بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#DakwahTauhid
MENAHAN DIRI DARI BERBICARA TENTANG TAKDIR
Pembicaraan tentang takdir hanyalah sekedar penyebutan, atau pemahaman yang benar terhadap dalil-dalil dari Alquran dan Hadis yang Shahih. Tidak lebih dari itu.
Tidak boleh kita memerbincangkan takdir melewati batas itu. Nabi ﷺ bersabda:

إِذَا ذُكِرَ الْقَدَرُ فَأَمْسِكُوا

“Jika disebutkan tentang takdir, maka tahanlah.” (H.R Al-Harits bin Abi Usamah dalam Musnadnya, Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albany).
Di antaranya adalah larangan menanyakan atau memerbincangkan alasan, mengapa suatu ditakdirkan demikian dan tidak demikian.
Mengapa Fulan ditakdirkan begini, tapi Fulan ditakdirkan begitu.
Itu semua adalah terlarang, karena termasuk menanyakan tentang perbuatan Allah subhanahu wa ta’ala.
Sedangkan perbuatan Allah tidaklah boleh untuk ditanyakan, karena pasti berkisar antara kelebihan kebaikan (fadhl) dan keadilan.

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ

Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan-Nya, sedangkan mereka (makhluk) akan ditanya (QS Al-Anbiyaa: 23).
 
Dikutip dari Buku “Akidah Imam Al-Muzani (Murid Imam Asy-Syafii)”
Al Ustadz Abu Utsman Kharisman Hafidzahullah.
 
Sumber: http://telegram.me/alistiqomah