بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
MASA ‘FITNAH’ MENYINGKAP HAKIKAT
Di masa ‘fitnah’, di masa terjadinya persoalan-persoalan besar yang terkait dengan orang banyak, tersingkap berbagai hakikat yang tersembunyi.
Di antaranya terlihat orang-orang yang tidak berpegang teguh dengan Manhaj Salaf dalam bersikap kepada para penguasa yang zalim. Ilmu tentang Manhaj Salaf terkalahkan dengan kemarahan terhadap kezaliman penguasa. Mereka lupakan pesan Nabi ﷺ untuk bersabar dan berdoa. Hanya karena emosi, mereka lupakan juga pesan Nabi ﷺ untuk menjaga darah kaum Muslimin.
Demikian pula, tersingkap orang-orang yang tidak memahami Manhaj Ahlus Sunnah dalam masa ‘fitnah’, adalah merujuk kepada ulama besar Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Bahkan bermunculan orang yang tidak malu berfatwa dalam persoalan-persoalan besar, serta menyelisihi fatwa para ulama besar. Mereka lupakan pesan Nabi ﷺ, bahwa keberkahan bersama para ulama besar kalian.
Lebih dari itu, tersingkap kebencian dalam hati mereka kepada para ulama dan da’i sunnah, diiringi dengan ucapan-ucapan dan tuduhan yang keji: Ulama tidak tahu waqi’ (realita), ulama berfatwa sesuai pesanan penguasa, para da’i sunnah tidak ikut membela Islam, padahal cara mereka membela Islam bertentangan dengan Islam itu sendiri.
Termasuk para Facebooker yang menjelek-jelekan Ustadz Riyadh Bajrey, Ustadz Badru Salam, Ustadz Abdurrahman Ayub dan para da’i sunnah yang lain hafizhahumullaah, hanya karena sering mengritik atau memberi peringatan keras cara ‘jihad’ mereka yang keliru, ‘jihad’ yang mengikuti konstitusi yang berasas demokrasi, hasil adopsi dari negeri-negeri kafir, atau ‘jihad’ teroris yang membuang bom di sembarang tempat.
Jangan engkau tertipu. Selama ini mereka teriak-teriak membela Islam dan berjuang untuk Suriah dan Palestina. Ketika mereka menjelek-jelekan para ulama dan da’i sunnah, sesungguhnya sadar atau tidak mereka telah menghalangi manusia untuk mengikuti sunnah. Maka pada diri mereka ada sifat-sifat Ahlul Bid’ah dan Hizbiyyah.
Al-Imam Yahya bin Ma’in rahimahullah berkata:
علامة أهل البدع الوقيعة في أهل الأثر
“Tanda Ahlul Bid’ah adalah menjelek-jelekan Ahlul Atsar (Ahlus Sunnah).” [As Sunnah lil Laalakaai, 1/179]
Al-Imam Al-Auza’i rahimahullah berkata:
لَيْسَ مِنْ صَاحِبِ بِدْعَةٍ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخِلَافِ بِدْعَتِهِ بِحَدِيثٍ إِلَّا أَبْغَضَ الْحَدِيثَ
“Tidak ada satu pun pelaku bid’ah yang engkau sampaikan hadis Rasulullah ﷺ yang menyelisihi bid’ahnya, kecuali ia akan membenci hadis tersebut.” [Syarafu Ashaabil Hadis: 149]
Al-Imam Ahmad bin Sinan Al-Qoththon rahimahullah berkata:
لَيْسَ فِي الدُّنْيَا مُبْتَدِعٌ إِلَّا وَهُوَ يُبْغِضُ أَهْلَ الْحَدِيثِ فَإِذَا ابْتَدَعَ الرَّجُلُ نُزِعَ حَلَاوَةُ الْحَدِيثِ مِنْ قَلْبِهِ
“Tidak ada di dunia ini seorang Ahlul Bid’ah pun, kecuali ia membenci Ahlul Hadis (Ahlus Sunnah). Dan apabila seseorang berbuat bid’ah, maka akan dihilangkan manisnya hadis dari hatinya.” [Syarafu Ashaabil Hadis: 150]
