بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

PUASA ARAFAH DAN IDUL ADHA
• Apa keutamaannya?
• Kapan waktu pelaksanaanya?
• Apa patokannya?

1️) Istilah Arafah memiliki empat makna:

a. Menunjukkan nama tempat. [Umdatul Qari, 1/263, Al Mufradat fi Gharibil Quran, 969]

b. Menunjukkan peristiwa mimpinya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam menyembelih anaknya, dan dia baru ketahui (‘Arafa) di keesokkan harinya (tanggal 9 Zulhijah). [Al Mughni, 3/58]

Makna peristiwa juga disebutkan Ibnu Abbas, yaitu peristiwa ta’aruf-nya Nabi Adam ‘alaihissalam dan Hawa. Keduanya berkenalan di Arafah, karena itulah dinamakan Arafah. [Al Kamil fit Tarikh, 1/12]

c. Nama hari kesembilan Zulhijah. [Tafsir Ar Razi, 5/324]

d. Nama salah satu aktivitas ibadah, yaitu Wuquf, dari hadis al-hajju Arafah. [HR. At Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Hibban, dll]

Maka dari sini sudah bisa diketahui istilah ‘Hari Arafah’ sudah dikenal sejak masa para nabi sebelum Rasulullah ﷺ, dan sebelum adanya Wuquf dan Puasa Arafah itu sendiri. Sehingga istilah ‘Hari Arafah’ tidak mesti merujuk pada Wuquf.

2️) Berpuasa di tanggal 9 Zulhijah yang dinamakan Puasa Arafah adalah Sunnah dan memiliki keutamaan yang besar, yaitu menghapuskan dosa setahun lalu dan setahun setelahnya. Hal ini berdasarkan hadis-hadis berikut, dari Qatadah Al Anshari radhiallahu ‘anhu katanya:

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ

Nabi ﷺ ditanya tentang puasa Hari Arafah, beliau menjawab: “Menghapuskan dosa tahun lalu dan tahun kemudian.” [HR. Muslim No. 1162]

Sebagian istri Nabi ﷺ menceritakan:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَصُومُ تِسْعًا مِنْ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ

“Bahwa Rasulullah ﷺ biasa berpuasa tanggal 9 Zulhijah, Hari Asyura, tiga hari setiap bulan, Senin pertama setiap bulan, dan dua kali Kamis.” [HR. An Nasa’i No. 2417, sahih. Lihat Sahih wa Dhaif Sunan an Nasa’i no. 2417]

3️) Kesunnahan Puasa Arafah berlaku bagi yang sedang tidak Wuquf di Arafah. Sedangkan bagi yang sedang Wuquf, tidak dianjurkan berpuasa.

Imam At Tirmidzi rahimahullah mengatakan:
“Para ulama telah menganjurkan berpuasa pada Hari Arafah, kecuali bagi yang sedang di Arafah.” [Sunan At Tirmidzi, komentar hadis No. 749]

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata:

نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ بِعَرَفَاتٍ

“Rasulullah ﷺ melarang berpuasa pada Hari Arafah bagi yang sedang di Arafah.” [HR. Abu Daud No. 2440. Dinyatakan sahih oleh Imam Hakim, Imam Ibnu Khuzaimah dan Imam Adz Dzahabi, namun dinyatakan dhaif oleh Syaikh Syuaib al Arnauth dan Syaikh al Albani)

4️) Puasa Arafah dilakukan tanggal 9 Zulhijah di sebuah negeri, maka hendaknya seorang Muslim berpuasa berpatokan pada waktu real tanggal 9 Zulhijah DI NEGERINYA, berdasarkan beberapa alasan berikut:

a. Zahir hadis:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَصُومُ تِسْعًا مِنْ ذِى الْحِجَّةِ ….

Bahwa Rasulullah ﷺ berpuasa 9 hari Zulhijah … [HR. An Nasa’i No. 2417, sahih. Lihat Sahih wa Dhaif Sunan an Nasa’i no. 2417]

b. Haji Wada’ yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ terjadi pada tahun 10 H. (Tarikh Khalifah bin Khayat, hal. 94, lihat juga Tafsir Ibnu Katsir, 6/378, Tafsir Al Qurthubi, 6/61, Tafsir Ar Razi, 1/1605). Sedangkan Puasa Arafah dan Salat Idul Adha sudah disyariatkan sejak tahun kedua Hijriyah. [Bulughul Amani, 6/119, Subulussalam, 1/60]

Ini menunjukkan patokan shaum Arafah saat itu adalah tanggal 9 Zulhijahnya, BUKAN Wuqufnya, karena Wuquf belum ada. Wuquf di masa Islam ada tahun 10 H. Wuquf di masa jahiliyah sudah ada, tapi di musim panen, bukan di 9 Zulhijah.

