بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
SABAR DAN SYUKUR TIDAK BISA TERPISAHKAN
Hidup di dunia pada hakikatnya adalah ujian untuk meraih kesuksesan hidup dunia dan Akhirat. Sebagaimana ujian-ujian yang dilakukan bagi para pelajar, pada hakikatnya ujian adalah untuk menaikkan derajatnya. Bahkan seseorang terkadang sengaja mengikuti ujian-ujian tertentu dalam rangka untuk mengetahui kemampuannya. Semakin tinggi derajat yang hendak diraih, maka ujian yang dihadapi juga semakin sulit dan berat.
Derajat keimanan akan semakin tinggi seiring keberhasilan seseorang dalam mengahadapi ujian atau cobaan yang Allah berikan kepadanya. Dalam hadis sahih Rasulullah ﷺ bersabda:
أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ فَإِنْ كَانَ فِيْ دِيْنِهِ صَلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَ إِنْ كَانَ فِيْ دِيْنِهِ رِقَّةً ابْتُلِيَ عَلَى قَدْرِ دِيْنِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ وَ مَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ
“Orang yang paling banyak mendapat cobaan adalah para nabi, kemudian yang semisalnya, kemudian yang setelahnya. Seorang diberi bala (ujian) sesuai dengan kualitas/ kondisi agamanya. Apabila agamanya kuat/ kokoh, maka semakin berat pula ujiannya. Dan bila agamanya lemah, maka diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan, hingga dibiarkan berjalan di atas bumi tanpa ada dosa sama sekali.” [HR Ahmad dan an-Nasaa’i dan dinilai Sahih oleh al-Albani dalam Sahih al-Jaami’no. 994]
Ujian dengan demikian tidak perlu ditakuti. Ujian mesti dihadapi, karena pada hakikatnya ujian adalah suatu kesempatan untuk mengetahui tingkat atau derajat kita. Ujian hidup manusia atas keimanannya juga tergantung pada derajat iman seseorang. Demikianlah sikap seorang Mukmin dalam kehidupan dunia ini. Oleh karena itu Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh hebat perkara Mukmin. Semua perkaranya baik, dan itu tidak ada kecuali pada Mukmin. Apabila tertimpa kesenangan, ia bersyukur. Maka itu lebih baik baginya. Dan bila tertimpa kerugian, maka ia bersabar. Itu lebih baik untuknya.” [HR Muslim]
Dari sini nampak seorang Muslim senantiasa berada dalam keadaan syukur dan sabar, sesuai dengan jenis ujian yang dihadapinya. Sabar dan syukur senantiasa ada pada seorang Mukmin dan tidak terpisahkan. Lalu apa hubungan antara syukur dan sabar?
Hubungan Syukur dan Sabar
Syukur dan sabar adalah merupakan dua sisi mata uang yang TIDAK BISA DIPISAHKAN satu sama lain. Sebagaimana kehidupan kita yang terkadang senang atau susah, lapang atau sempit, kaya atau miskin dan lain-lain.
Imam ibnu Hajar menjelaskan kepada kita hubungan antara syukur dengan sabar dengan menyatakan:
“Syukur terkandung di dalamnya sabar untuk taat kepada Allah, dan sabar menahan dari kemaksiatan. Sebagian ulama menyatakan: Kesabaran menuntut rasa syukur, dan tidak sempurna tanpanya. Sebaliknya bila salah satu dari keduanya hilang, maka hilang semuanya.
Siapa yang berada dalam kenikmatan, maka kewajibannya adalah syukur dan sabar. Kalau syukur itu sudah jelas. Dan kalau sabar, maka sabar menghindari kemaksiatan.
Siapa yang terkena musibah bencana, maka kewajibannya adalah sabar dan syukur. Kalau sabar itu sudah jelas. Dan kalau syukur, maka pada pelaksanaan hak Allah dalam bencana musibah tersebut. Karena Allah memiliki hak atas hamba-Nya untuk beribadah dalam keadaan terkena musibah dan bencana tersebut, sebagaimana wajib bagi seorang hamba beribadah dalam keadaan penuh kenikmatan.” [Fathul Baari 11/311]
Jelaslah hubungan antara syukur dan sabar yang tidak terpisahkan dalam diri seorang Mukmin. Syukur berisi kesabaran, dan kesabaran menuntut adanya rasa syukur. Sehingga tidak bisa syukur tanpa sabar, dan sabar tanpa syukur.
Oleh karena itu marilah kita bina diri kita agar bisa memiliki sifat sabar dan syukur yang sempurna, agar dapat mencapai rida Allah dan masuk ke dalam Surga.
Semoga bermanfaat.
Disusun oleh: Ustadz Kholid Syamhudi حفظه الله
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
SABAR DAN SYUKUR TIDAK BISA TERPISAHKAN
Leave A Comment