بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

RUKUN IMAN ADA ENAM

Iman memiliki 70 cabang lebih. Yang paling tinggi adalah ucapan (لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ), dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah cabang dari iman.

Rukun iman adalah engkau beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Hari Akhir, dan engkau beriman terhadap takdir yang baik maupun yang buruk.

Dalil mengenai rukun yang enam ini adalah firman Allah ﷻ:

﴿لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ﴾

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebajikan. Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, Hari Kemudian, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Nabi-Nabi.” [QS. Al-Baqarah 2 : 177]

Adapun dalil takdir adalah firman Allah ﷻ:

﴿إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ﴾

“Sesungguhnya segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir-takdir.” [QS. Al-Qamar 54 : 49]

Catatan:

Pengertian Iman

Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan).

Iman secara istilah syari berarti:
a) I’tiqad bil qalbi, keyakinan dengan hati
b) Qaulun bil lisaan, perkataan dengan lisan
c) ‘Amalun bil jawarih, beramal dengan amal perbuatan
d) Wa huwa bidh’un wa sab’uuna syu’batan, iman itu ada 70 sekian cabang

Iman kepada Allah

Iman kepada Allah berarti beriman kepada:

1) Wujud Allah, dibuktikan dengan: (a) fitrah (tanpa berpikir dan belajar, semua mengakui Allah itu ada), (b) akal (pasti ada yang menciptakan sesuatu, sesuatu tidak bisa menciptakan dirinya sendiri, tidak mungkin sesuatu muncul begitu saja), (c) dalil syari (semua kitab Samawi telah membuktikan bahwa Allah itu menciptakan makhluk), (d) dalil Hissi (inderawi, yaitu ada doa yang terkabul, ada mukjizat para nabi).

2) Rububiyah Allah, yaitu mengimani Allah sebagai Rabb (mencipta, merajai, memerintah). Rububiyah Allah ini tidaklah mungkin diingkari oleh makhluk (sampai pun orang musyrik), kecuali orang-orang yang sombong.

3) Uluhiyah Allah, yaitu beriman bahwa Allah itu satu-satu-Nya ilah (Sesembahan) yang berhak diibadahi.
Asma’ wa Shifat (Nama dan Sifat Allah), yaitu menetapkan bahwa Allah menetapkan Nama dan Sifat dalam Kitab-Nya dan Sunnah Rasul-Nya tanpa ada tahrif (menyelewengkan makna, mengubah makna tanpa dalil), ta’thil (menolaknya), takyif (menanyakan kaifiyat, hakikatnya), tamtsil (menyamakan dengan makhluk).

Golongan sesat dalam Nama dan Sifat Allah:

• Mu’atthilah yaitu yang mengingkari Nama dan Sifat Allah.
• Musyabbihah yaitu yang menetapkan Nama dan Sifat Allah, tetapi dengan menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.

Dalil bantahannya adalah Surat Asy-Syura ayat 11.

Catatan:

Allah menganggap batil penyembahan orang-orang musyrik terhadap Sesembahannya dengan dua alasan:

a) Tuhan-tuhan tersebut tidak memiliki sifat khusus Uluhiyah, artinya tidak bisa mencipta, mendatangkan manfaat, menolak mudrat, menghidupkan, dan mematikan.

b) Orang yang mengakui Rububiyah harusnya mengakui Uluhiyah, artinya Allah-lah satu-satunya yang disembah.

Manfaat beriman kepada Allah dengan benar:

a) Merealisasikan tauhid kepada Allah, sehingga tidak bergantung kepada makhluk.
b) Memiliki kecintaan yang sempurna kepada Allah, dan benar-benar mengagungkan Allah.
c) Merealisasikan pengabdian kepada Allah dengan sempurna, dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.

Iman kepada Malaikat

Malaikat adalah makhluk ciptaan yang hidup di alam gaib, dan senantiasa beribadah kepada Allah. Mereka diciptakan dari cahaya dan menaati perintah dengan sempurna.

Iman kepada malaikat berarti beriman kepada:

a) Wujud, berarti malaikat itu ada.

b) Nama yang diketahui, seperti Jibril. Atau ada malaikat yang namanya tidak diketahui, sehingga kita beriman secara global.

c) Sifatnya, seperti Jibril memiliki 600 sayap yang terbentang menutupi ufuk. Malaikat bisa hadir dalam wujud seorang laki-laki seperti kisah Malaikat Jibril mendatangi Maryam, mendatangi Nabi Muhammad ﷺ, dan mendatangi Nabi Luth.

d) Amal atau tugas, di mana malaikat tak putus-putusnya beribadah kepada Allah, dan ada yang memiliki tugas khusus.

Manfaat beriman kepada malaikat:

a) Mengetahui dengan benar keagungan, kebesaran, dan kekuasaan Allah.

b) Bersyukur kepada Allah atas perhatian Allah yang diberikan kepada manusia dengan menugaskan beberapa malaikat, seperti untuk mencatat amal dan tugas-tugas lainnya.

c) Kecintaan kepada para malaikat atas tugas-tugas yang mereka tunaikan dalam rangka mengabdi dan taat kepada Allah.

Iman kepada Kitab

Yang dimaksud beriman kepada kitab adalah kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah kepada -rasul-rasul-Nya sebagai rahmat dan hidayah, agar manusia hidup bahagia di dunia dan Akhirat.

Iman kepada kitab berarti mencakup:

a) Meyakini kitab itu diturunkan dari sisi Allah.

b) Mengimani nama kitab yang diketahui seperti Alquran yang diturunkan kepada nabi kita Muhammad, Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa, Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa, dan Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud. Adapun yang tidak diketahui namanya, kita beriman secara global.

c) Membenarkan setiap berita yang disebuntukan oleh Alquran dan cerita yang terdapat dalam kitab-kitab terdahulu yang belum diubah dan diselewengkan.

d) Mengamalkan dan melaksanakan segala hukum selama belum dihapus (di-naskh) dengan rida dan pasrah, baik yang sudah kita ketahui hikmahnya atau belum. Semua kitab terdahulu itu mansukhah (telah dihapus) oleh Alquran yang mulia.

Manfaat beriman kepada Kitab:

a) Kita mengetahui bahwa Allah itu memerhatikan kita, sehingga menurunkan kitab sebagai petunjuk bagi kita.

b) Kita jadi mengetahui hikmah dari Allah dari setiap syariat-Nya, yaitu Allah mensyariatkan kepada setiap umat sebuah syariat yang sesuai dengan keadaan masing-masing.

Iman kepada Rasul

Rasul adalah orang yang diberi wahyu berupa syariat, dan diperintahkan menyampaikan kepada kaumnya.

Rasul yang pertama adalah Nabi Nuh ‘alaihis salam, dan yang terakhir adalah Nabi kita Muhammad ﷺ. Dalil bahwa Rasulullah Muhammad adalah penutup para nabi yaitu Surat Al-Ahzab ayat 40.

Para rasul adalah manusia biasa yang tidak memiliki sama sekali sifat Rububiyah maupun Uluhiyah. Mereka adalah manusia biasa yang juga mengalami sakit dan meninggal dunia, butuh makan, minum, dan yang lainnya.

Iman kepada Rasul berarti mencakup:

a) Meyakini kerasulan atau wahyu itu benar adanya dari Allah.

b) Mengimani nama-namanya, seperti nama yang telah diketahui yaitu Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nuh. Kelima Rasul ini disebut ‘Ulul ‘Azmi dari para rasul. Adapun yang tidak diketahui namanya secara rinci, kita beriman secara global.

c) Membenarkan setiap berita yang rasul sampaikan.

d) Mengamalkan syariatnya, yaitu rasul yang diutus kepada kita, Nabi Muhammad ﷺ (sebagai penutup para nabi).

Manfaat beriman kepada rasul:

a) Kita jadi tahu, besarnya rahmat dan perhatian Allah terhadap hamba-Nya, di mana Allah mengutus para rasul untuk menunjukkan kita ke jalan Allah, dan menjelaskan kepada kita bagaimanakah cara menyembah Allah. Sebab kita tidak akan mengenal Allah hanya dengan perataraan akal saja.

b) Kita akhirnya bersyukur kepada Allah atas nikmat diutusnya rasul.

c) Kita makin cinta, mengagungkan, serta memuji para rasul sesuai dengan kedudukan mereka.

Iman kepada Hari Akhir

Hari Akhir adalah Hari Kiamat, yang di hari itu seluruh manusia dibangkitkan untuk dihisab dan diberi balasan. Dikatakan Hari Akhir karena tidak ada hari setelahnya, di mana setiap penghuni Surga akan menetap di Surga, dan ahli Neraka menetap di Neraka.

