Sabar merupakan dhiya‘ (cahaya). Dhiya‘ (sinar) ialah cahaya yang mengandung panas dan membakar seperti sinar matahari. Berbeda dengan cahaya bulan yang murni, cahaya yang menyinari, namun tidak membakar.
“Dan sungguh, Kami telah berikan kepada Musa dan Harun al-Furqan (Kitab Taurat) dan penerangan, serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” [QS. al-Anbiya’/21:48]
Meskipun disebutkan bahwa di Kitab Taurat terdapat nur (cahaya) seperti difirmankan Allah:
“Sungguh, Kami yang menurunkan kitab Taurat. Di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya…” [QS. al-Maidah/5:44]
Namun sebagian besar syariat Bani Israil adalah adh–Dhiya‘ (sinar), karena di dalamnya terdapat belenggu dan beban yang berat. Dan Allah ﷻ menyifati syariat Nabi Muhammad ﷺ, bahwa ia adalah nur (cahaya), karena di dalamnya terdapat kelurusan dan kemudahan.
“Sungguh telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menjelaskan.” [QS. al-Maidah/5:15]
Karena sabar sangat berat bagi jiwa, membutuhkan perjuangan melawan hawa nafsu, dan menahannya dari seluruh keinginannya, maka sabar adalah dhiya‘ (sinar). Asal makna kata sabar menurut bahasa ialah penahanan.
Sabar yang terpuji banyak jenis dan ragamnya, di antaranya:
• Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah ﷻ.
• Sabar dalam menjauhi perbuatan dosa dan maksiat kepada Allah ﷻ.
• Sabar terhadap takdir Allah ﷻ yang menyakitkan.
Sabar dalam melaksanakan ketaatan, dan sabar dari hal-hal yang diharamkan, lebih baik daripada sabar terhadap takdir yang menyakitkan. Ini ditegaskan oleh generasi Salaf, di antaranya Sa’id bin Jubair radhiyallahu anhu, Maimun bin Mihran radhiyallahu anhu, dan selain keduanya.[25]
Jenis sabar yang paling baik adalah puasa. Karena puasa mengumpulkan ketiga macam sabar. Puasa adalah sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah ﷻ, dan sabar dalam menjauhi maksiat kepada Allah ﷻ. Seorang hamba meninggalkan seluruh syahwatnya karena Allah ﷻ, atau bisa jadi hawa nafsunya mengajaknya kepada perbuatan maksiat. Oleh karena itu, disebutkan dalam hadis Sahih:
“Sesungguhnya Allah ﷻ berfirman: ‘Seluruh perbuatan anak keturunan Adam adalah miliknya, kecuali puasa. Karena puasa itu adalah milik-Ku, dan Aku yang membalasnya. Ia meninggalkan syahwat, makanan, dan minumannya karena Aku.” [Shahih: HR. al-Bukhari (no. 1894, 1904), Muslim (no. 1151 (161)), Ahmad (II/273), dan Ibnu Hibban (no. 3413, 3414-at-Ta’liqatul Hisan) dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu]
Di dalam puasa juga terdapat sabar terhadap takdir yang menyakitkan, karena orang yang berpuasa merasakan haus dan lapar. Oleh karena itulah, Nabi ﷺ menamakan Ramadan dengan bulan sabar. [Lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam (II/26).]. Beliau ﷺ bersabda:
“Puasa pada bulan sabar, dan tiga hari pada setiap bulan, adalah puasa sepanjang tahun.” [Shahih: HR. Ahmad (II/263, 384) dan an-Nasâ-i (IV/218-219) dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu]
Orang yang sabar akan diberikan ganjaran yang sangat besar. Allah ﷻ berfirman: