بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 
NIKMAT HARTA BUKANLAH TANDA BAHWA ALLAH TAALA MENCINTAI KITA
 
Nikmat harta yang Allah ﷻ berikan kepada kita BUKANLAH tanda bahwa Allah mencintai kita. Karena nikmat berupa harta tersebut juga Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang musyrik dan kafir. Bahkan bisa jadi, orang-orang kafir itu lebih banyak hartanya daripada kita.
 
Oleh karena itu, Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah rahimahullah menyebut nikmat harta ini sebagai suatu kenikmatan yang sifatnya nisbi (relatif) semata, tidak mutlak. Karena nikmat ini hanya terbatas di dunia, tidak di Akhirat. Demikian pula nikmat-nikmat lain seperti badan yang sehat, kedudukan yang tinggi di dunia, banyaknya anak, dan istri yang cantik. [Lihat Ijtima’ Al-Juyuusy Al-Islamiyyah, hal. 6]
 
Bahkan sebaliknya, bisa jadi kenikmatan berupa harta ini adalah bentuk istidraj (hukuman dari sisi yang tidak kita sadari) dari Allah ﷻ, sehingga manusia semakin tersesat dan semakin menjauh dari jalan-Nya yang lurus. Atau bisa jadi merupakan bentuk ujian dari Allah ﷻ kepada manusia.
 
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata:
“Ketika nikmat yang sifatnya nisbi merupakan suatu bentuk istidraj bagi orang kafir yang dapat menjerumuskannya ke dalam hukuman dan azab, maka nikmat itu seolah-olah bukanlah suatu kenikmatan. Nikmat itu justru merupakan ujian, sebagaimana istilah yang Allah taala berikan di dalam Kitab-Nya. Allah ﷻ berfirman:
 
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ ؛ وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ ؛ كَلَّا
 
 
“Adapun manusia, apabila Tuhannya mengujinya lalu dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia berkata: ‘Tuhanku telah memuliakanku.’ Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata: ‘Tuhanku menghinakanku.’ Sekali-kali tidak!” [QS. Al-Fajr 89: 15-17]
 
Maksudnya, tidaklah setiap orang yang dimuliakan dan diberi nikmat oleh Allah di dunia, berarti Allah benar-benar memberikan nikmat kepadanya. Bisa jadi hal itu merupakan ujian dan cobaan dari Allah bagi manusia.
 
Dan tidaklah setiap yang Allah sempitkan rezekinya dengan memberinya rezeki sekadar kebutuhannya dan tidak dilebihkan, berarti Allah menghinakannya. Akan tetapi Allah menguji hamba-Nya dengan kenikmatan, sebagaimana Allah juga menguji hamba-Nya dengan kesulitan (kesempitan).” [Lihat Ijtima’ Al-Juyuusy Al-Islamiyyah, hal. 6]
 
Oleh karena itu, para salaf dahulu, mereka tidak mau kalau ilmu agamanya itu ditukar dengan harta benda. Mereka tidak mau kalau ilmu yang dia miliki itu ditukar dengan sesuatu yang lebih rendah nilainya.
 
Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah berkata:
“Aku bersama Ahmad bin Abu Imran ketika ada seorang yang kaya raya lewat. Aku memandangnya dengan serius, padahal aku sedang belajar bersamanya.
 
Dia bertanya kepadaku, “Seolah-olah engkau berpikir tentang harta yang dimilki oleh orang itu?”
Aku menjawab, “Ya.”
Dia berkata, “Apakah engkau mau kalau Allah mengganti ilmu yang engkau miliki dengan harta yang dia punya? Sehingga engkau hidup sebagai orang kaya yang bodoh, dan dia hidup sebagai orang miskin yang berilmu?”
Maka aku menjawab: “Aku tidak mau mengganti ilmu yang aku miliki dengan harta yang dia punya. Karena ilmu itu kekayaan meski tanpa harta, kemuliaan meski tanpa pendukung, dan kekuasaan meski tanpa pasukan.” [Al-‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu, hal. 225-226]
 
Itulah kekayaan dan harta yang seharusnya kita cari dalam kehidupan ini. Itu pula harta yang seharusnya kita inginkan. Kita hanya bisa berdoa, semoga Allah ﷻ memberikan taufik kepada kita semua untuk bersemangat mencari kekayaan itu.
 
 
 
Penulis: M. Saifudin Hakim
 
 
www.nasihatsahabat.com
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
NIKMAT HARTA BUKANLAH TANDA BAHWA ALLAH TAALA MENCINTAI KITA