بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#MutiaraSunnah

MENYAKITI MUKMIN TANPA KESALAHAN YANG DIPERBUAT, MERUPAKAN KEBOHONGAN DAN DOSA YANG NYATA

Menyakiti orang-orang Mukmin dan Mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, merupakan kebohongan dan dosa yang nyata! Allah Taala berfirman:

وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُّبِينًا

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang Mukmin dan Mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. [Al-Ahzab:58]

Ketahuilah, bahwa satu kalimat saja dapat menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam Neraka, lebih jauh dari jarak antara Timur dan Barat! Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنْ الْعَبْدِ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهِا يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِ قِ وَالْمَغْرِبِ

Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dia pikirkan (baik atau buruknya) pada kalimat itu. Kalimat itu menyebabkan dia terjerumus ke dalam Neraka, lebih jauh dari Timur dan Barat. [HR. Bukhari, Muslim, dari Abu Hurairah].

Rasulullah ﷺ memeringatkan bahaya tuduhan yang tidak benar dengan sabdanya:

لاَيَرْمِي رَجُلٌ رَجُلاً بِالْفُسُوقِ وَلاَ يَرْمِيهِ بِالْكُفْرِ إِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَا حِبُهُ كَذَلِك

Tidaklah seseorang menuduh orang lain dengan kefasikan, dan tidaklah dia menuduh orang lain dengan kekafiran, kecuali tuduhan itu kembali kepadanya, jika yang dituduh tidak seperti itu. [HR. Bukhari dari Abu Dzar].

Beliau ﷺ juga memberitakan ancaman bagi orang yang membuat fitnah atas seorang Mukmin dengan sabdanya:

وَمَنْ قَالَ فِي مُؤْمِنٍ مَا لَيْسَ فِيهِ أَسْكَنَهُ اللَّهُ رَدغَةَ الْخَبَالِ حَتَّى يَخْرُجَ مِمَّا قَالَ

Barang siapa berbicara tentang seorang Mukmin apa yang tidak ada padanya, niscaya Allah tempatkan dia di dalam lumpur racun penghuni Neraka, sampai dia keluar dari apa yang telah dia ucapkan, dan dia tidaklah akan keluar! [HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Baihaqi, dari Ibnu Umar, dishahihkan Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi di dalam Ruyah Waqiiyyah hal: 84]

 

Sumber: https://almanhaj.or.id/968-siapakah-Sururi.html