c. Dalam sejarah, haji pernah tidak dilaksanakan selama 40 kali, baik karena konflik, kerusuhan, dan bencana. Namun aktivitas ibadah shaum Arafah dan Idul Adha di negara lain tetap berlangsung seperti biasa di tanggal 9 dan 10 Zulhijah.

d. Keterangan para ulama sebagai berikut:

Imam Al Kharasyi Al Maliki mengatakan, bahwa Puasa Arafah itu ditentukan oleh waktu tanggal 9 Zulhijahnya, bukan karena Wuqufnya:

(قَوْلُهُ: وَعَرَفَةَ وَعَاشُورَاءَ) هَذِهِ الْمَوَاسِمُ الْمُشَارُ بِقَوْلِهِ وَغَيْرِهِ مِنْ الْمَوَاسِمِ، وَعَاشُورَاءُ وَنِصْفُ شَعْبَانَ مَوْسِمٌ مِنْ حَيْثُ الصَّوْمُ وَغَيْرُهُ مِمَّا يُطْلَبُ فِيهِ، وَالْمَوَاسِمُ جَمْعُ مَوْسِمٍ الزَّمَنُ الْمُتَعَلِّقُ بِهِ الْحُكْمُ الشَّرْعِيُّ وَلَمْ يُرِدْ بِعَرَفَةَ مَوْضِعَ الْوُقُوفِ بَلْ أَرَادَ بِهِ زَمَنَهُ وَهُوَ الْيَوْمُ التَّاسِعُ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ

“Hari Arafah dan Asyura, sebagaimana yang disebutkan, adalah salah satu dari musim-musim ibadah. Jika ditinjau dari sisi puasa, maka Hari Asyura dan Nisfu Syakban dan yang lainnya adalah musim ibadah yang dituntut untuk berpuasa pada musim tersebut.
Musim adalah waktu yang terkait dengan suatu hukum syariat. Bukanlah yang dimaksud dengan lafal “Arafah” adalah tempat Wukuf, akan tetapi yang dimaksud adalah waktunya, yaitu waktu Wukufnya, 9 Zulhijah. [Syarh Mukhtashar Al-Khalil, 2/234]

Imam Ibnu ‘Abidin juga mengatakan, Puasa Arafah terkait tanggal 9 Zulhijahnya, BUKAN tempatnya. Beliau menjelaskan, jika disebut Arafah, maka itu nama hari. Jika disebut ‘Arafaat, maka itu nama tempat. [Hasyiyah Ibnu ‘Abidin, 2/177]

5. Jika sudah diketahui 9 Zulhijah sebagai waktu Shaum Arafah, maka keesokkan harinya adalah hari Idul Adha dan pelaksanaan Salat Id. Maka hendaknya membersamai manusia di dearahnya. Rasulullah ﷺ bersabda:

الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُوْمُوْنَ, وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُوْنَ, وَاْلأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّوْنَ

“Puasa itu adalah di hari kalian (umat Islam) berpuasa. Hari raya adalah pada saat kalian berhari raya, dan berkurban/ Idul Adha di hari kalian berkurban.” [HR. At Tirmidzi no. 697, Sahih. Lihat Ash Sahihah No. 224]

Imam At Tirmidzi menjelaskan:
“Dan sebagian ahli ilmu menafsirkan hadis ini, mereka berkata, makna hadis ini adalah berpuasa dan berbuka adalah bersama jamaah dan mayoritas orang (Umat Islam).” (Ibid)

Demikian, wallahu a’lam.

Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa Shahbihi wa sallam,

 

Oleh: Farid Nu’man Hasan

 

══════

 

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat

 

Catatan Tambahan:

PUASA ARAFAH IKUT NEGERI MASING-MASING

Jika terdapat perbedaan tentang penetapan hari Arafah disebabkan perbedaan mathla’ (tempat terbit bulan) hilal karena pengaruh perbedaan daerah, apakah kita berpuasa mengikuti rukyah negeri yang ditinggali, ataukah mengikuti rukyah Haromain (Dua Tanah Suci)?”

Syaikh Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah menjawab:

“Permasalahan ini adalah turunan dari perselisihan ulama, apakah hilal untuk seluruh dunia itu satu, ataukah berbeda-beda mengikuti perbedaan daerah. Pendapat yang benar, hilal itu berbeda-beda mengikuti perbedaan daerah.” [Majmu’ Fatawa wa Rosa-il Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, 20: 47-48].

Kesimpulan dari Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah, puasa Arafah MENGIKUTI PENANGGALAN ATAU PENGLIHATAN DI NEGERI MASING-MASING, dan tidak mesti mengikuti Wukuf di Arafah.