بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 
MAU HIDUP SEPERTI RAJA?
 
Bekerjalah mencari rezeki dengan hati yang qanaah, tidak dipenuhi oleh ambisi dan keserakahan. Sifat qanaah dan lapang dada dengan pembagian Allah ﷻ adalah kekayaan yang tidak ada bandingnya. Dahulu orang berkata:
“Bila engkau memiliki hati yang qanaah, maka engkau dan pemilik dunia (kaya raya) adalah sama.”
 
إذا كنت ذا قلب قنوع، فأنت وصاحب الدنيا سواء.
 
“Qanaah adalah harta karun yang tidak akan pernah sirna.”
 
القناعة كنز لا يفنى
 
Rasulullah ﷺ menggambarkan keadaan orang yang dikaruniai sifat qanaah dengan sabdanya:
 
من أصبح منكم آمنا في سربه معافى في جسده عنده قوت يومه ؛ فكأنما حيزت له الدنيا بحذافيرها.رواه الترمذي وابن ماجة والطبراني وابن حبان والبيهقي.
 
“Barang siapa dari kalian yang merasa aman di rumahnya, sehat badannya, dan ia memiliki makanan untuk hari itu, maka seakan-akan telah dikumpulkan untuknya dunia beserta isinya.” [Hadis Riwayat At-Tirmizy, Ibnu Majah, At Thobrany, Ibnu Hibban dan Al Baihaqy]
 
Al Munawi rahimahullah berkata:
“Maksud hadis ini, barang siapa yang terkumpul padanya:
• Kesehatan badan,
• Jiwanya merasa aman ke mana pun ia pergi,
• Kebutuhan hari tersebut tercukupi, dan
• Keluarganya dalam keadaan selamat,
Maka sungguh Allah telah mengumpulkan untuknya seluruh jenis kenikmatan. Yang siapapun berhasil menguasai dunia, tidaklah akan mendapatkan kecuali hal tersebut.” [Faidhul Qadir oleh Al Munawi 9/387]
 
Dengan jiwa yang dipenuhi dengan qanaah dan keridaan dengan segala rezeki yang Allah turunkan untuknya, maka keberkahan akan dianugerahkan kepadanya:
 
إن اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يبتلي عَبْدَهُ بِمَا أَعْطَاهُ فَمَنْ رضي بِمَا قَسَمَ الله عز وجل له بَارَكَ الله له فيه وَوَسَّعَهُ وَمَنْ لم يَرْضَ لم يُبَارِكْ له ولم يزده على ما كتب له. رواه أحمد والبيهقي وصححه الألباني
 
“Sesungguhnya Allah Yang Maha Luas Karunia-Nya lagi Maha Tinggi, akan menguji setiap hamba-Nya dengan rezeki yang telah Dia berikan kepadanya. Barang siapa yang rida dengan pembagian Allah ﷻ, maka Allah akan memberkahi dan melapangkan rezeki tersebut untuknya. Dan barang siapa yang tidak rida (tidak puas), niscaya rezekinya tidak akan diberkahi.” [Hadis Riwayat Imam Ahmad dan disahihkan oleh Al Albany)
 
Al Munawi dalam kitab Faidhul Qadir menyebutkan:
“Bahwa penyakit ini, (yaitu: tidak puas dengan apa yang telah Allah karuniakan kepadanya-pen) telah banyak didapatkan pada pemuja dunia, sehingga engkau dapatkan salah seorang dari mereka:
• Meremehkan rezeki yang telah dikaruniakan untuknya,
• Merasa hartanya itu sedikit, buruk, serta
• Mengagumi rezeki orang lain, dan
• Menggapnya lebih bagus dan banyak.
 
Oleh karenanya, ia akan senantiasa banting tulang untuk menambah hartanya, hingga akhirnya habislah umurnya, sirnalah kekuatannya, dan ia pun menjadi tua renta (pikun) akibat dari ambisi yang tergapai dan rasa letih. Dengan itu ia telah menyiksa tubuhnya, mengelamkan lembaran amalannya dengan berbagai dosa yang ia lakukan demi mendapatkan harta kekayaan. Padahal ia tidaklah akan memperoleh selain apa yang telah Allah tentukan untuknya. Pada akhir hayatnya ia meninggal dunia dalam keadaan pailit, ia tidak mensyukuri apa yang telah ia peroleh, dan ia juga tidak berhasil menggapai apa yang ia inginkan.” [Idem 2/236]
 
Oleh karena itu Islam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa menjaga kehormatan agama dan dirinya, dalam setiap usaha yang ia tempuh guna mencari rezeki. Sehingga seorang Muslim tidak akan menempuh, melainkan jalan-jalan yang dihalalkan, dan dengan tetap menjaga kehormatan dirinya.
 
