بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

PEDANG BERMATA DUA

Usia ibarat pedang bermata dua. Jika usia diisi dengan ketaatan, maka dapat memberikan manfaat di Akhirat. Tapi sebaliknya, jika masa usia diisi dengan maksiat, maka usia menjadi pendek dan sekaligus membuat pemilik usia menjadi mengalami kerugian waktu.

Ibnu Qayyim al Jauziyyah pada kitab Ad-Daa’ Wa Ad-Dawaa’ menyampaikan pendapat ulama mengenai memendeknya usia akibat maksiat. Rezeki, usia, bahagia, derita, sehat, sakit, kaya dan miskin hadir sesuai dengan ketetapan ALLAH subhanahuwata’ala. Maksiat dikatakan mengurangi umur karena hakikat kehidupan sebenarnya adalah hidupnya hati.

Oleh karena itu, ALLAH menyebut orang kafir sebagai orang mati, tidak hidup, sebagaimana firman-Nya:

أَمْوَاتٌ غَيْرُ أَحْيَاءٍ ۖ …

“(Berhala-berhala itu) benda mati tidak hidup, ..” (QS: An-Nahl:21)

Jadi pada hakikatnya, yang dimaksud dengan kehidupan adalah hidupnya hati. Seberapa lama hati itu hidup, maka sepanjang itulah umur manusia. Tak lain hanyalah waktu-waktu yang digunakan untuk mengingat ALLAH. Pada saat itulah, takwa dan kebaikannya bertambah.

Bagaimana Kita Mengukur Usia yang Berkah?

Makna usia pendek akibat maksiat tak hanya diukur dari jumlah tahun yang dilalui dalam kehidupan seseorang, tetapi juga dimaknakan sebagai hilangnya keberkahan usia.

Jelas sekali ukurannya bukan dari hal dunia yang telah kita dapatkan selama hidup. Bukan diukur dari mobil mewah dan nyaman yang dimiliki. Bukan dari rumah mewah yang ditinggali.

Usia yang berkah dapat dilihat kehidupannya dalam usianya mendatangkan kebaikan pada yang lain. Dan tidak dapat dipungkiri, sumber dari kebaikan adalah dari ketaatan kepada ALLAH subhanahuwata’ala.

Demikiannya, tak bisa diukur semata dari pendeknya durasi usia, tapi juga kualitas yang terdapat dalam kehidupan usianya. Dari sinilah keberkahan usia dapat terukur.

Dan Bagaimana Meraih Usia yang Berkah?

Ilmu dalam ketaatan kepada ALLAH subhanahuwata’ala yang dapat menentukannya. Manfaatkan sisa usia yang ada dengan memerdalam ilmu agama Islam. Jadikan hidup sebagai perbekalan Akhirat.

Allah Ta’ala berfirman:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3).

Jadi kesimpulannya, ALLAH jala jallaluhu yang menciptakan waktu telah bersumpah atas nama waktu. Demikiannya hal ini sudah sepantasnya dijadikan pemicu kita untuk lebih menghargai waktu.

Semoga ALLAH senantiasa menerangkan jalan kita.

Untuk mendengarkan kajiannya yang dibawakan oleh: Al-Ustadz Subhan Bawazier hafizhahullah, silakan klik tautan berikut ini: https://youtu.be/r4H7-E_fTnw

Sumber: Instagram @the_rabbaanians