Al-Imam Abu Nashr bin Sallaam Al-Faqih rahimahullah berkata:
لَيْسَ شَيْءٌ أَثْقَلَ عَلَى أَهْلِ الْإِلْحَادِ، وَلَا أَبْغَضُ إِلَيْهِمْ مِنْ سَمَاعِ الْحَدِيثِ وَرِوَايَتِهِ بِإِسْنَادِه
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat atas orang-orang yang sesat, dan lebih dibenci oleh mereka dari mendengar hadis dan meriwayatkannya dengan sanadnya.” [Syarafu Ashaabil Hadis: 151]
Al-Imam Abu ‘Utsman Ash-Shabuni rahimahullah berkata:
علامات البدع على أهلها بادية ظاهرة، وأظهر آياتهم وعلاماتهم: شدة معاداتهم لحملة أخبار النبي صلى الله عليه وسلم واحتقارهم واستخفافهم بهم
“Tanda-tanda Ahlul Bid’ah nampak jelas pada orang-orangnya. Dan tanda mereka yang paling jelas adalah kerasnya permusuhan, perendahan dan peremehan mereka terhadap para pembawa hadis-hadis Nabi ﷺ.” [‘Aqidatus Salaf Ashhaabil Hadis: 101]
Asy-Syaikh Al-‘Allamah Shalih Al-Fauzan hafizhahullah berkata:
وأننا نسمع في زماننا هذا من يتكلم في أعراض العلماء ويتهمهم بالغباوة والجهل وعدم إدراك الأمور وعدم فقه الواقع كما يقولون وهذا أمر خطير
“Sering kita mendengar di zaman sekarang ini, orang yang menjelek-jelekan ulama dan menuduh mereka sebagai orang dungu, jahil, tidak mengerti permasalahan dan tidak tahu fakta di lapangan (Fiqh Waqi’), tuduhan ini adalah hal yang sangat berbahaya.” [Muhadhoroh Aqidah wa Da’wah, 2/183]
Asy-Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Aalusy Syaikh hafizhahullah berkata:
فإذا غلط أحدهم في مسألة أو في مسألتين أو إجتهد فأخطأ، فإنهم لا يتبعونه فيما أخطأ فيه، لكنهم لا يذمونه لأنهم يعلمون أنه مجتهد، وأن العلماء هم ورثة الأنبياء. فمن منهجهم سلامة ألسنتهم من الوقيعة في أهل العلم، لأن العلماء هم ورثة الأنبياء وهم الذين يدلون الناس على الشريعة
“Apabila salah seorang ulama keliru dalam satu atau dua masalah, atau ia berijtihad dan salah, maka Ahlus Sunnah tidak mengikuti kesalahan mereka, namun juga tidak mencela mereka, karena Ahlus Sunnah menyadari, bahwa ia seorang mujtahid, dan para ulama adalah pewaris para nabi. Maka termasuk Manhaj Ahlus Sunnah adalah selamatnya lisan-lisan mereka dari menjelek-jelekkan para ulama, karena ulama adalah pewaris para nabi dan merekalah yang menunjuki umat kepada syariat agama ini.” [Ad-Durusul ‘Ilmiyyah Al-’Aammah fil ‘Ilmi wad Da’wah wat Tarbiyah, 2/487]
Maka ingatlah saudaraku, merendahkan para ulama dan penuntut ilmu termasuk dosa besar, karena Allah ta’ala telah memuliakan mereka. Maka tidaklah patut merendahkan mereka. Allah ta’ala berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” [Al-Mujadilah: 11]
Oleh karena itu, betapa pun kita tidak setuju dengan pendapat seorang ulama sunnah karena kita lebih memilih pendapat ulama yang lain, namun tidak dibenarkan bagi kita untuk menjatuhkan kehormatan seorang ulama, meski kita tidak mengikuti pendapatnya dalam masalah yang diperbolehkan padanya perbedaan pendapat antara para ulama. Karena merendahkan ulama sangat berbahaya dan termasuk ciri Ahlul Bid’ah yang paling jelas.
Penulis: Al-Ustadz Sofyan Chalid Ruray hafizhahullah
Sumber: https://www.facebook.com/sofyanruray.info/posts/701334563349362:0
Leave A Comment