ ﺗَﻐْﺪُﻭ ﺧِﻤَﺎﺻًﺎ ﻭَﺗَﺮُﻭﺡُ ﺑِﻄَﺎﻧًﺎ
 
“Seandainya kalian sungguh-sungguh bertawakal kepada Allah, sungguh Allah akan memberi kalian rezeki, sebagaimana Allah memberi rezeki kepada seekor burung yang pergi dalam keadaan lapar, dan kembali dalam keadaan kenyang. “ [HR.Tirmidzi, Hasan Sahih]
 
Seekor burung tidak tahu di mana letak biji-bijian dan makanan yang akan didapatkan. Bisa jadi di tempat kemarin yang ia dapatkan sekarang telah habis persediaan biji tersebut.
 
Yang penting bagi burung adalah:
1. Berusaha keluar sarang dulu. Yang penting berusaha (tidak meninggalkan sebab dan usaha).
2. Tidak stress dulu di sangkar terlalu lama memikirkan nasibnya
3. Optimis dengan rezeki dari Allah, untuk memenuhi kebutuhannya
 
Syaikh Abdurrahman Al-Mubarakfuri menjelaskan:
 
ﻟﻴﺲ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻣﺎ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﺗﺮﻙ ﺍﻟﻜﺴﺐ ﺑﻞ ﻓﻴﻪ ﻣﺎ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻰ ﻃﻠﺐ ﺍﻟﺮﺯﻕ
 
“Hadis ini tidak menunjukkan bahwa kita harus meninggalkan usaha (menempuh sebab). Akan tetapi menunjukkan agar melakukan usaha untuk mencari rezeki.” [Tuhfatul Ahwadzi, syaikh Al-Mubarakfury]
 
Jadi menempuh sebab (melakukan usaha) itu juga penting dan diajarkan oleh Nabi ﷺ. Dalam sebuah riwayat ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah ﷺ: “Wahai Rasulullah, apakah saya ikat unta saya lalu tawakal kepada Allah Azza wa Jalla, ataukah saya lepas saja sambil bertawakal kepada-Nya?
 
Rasulullah ﷺ menjawab:
إِعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ
 
“Ikatlah dulu untamu itu, kemudian baru engkau bertawakal!” [HR. At-Tirmidzi no. 2517, Hasan]
 
Kedua: Melakukan sebab/usaha dengan sangat giat, tetapi tidak memohon bantuan kepada Allah, serta tidak menyerahkan hasilnya kepada Allah
 
Kita adalah seorang hamba Allah, dan jangan sampai melupakan Allah sebagai pencipta kita, dan yang memberikan kita kemampuan, serta Maha Kuasa atas segala sesuatu.
 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:
 
فالإلتفات الى الأسباب شرك فى التوحيد و محو الأسباب أن تكون أسبابا نقض فى العقل و الأعراض عن الأسباب المأمور بها قدح فى الشرع فعلى العبد أن يكون قلبه متعمدا على الله لا على سبب من الأسباب و الله ييسر له من الأسباب ما يصلحه فى الدنيا و الأخرة
 
“Mengandalkan sebab atau usaha itu menodai kemurnian tauhid.
Tidak percaya bahwa sebab adalah sebab, adalah tindakan merusak akal sehat.
Tidak mau melakukan usaha atau sebab adalah celaan terhadap syariat (yang memerintahkannya).
Hamba berkewajiban menjadikan hatinya bersandar kepada Allah, bukan kepada usaha.
Dan Allah-lah yang memudahkannya untuk melakukan sebab yang akan mengantarkannya kepada kebaikan di dunia dan Akhirat.” [Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah 8/528]
 
Orang yang terlalu mengandalkan sebab atau usaha sangat berpotensi untuk stres dan depresi ketika ia tidak bisa mencapai target atau hasil yang ia inginkan, padahal ia sudah giat dan bersusah payah. Seorang yang bertawakal tidak akan stres atau depresi, karena ia berbaik sangka kepada Allah. Apapun yang Allah takdirkan adalah yang terbaik bagi seorang hamba. Inilah menakjubkannya urusan seorang Muslim, sebagaimana dalam hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
 
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَِحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ: إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
 
“Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik. Dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun, kecuali oleh orang Mukmin. Yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan, ia bersyukur. Dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat musibah, ia bersabar. Dan itu pun suatu kebaikan baginya.” [HR. Muslim]
 
Demikian semoga bermanfaat
 
 
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslim.or.id
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
 
Baca juga:
SALAH KAPRAH DALAM MEMAHAMI TAWAKAL