NASIHAT DAN WASIAT UNTUK PARA PENUNTUT ILMU

Oleh: Asy-Syaikh Khalid bin Dhahwi Azh Zhafiri hafidzahullah

1. Bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersungguh-sungguh serta bersemangat dalam menuntut ilmu.

Ilmu tidak sekedar dipelajari ketika dauroh saja. Ilmu butuh kepada muroja’ah (mengulang), dirosah (memelajari), dan kitabah (menulis).

Ilmu butuh kepada menghadiri berbagai halaqoh dan sabar, serta memanfaatkan seluruh waktu yang dimiliki.

”Ilmu itu jika kamu berikan seluruh waktumu untuknya, ia akan memberimu sebahagian saja.”

Sebagaimana ungkapan:

تتعلم من المحبرة الى المقبرة

“Belajar sejak dari buaian sampai ke kuburan (datangnya ajal).”

2. Lemahnya penguasaan Bahasa Arab kalian, sehingga kalian butuh usaha yang lebih dan lebih banyak untuk memelajarinya.

Jadikan percakapan antara kalian di lingkungan dan pondok-pondok dengan berbahasa Arab, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa. Bahasa Arab adalah modal ilmu yang tidak akan bisa membaca dan memelajari ilmu syari tanpanya.

Namun demikian, janganlah pelajaran Bahasa Arab tersebut melalaikan dari memelajari ilmu tauhid, akidah, fikih, tafsir dll. Baca ilmu tentang itu semua dengan terus memelajari bahasa Arab.

3.   Tidaklah ilmu dan kitab para Salaf sampai kepada kita, kecuali dengan semangat dalam menuntut ilmu. Bahkan mereka hampir tidak meluangkan waktu untuk makan.

Sebagaimana kisah Ibnu Abi Hatim yang membeli seekor ikan, namun tidak sempat memasaknya, karena sibuk menuntut ilmu sampai berlalu tiga hari. Akhirnya mereka memakan ikan tersebut mentah-mentah.

Dengan meluangkan waktu sepenuhnya untuk ilmu, maka seseorang akan meraih kedudukan dan martabat.

Namun disayangkan, didapati sebahagian penuntut ilmu yang berpuas diri dengan apa yang telah ia raih. Semangatnya melemah dalam menghadiri durus, talaqqi,…seakan-akan ia telah merasa cukup dan sudah mendapatkan ghanimah, sehingga tidak menginginkan tambahan ilmu.

Padahal kebalikannya. Seseorang yang sudah meluas ilmunya dan menceburkan diri ke dalam lautan ilmu, semakin merasa bahwa dirinya jahil. Dan ia menyadari, bahwa tidak ada yang bisa menghapus kejahilannya itu, kecuali dengan menuntut ilmu.

4. Hendaknya kalian bersatu di atas Sunnah dan Manhaj Salafus Shalih dan tidak berpecah-belah, serta saling menasihati dan mengasihi satu dengan lainnya dan hikmah dalam berdakwah.

Saling berkunjung satu dengan lainnya. Dengan bersatu menjadi sebab dakwah akan kokoh, tersebar tauhid dan sunnah.

5. Berakhlak dan bermuamalah yang baik dengan manusia, bersabar dan hikmah. Hal itu adalah salah satu media terbaik untuk mendakwahkan tauhid.

Jangan sampai akhlakmu yang jelek menjadikan orang lari dari dakwah tauhid. (Sejarah membuktikan), bahwa tersebarnya dakwah Islam di negeri ini, di antaranya karena muamalah dan akhlak yang baik dari kaum Muslimin pendatang di negeri ini.

6. Selalu berhubungan dan terikat dengan Ulama Kibar yang mereka terkenal memahami sunnah, Manhaj yang lurus dan akidah yang shahihah.

Semisal Asy-Syaikh Ibnu Baaz, Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin, Asy-Syaikh al-Albaniy, Asy-Syaikh al-Luhaidan, Asy-Syaikh Robi’, Asy-Syaikh ‘Ubaid, Syaikh Muhammad bin Hadi dan dari para Ulama Ahlussunnah yang  lainnya.

Jangan mengambil ilmu dari juhala, Ahlul ahwa` wal Bid’ah. Tekad kita seluruhnya untuk mengambil ilmu hanya dari Ulama Sunnah Salafy.