Iman kepada Hari Akhir mencakup:

a) Iman kepada Hari Berbangkit (Al-Ba’tsu), dihidupkan orang mati tatkala Sangkakala kedua ditiup.

b) Iman kepada Hisab dan Jaza’ (Perhitungan dan Pembalasan).

c) Iman kepada Surga dan Neraka.

d) Beriman kepada Hari Akhir, berarti beriman kepada segala sesuatu setelah kematian:
• Ujian malaikat ketika di kubur (fitnah kubur), bertanya tentang siapa Rabb, apa agama, siapa nabi kita.
• Siksa dan nikmat kubur.

Manfaat beriman kepada Hari Akhir:

a) Kita jadi semangat menjalankan ketaatan sebagai persiapan menghadapi Hari Pembalasan.

b) Takut dan gelisah di saat bermaksiat, karena siksaan yang sangat pedih menunggu kita di Hari Pembalasan.

c) Orang beriman itu mendapatkan hiburan ketika tidak mendapatkan kenikmatan duniawi. Sebagai gantinya ia akan memeroleh nikmat-nikmat Akhirat.

Iman kepada Takdir

Takdir (qadar) adalah ketentuan Allah yang berlaku bagi setiap makhluk-Nya, sesuai dengan ilmu dan hikmah yang dikehendaki oleh Allah.

Beriman kepada takdir mencakup:

a) Beriman bahwa Allah itu mengetahui segala sesuatu secara global (mujmal) dan terperinci (tafshil), baik yang berhubungan dengan perbuatan Allah, maupun perbuatan hamba-Nya.

b) Beriman kepada kitabah, bahwa segala sesuatu telah dicatat oleh Allah di Lauhul Mahfuzh.
Untuk dalil pertama dan kedua adalah Surat Al-Hajj ayat 70.

c) Beriman bahwa segala sesuatu terjadi dengan Masyiah (kehendak) Allah. Apa yang Alah kehendaki pasti terjadi, dan yang tidak Allah kehendaki, tidak akan terjadi.

d) Beriman bahwa segala sesuatu itu makhluk Allah dilihat dari zat, sifat, dan pergerakan.

Empat hal di atas disingkat dengan:

a) Al-‘ilmu (Allah mengetahui segala sesuatu)
b) Al-kitabah (Allah mencatat setiap takdir)
c) Al-masyiah (Allah kehendaki segala sesuatu yang terjadi)
d) Al-khalqu (semua adalah makhluk Allah, termasuk perbuatan hamba).

Beriman kepada takdir tidaklah berarti manusia tidak memiliki ikhtiyar (pilihan). Karena secara syari dan kenyataan (waqi’) menunjukkan, bahwa manusia masih memiliki ikhtiyar.

Manfaat beriman kepada takdir:

a) Kita akhirnya bersandar kepada Allah di saat melakukan usaha. Tidak bersandar kepada hukum sebab akibat semata, karena segala sesuatu terjadi atas takdir dan kehendak Allah.

b) Kita tidak begitu berbangga diri di saat mendapatkan nikmat, karena semuanya adalah pemberian dan karunia dari Allah. Sebab bangga diri akan membuat seseorang lalai untuk bersyukur atas nikmat Allah.

c) Kita merasa tenang dan tentram jiwanya dalam menghadapi segala sesuatu yang terjadi pada diri, dan tidak merasa gundah dan gelisah di saat mendapat musibah. Karena segala sesuatu itu terjadi atas kehendak Allah yang menguasai langit dan bumi.

Ada dua golongan yang keliru dalam beriman kepada takdir:

a) Jabariyah, meyakini seorang hamba itu dipaksa dalam perbuatan dan tindakannya. Manusia tidak memiliki kehendak dan kemampuan.

b) Qadariyah, seorang hamba mempunyai kehendak, kemauan, dan keinginan tanpa ada campur tangan kehendak dan kuasa Allah. Hamba itu sendirilah yang menciptakan perbuatannya.

Ahlus Sunnah wal Jamaah bersikap pertengahan: Semua ditakdirkan oleh Allah, tetapi kita masih tetap berbuat (berusaha). Kita sendiri tidak mengetahui takdir kita, sehingga kita tetap berusaha.

Referensi:

Syarh Tsalatsah Al-Ushul. Cetakan kedua, Tahun 1426 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Dar Tsaraya.

 

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Sumber https://rumaysho.com/30338-tsalatsatul-ushul-penjelasan-ringkas-rukun-islam-dan-rukun-iman.html

══════

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat