بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
MENJADI PRIBADI YANG OPTIMIS
 
Optimis merupakan karakter indah seorang Mukmin. Mukmin sejati harus senantiasa berpikir positif dan memotivasi diri menjadi pribadi yang memiliki visi Akhirat, perfeksionis, dan punya standar yang tinggi untuk perkara-perkara yang dicintai Allah.
 
Sikap optimis harus ditanamkan dalam hati, manakala suatu saat menghadapi badai masalah. Ia akan tegar, dan terus bersemangat mencari solusi penyelesaian masalah. Tidak mudah putus asa dan yakin, pasti ada hikmah besar di balik semua takdir Allah. Islam mengajarkan umatnya untuk bangkit menyongsong hari esok dengan obsesi baru, harapan dan semangat membara, agar hidupnya lebih baik, amalnya lebih saleh, imannya bertambah kuat, serta hatinya dipenuhi buhul cinta kepada Allah. Tidak menyesali peristiwa masa lalu, yang mungkin menumbuhkan kesedihan mendalam.
 
Hadapi perkara mendatang dengan penuh kebahagiaan, dan menepis dan melawan perasaan negatif yang belum terjadi. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
 
لَا عَدْوَى، وَلَا طِيَرَةَ، وَيُعْجِبُنِيْ الْفَأْلُ
 
“Tidak ada penyakit yang menular sendiri, dan tidak ada kesialan. Al-fa`lu (kata-kata yang baik) membuatku kagum.” [HR. Bukhari dan Muslim]
 
Al-Hulaimi rahimahullah mengatakan:
“Nabi ﷺ suka dengan optimisme, karena pesimis merupakan cermin persangkaan buruk kepada Allah tanpa alasan yang jelas. Optimisme diperintahkan, dan merupakan wujud persangkaan yang baik. Seorang Mukmin diperintahkan untuk berprasangka baik kepada Allah dalam setiap kondisi.” [Fathul Bari`, 10/226]
 
Optimisme butuh action dan langkah nyata. Seorang yang ingin sukses menempuh studi, atau menuntut ilmu agama, perlu belajar sungguh-sungguh, bekerja keras, dan mengerahkan segala potensi yang dimilikinya, menjalankan usaha-usaha atau ikhtiar dalam mencapai tujuannya. Begitu pula ketika berniat berumah tangga, semangat saja belum cukup. Butuh kesiapan fisik dan ilmu yang terkait dengan kerumahtanggaan, agar bahtera pernikahannya berkah di sisi Allah. Hidup ini hakikatnya adalah belajar, beramal, dan bersabar, serta mengiringi semua yang kita lakukan dengan penuh optimisme, Allah akan memberi kita yang terbaik sesuai takdir-Nya. Yakinlah setelah kesulitan ada kemudahan. Allah ﷻ berfirman:
 
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا، إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
 
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.” [QS. Al-Insyirah: 5-6]
 
Seorang Mukmin sejati dalam segala situasi dan kondisi harus bergantung hatinya kepada Allah. Memerbanyak doa dan husnudzan kepada Allah akan memberikan pilihan terbaik sesuai dengan ilmu Allah, meski terkadang tidak selaras dengan nafsu manusia.
 
Al-Hasan al-Basri mengatakan:
“Sesungguhnya tawakal seorang hamba kepada Rabb-nya adalah ia meyakini, bahwa Allah itu sumber kepercayaan dirinya.” [Al-Fawa’id, 149]
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكِ، وَ اسْتَعِنْ بِاللّٰهِ وَلَا تَعْجَزْ
 
“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Dan minta tolonglah kepada Allah. Dan jangan kau lemah.” [HR. Muslim]
 
Referensi:
1. Majalah as-sunnah edisi 01/tahun X/1427 HP.
2. Psikologi Islam yang Sempurna, dr. Raehanul Bahraen, Muslim Afiyah, Yogyakarta, 2018.
 
Penulis: Isruwanti Ummu Nashifa
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga: