بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 

#DakwahTauhid

MAKNA, HAKIKAT DAN MACAM-MACAM HIDAYAH

Hidayah secara bahasa berarti ar-Rasyaad (Bimbingan) dan Ad-Dalaalah (Dalil/Petunjuk) [Lihat kitab “al-Qaamuushul muhiith” (hal. 1733)]

Adapun secara syari, maka Imam Ibnul Qayyim membagi hidayah yang dinisbatkan kepada Allah ta’ala menjadi empat macam:

  1. Hidayah yang bersifat umum dan diberikan-Nya kepada semua makhluk, sebagaimana yang tersebut dalam firman-Nya:

{قَال َرَبُّنَا الَّذِي أَعْطَى كُلَّ شَيْءٍ خَلْقَهُ ثُمَّ هَدَى}

“Musa berkata: “Rabb kami (Allah Ta’ala) ialah (Rabb) yang telah memberikan kepada setiap makhluk bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk” (QS Thaahaa: 50).

Inilah hidayah (petunjuk) yang Allah ta’ala berikan kepada SEMUA MAKHLUK dalam hal yang berhubungan dengan kelangsungan dan kemaslahatan hidup mereka dalam urusan-urusan dunia, seperti melakukan hal-hal yang bermanfaat, dan menjauhi hal-hal yang membinasakan untuk kelangsungan hidup di dunia.

  1. Hidayah (yang berupa) PENJELASAN dan KETERANGAN tentang jalan yang baik dan jalan yang buruk, serta jalan keselamatan dan jalan kebinasaan. Hidayah ini TIDAK berarti melahirkan petunjuk Allah yang sempurna, karena ini hanya merupakan sebab atau syarat. Tapi tidak mesti melahirkan (hidayah Allah ta’ala yang sempurna). Inilah makna firman Allah:

{وَأَمَّا ثَمُودُ فَهَدَيْنَاهُمْ فَاسْتَحَبُّوا الْعَمَى عَلَى الْهُدَى}

“Adapun kaum Tsamud, mereka telah Kami beri petunjuk, tetapi mereka lebih menyukai kebutaan (kesesatan) daripada petunjuk” (QS Fushshilat: 17).

Artinya: Kami jelaskan dan tunjukkan kepada mereka (jalan kebenaran), tapi mereka tidak mau mengikuti petunjuk.

Hidayah inilah yang mampu dilakukan oleh manusia, yaitu dengan berdakwah dan menyeru manusia ke jalan Allah, serta menjelaskan kepada mereka jalan yang benar dan memeringatkan jalan yang salah. Akan tetapi hidayah yang sempurna (yaitu taufik) hanya ada di tangan Allah ta’ala, meskipun tentu saja hidayah ini merupakan sebab besar untuk membuka hati manusia, agar mau mengikuti petunjuk Allah ta’ala dengan taufik-Nya.

Allah Ta’ala berfirman tentang Rasul-Nya:

{وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}

“Sesungguhnya engkau (wahai Rasulullah ﷺ) benar-benar memberi petunjuk (penjelasan dan bimbingan) kepada jalan yang lurus” (QS asy-Syuuraa: 52).

  1. Hidayah taufik, ilham (dalam hati manusia untuk mengikuti jalan yang benar) dan kelapangan dada untuk menerima kebenaran serta memilihnya. Inilah hidayah (sempurna) yang mesti menjadikan orang yang meraihnya akan mengikuti petunjuk Allah ta’ala. Inilah yang disebutkan dalam firman-Nya:

{فإن الله يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ}

“Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi hidayah (taufik) kepada siapa yang dikehendaki-Nya” (QS Faathir: 8). `

Dan firman-Nya:

{إِنْ تَحْرِصْ عَلَى هُدَاهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي مَنْ يُضِلُّ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ}

“Jika engkau (wahai Muhammad ﷺ) sangat mengharapkan agar mereka mendapat petunjuk, maka sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang yang disesatkan-Nya dan mereka tidak memunyai penolong” (QS an-Nahl: 37).

Juga firman-Nya:

{إِنَّكَ لا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ}

“Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad ﷺ) tidak dapat memberikan hidayah kepada orang yang engkau cintai. Tetapi Allah memberikan petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Dia yang lebih mengetahui tentang orang-orang yang mau menerima petunjuk” (QS al-Qashash: 56).

Maka dalam ayat ini Allah menafikan hidayah ini (taufik) dari Rasulullah ﷺ, dan menetapkan bagi beliau ﷺ hidayah dakwah (bimbingan/ajakan kepada kebaikan) dan penjelasan dalam firman-Nya:

{وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ}

“Sesungguhnya engkau (wahai Rasulullah ﷺ) benar-benar memberi petunjuk (penjelasan dan bimbingan) kepada jalan yang lurus” (QS asy-Syuuraa: 52).

  1. Puncak hidayah ini, yaitu hidayah kepada Surga dan Neraka, ketika penghuninya digiring kepadanya.

 

Allah Ta’ala berfirman tentang ucapan penghuni Surga:

{وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ لَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُ رَبِّنَا بِالْحَقِّ}

“Segala puji bagi Allah yang telah memberi hidayah kami ke (Surga) ini, dan kami tidak akan mendapat hidayah (ke Surga), kalau sekiranya Allah tidak menunjukkan kami” (QS al-A’raaf: 43).

Adapun tentang penghuni Neraka, Allah ta’ala berfirman:

{احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ. مِنْ دُونِ اللهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ}

“Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman-teman yang bersama mereka dan apa yang dahulu mereka sembah selain Allah. Lalu tunjukkanlah kepada mereka jalan ke Neraka” (QS ash-Shaaffaat: 22-23)” [Lihat kitab “Bada-i’ul fawa-id” (2/271-273) dengan ringkasan dan tambahan].

Dari sisi lain, Imam Ibnu Rajab al-Hambali membagi hidayah menjadi dua:

  • Hidayah yang bersifat Mujmal (garis besar/global), yaitu hidayah kepada agama Islam dan iman, yang ini dianugerahkan-Nya kepada setiap muslim.
  • Hidayah yang bersifat rinci dan detail, yaitu hidayah untuk mengetahui perincian cabang-cabang imam dan Islam, serta pertolongan-Nya untuk mengamalkan semua itu. Hidayah ini sangat dibutuhkan oleh setiap mukmin di siang dan malam” [Lihat kitab “Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam” (hal. 225)].

 

Dinukil dari artikel berjudul: “Makna Dan Hakikat Hidayah Allah” yang ditulis oleh: Ustadz Abdullah Taslim, Lc., MA.

[Artikel Muslim.Or.Id]

 

Sumber: https://muslim.or.id/19131-makna-dan-hakikat-hidayah-allah.html