Dari sahabat Hakim bin Hizam radhiallahu ‘anhu, ia mengisahkan:
“Pada suatu saat aku pernah meminta sesuatu kepada Rasulullah ﷺ, dan beliau pun memberiku. Kemudian aku kembali meminta kepadanya, dan beliau kembali memberiku. Kemudian aku kembali meminta kepadanya, dan beliau pun kembali memberiku.
 
Kemudian beliau ﷺ bersabda: “Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini bak buah yang segar lagi manis. Dan barang siapa yang mengambilnya dengan tanpa ambisi (dan tamak atau atas kerelaan pemiliknya), maka akan diberkahi untuknya harta tersebut. Dan barang siapa yang mengambilnya dengan penuh rasa ambisi (tamak), niscaya harta tersebut tidak akan diberkahi untuknya. Dan ia bagaikan orang yang makan dan tidak pernah merasa kenyang. Tangan yang berada di atas lebih mulia dibanding tangan yang berada di bawah.”
 
Hakim melanjutkan kisahnya dengan berkata: Kemudian aku berkata: “Wahai Rasulullah, demi Zat Yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran, aku tidak akan meminta harta seseorang sepeninggalmu, hingga aku meninggal dunia.” [Muttafaqun ‘alaih]
 
Hadis ini menunjukkan, bahwa sifat qanaah, peras keringat sendiri untuk memenuhi kebutuhan, serta menempuh jalan yang baik ketika mencari rezeki, akan senantiasa diiringi dengan keberkahan. Dan bahwa orang yang mencari harta kekayaan dengan ambisi dan keserakahan sehingga ia tidak mengumpulkan dengan cara-cara yang dibenarkan, niscaya harta kekayaannya tidak akan pernah diberkahi. Bahkan akan dihukumi dengan dihalangi dirinya dari kemanfaatan harta yang telah ia kumpulkan. [Syarah Sahih Bukhari oleh Ibn Batthol 3/48]
 
Pada hadis lain, beliau ﷺ memberikan contoh nyata bagi pekerjaan yang terhormat dan tidak merendahkan martabat diri:
“Sungguh demi Zat Yang jiwaku berada di Tangan-Nya, seandainya salah seorang dari kamu membawa talinya, kemudian ia mencari kayu bakar dan memanggulnya di atas punggungnya, maka itu lebih baik baginya daripada ia mendatangi orang lain, kemudian meminta-minta kepadanya, baik ia diberi atau tidak.” [Hadis Riwayat Bukhari]
 
وَالَّذِي نَفْسِي بيده لَأَنْ يَأْخُذَ أحدكم حَبْلَهُ فَيَحْتَطِبَ على ظَهْرِهِ خَيْرٌ له من أَنْ يَأْتِيَ رَجُلًا فَيَسْأَلَهُ أَعْطَاهُ أو مَنَعَهُ.
 
Pada hadis lain, beliau ﷺ menjelaskan wujud lain dari penjagaan terhadap kehormatan diri dan agama seseorang ketika bekerja. Beliau ﷺ bersabda:
 
من طلب حقا فليطلبه في عفاف واف أو غير واف.رواه الترمذي وابن ماجه وابن حبان والحاكم
 
“Barang siapa yang menagih haknya, hendaknya ia menagihnya dengan cara yang terhormat, baik ia berhasil mendapatkannya atau tidak.” [Hadis Riwayat At Tirmizy, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al Hakim]
 
Di antara metode yang diajarkan oleh Islam kepada umatnya agar usahanya diberkahi Allah ﷻ dan mendatangkan keberhasilan, ialah dengan menggunakan modal yang diperoleh dari jalan yang baik, serta diperoleh tanpa ambisi dan keserakahan.
 
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah ﷺ pada suatu hari hendak memberi Umar bin Khatthab radhiallahu ‘anhu suatu pemberian. Kemudian Umar berkata kepada beliau: “Ya Rasulullah, berikanlah kepada orang yang lebih membutuhkannya daripada aku.”
Maka Rasulullah ﷺ bersabda kepadanya: “Ambillah, lalu gunakanlah sebagai modal, atau sedekahkanlah. Dan harta yang datang kepadamu sedangkan engkau tidak berambisi mendapatkannya, tidak juga memintanya, maka ambillah. Dan harta yang tidak datang kepadamu, maka janganlah engkau berambisi untuk memerolehnya.” Oleh karena itu dahulu Abdullah bin Umar tidak pernah meminta kepada seseorang, dan tidak pernah menolak sesuatu yang diberikan kepadanya.” [Muttafaqun ‘alaih]
 
 
Semoga Allah memberikan kita karunia sifat qanaah, tidak dipenuhi oleh ambisi dan keserakahan.
 
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
MAU HIDUP SEPERTI RAJA?
MAU HIDUP SEPERTI RAJA?