بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

MEMAHAMI ISTIGHOSAH
>> Memohon keselamatan dari kesulitan dan kebinasaan
 
Ibnu Taimiyah berkata bahwa makna istighosah adalah:
 
طَلَبِ الْغَوْثِ
 
“Meminta bantuan (pertolongan).” [Majmu’ Al Fatawa, 1: 101]
 
Yang dimaksud adalah meminta dihilangkan kesulitan. [Fathul Majid, hal. 179 dan At Tamhid li Syarh Kitabit Tauhid, hal. 175]
 
Istighosah termasuk doa. Namun kalau doa sifatnya lebih umum karena doa mencakup istiadzah (meminta perlindungan sebelum datang bencana), dan istighosah (meminta dihilangkan bencana). [Lihat Al Mulakhosh fii Syarhi Kitabit Tauhid, hal. 113]
 
Istighosah adalah meminta pertolongan agar terhindar dari kesulitan, maka TIDAK boleh hal ini ditujukan selain kepada Allah, terkhusus pada hal-hal yang hanya mampu dilakukan oleh Allah semata. Karena istighosah bisa saja diminta dari makhluk yang mampu memenuhinya.
 
Syaikh Sholih Alu Syaikh hafizhohullah berkata:
“Sebagian ulama memberikan ketentuan kapan istighosah termasuk syirik akbar, yaitu ketika istighosah ditujukan pada makhluk yang mereka sebenarnya tidak mampu memenuhinya. Sebagian lagi berkata bahwa istighosah adalah meminta pertolongan dihilangkan bencana pada makhluk, pada perkara yang tidak dimampui selain Allah. Pendapat terakhir, itulah yang lebih tepat.” [At Tamhid, hal. 175]
 
Dari penjelasan di atas menunjukkan, bahwa jika seseorang meminta tolong pada orang lain ketika ia akan tenggelam, maka ini termasuk istighosah yang dibolehkan. Maka ketika orang yang dimintai tolong tidak mampu menolong, itu belum tentu termasuk syirik akbar. Karena istighosah yang termasuk syirik akbar adalah meminta tolong pada makhluk, pada perkara yang tidak dimampui selain Allah.
 
Sedangkan menolong orang yang tenggelam mampu dilakukan oleh makhluk, namun ada yang tidak bisa memenuhinya. Sehingga kapan istighosah dikatakan syirik akbar, sangat baik jika yang jadi pegangan adalah kriteria kedua sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikh Sholih Alu Syaikh di atas. Istighosah termasuk syirik akbar, jika permintaan tolong tersebut ditujukan pada makhluk dalam perkara yang hanya bisa dipenuhi oleh Allah, tidak yang lainnya. [At Tamhid, hal. 175]
 
Jika istighosah dilakukan dengan meminta pada penjaga laut atau penjaga gunung agar terlepas dari bencana, maka hal ini dinilai sebagai kesyirikan, bahkan syirik akbar. Namun istighosah yang dilakukan saat ini kadang terlihat Islami, karena dilakukan dengan berdoa meminta pada Allah. Akan tetapi sayangnya ritual istighosah diikuti dengan kesyirikan, seperti disertai dengan ritual tumbal kepada penjaga kaki gunung.
 
Kaum Muslimin perlu diberikan penerangan, bahwa sebenarnya bukan dengan memberikan tumbal atau sesajen pada penjaga gunung atau penjaga laut yang bisa membuat bencana itu reda atau hilang. Karena syirik adalah sebab utama yang mendatangkan murka dan siksa Allah, serta menjauhkan seseorang dari rahmat Allah. Bagaimana kita mau lepas dari bencana, sedangkan yang kita lakukan mendatangkan murka-Nya?
 
Semoga Allah senantiasa memberikan kita taufik untuk terus dapat menauhidkan-Nya, menjauhkan kita dari segala macam kesyirikan. Serta semoga semakin hidup generasi-generasi dengan akidah yang kokoh, dan yang berpegang dengan cara beragama yang diajarkan Salafush Saleh.
 
 
 
 
Penulis: Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc hafizhahullah
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
#memahamiistighosah #apaituistighosah #apaartiistighosah #istighosah #istighasah #syirikakbar #tauhidkanAllah #istighotsah