بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 

SAHUR NABI DEKAT DENGAN SALAT SUBUH

 
Kapan waktu makan sahur Nabi ﷺ?
Waktu makan sahur Nabi ﷺ diterangkan dalam hadis Anas bin Malik berikut ini:
 
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ – رضى الله عنه – أَنَّ نَبِىَّ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وَزَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ – رضى الله عنه – تَسَحَّرَا ، فَلَمَّا فَرَغَا مِنْ سَحُورِهِمَا قَامَ نَبِىُّ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِلَى الصَّلاَةِ فَصَلَّى . قُلْنَا لأَنَسٍ كَمْ كَانَ بَيْنَ فَرَاغِهِمَا مِنْ سَحُورِهِمَا وَدُخُولِهِمَا فِى الصَّلاَةِ قَالَ كَقَدْرِ مَا يَقْرَأُ الرَّجُلُ خَمْسِينَ آيَةً
 
“Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi ﷺ dan Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu pernah makan sahur. Ketika keduanya selesai dari makan sahur, Nabi ﷺ berdiri untuk salat (Subuh), lalu beliau mengerjakan salat. Kami bertanya pada Anas tentang berapa lama antara selesainya makan sahur mereka berdua dan waktu melaksanakan Salat Subuh. Anas menjawab: ‘Yaitu sekitar seseorang membaca lima puluh ayat (Alquran).” [HR. Bukhari no. 1134 dan Muslim no. 1097]
 
Al-Hafiz Ibnu Hajar rahimahullah berkata:
 
قَدْرُ خَمْسِينَ آيَةً أَيْ مُتَوَسِّطَةً لَا طَوِيلَةً وَلَا قَصِيرَةً لَا سَرِيعَةً وَلَا بَطِيئَةً
 
“Seukuran lima puluh ayat adalah yang pertengahan, tidak panjang dan tidak pendek, tidak dibaca cepat, dan tidak pula lambat.” [Fathul Baari, 4/138]
 
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata:
 
خمسون آية: من عشر دقائق إلى ربع الساعة إذا قرأ الإنسان قراءة مرتلة أو دون ذلك وهذا يدل على أن الرسول صلى الله عليه وسلم يؤخر السحور تأخيرا بالغا وعلى أنه يقدم صلاة الفجر ولا يتأخر
 
“Seukuran membaca lima puluh ayat adalah sekitar 10 sampai 15 menit, apabila seseorang membaca dengan perlahan-lahan atau sedikit lambat. Dan ini menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ benar-benar mengakhirkan waktu makan sahur, dan bahwa beliau bersegera untuk Salat Subuh dan tidak terlambat.” [Syarhu Riyadhis Shaalihin, 5/285]
 
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, bahwa dalil ini menunjukkan disunnahkannya mengakhirkan makan sahur hingga dekat dengan waktu Subuh. [Syarh Shahih Muslim, 7: 184]
 
Faeidah makan sahur diakhirkan disebutkan oleh Ibnu Abi Jamrah, ia berkata:
“Nabi ﷺ telah memandang suatu amalan yang sangat mudah bagi umatnya untuk dilakukan. Seandainya tidak makan sahur, maka berat menjalankan puasa. Seandainya makan sahur dilakukan di tengah malam (bukan di akhir waktu sahur, pen.) tentu juga memberatkan. Orang yang makan sahur tengah malam tentu tak bisa terkalahkan dengan rasa kantuknya. Makan sahur tengah malam pun dapat membuat lalai dari Salat Subuh, atau membuat seseorang berusaha keras untuk begadang.” [Fath Al-Bari, 4: 138]
 
Kesimpulan:
Waktu makan sahur Nabi ﷺ adalah dekat dengan waktu Subuh, artinya beliau akhirkan. Sedangkan waktu berakhirnya adalah mendekati azan Subuh berkumandang.
 
Tidak ada jeda Imsak untuk berhenti makan minum 10-20 menit sebelum azan Subuh dikumandangkan, seperti kebiasaan yang berlaku di masyarakat.
 
Mereka katakan, setelah tiba waktu Imsak, makruh hukumnya makan dan minum. Perkataan ini jelas TIDAK BENAR, karena waktu 10 menit sebelum fajar MASIH TERMASUK waktu-waktu utama untuk mengakhirkan makan sahur.
 
Dalam riwayat Anas di atas dapat diketahui, bahwa ketika Nabi ﷺ mengakhirkan makan sahur dan beranjak pergi ke masjid, maka tidak lama kemudian salat pun ditegakkan (dikumandangkan iqamah). Begitu juga kebiasaan sebagian salaf yang mengakhirkan makan sahur. Bahkan kadang ketika telah selesai makan sahur dan tiba di masjid, azan atau iqamat telah dikumandangkan.
 
Wallahu a’lam.
 
 
Sumber:
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat