بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
MAAF-MAAFAN SEBELUM RAMADAN
 
Sesaat lagi NAFAS menjadi TASBIH.
Sesaat lagi TIDUR menjadi IBADAH.
Sesaat lagi DOA menjadi IJABAH.
Sesaat lagi PAHALA dilipatgandakan.
Tapi itu semua tidak akan terjadi tanpa maaf yang tulus dari hati saudaraku.
Maka, izinkan kedua telapak tanganku ini, bertangkup untuk memohon maaf.
 
(1). Tidak disyariatkan untuk bermaaf-maafan setiap menjelang datangnya Ramadan.
 
(2). Ungkapan pda kalimat di atas senantiasa tersebar di setiap tahun sebelum datangnya Ramadan, yang berasal dari hadis palsu di bawah ini:
 
نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ ، وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ
 
“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah. Diamnya adalah tasbih. Doanya dikabulkan, dan amalannya pun akan dilipatgandakan pahalanya.” [HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman III/415 no. 3937 & ad-Dailami no. 3761, hadis dari Ibnu Umar]
 
Derajat pada hadis ini telah dianggap PALSU oleh para ulama hadis, karena orang yang meriwayatkannya tertuduh suka berdusta, yang bernama Sulaiman bin ‘Amr an-Nakha’i.
 
Imam Ahmad bin Hambal berkata: “Dia itu suka memalsukan hadis.”
Imam Yahya bin Ma’in berkata: “Dia dikenal seseorang yang suka memalsukan hadis.”
Imam al-Bukhari berkata: “Dia adalah seorang perawi yang matruk, Qutaibah serta Ishaq menuduhnya sebagai seorang tukang dusta.” [Lisaanul Miizaan III/110 no. 3954 oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalaani dan Miizaanul I’tidaal III/305 no. 3498 oleh Imam adz-Dzahabi]
Imam al-‘Iraaqi berkata: “Dia (Sulaiman bin ‘Amr) seorang pendusta.” [Takhriij al-Ihya’ I/310]
Imam lbnu Adiy berkata: “Para ulama telah sepakat bahwa Sulai­man bin ‘Amr adalah seorang pemalsu hadis.”
Imam Ibnu Hibban berkata: “Sulaiman bin ‘Amr an-Nakha’i itu adalah orang Baghdad, yang secara lahiriyah terlihat dia adalah orang yang saleh, tetapi dia telah memalsukan hadis.”
Imam al-Hakim berkata: “Tidak ada keraguan dia (Sulaiman bin ‘Amr) adalah pemalsu hadis.” [Imam lbnu Hibban di Kitab al-Majruuhiin I/333]
Imam al-Albani berkata: “(Sanad pada hadis) ini (derajatnya) palsu, karena ada rawi pendusta yang bernama Sulaiman bin ‘Amr.” [Silsilah al-Ahaadiits adh-Dha’iifah no. 4696]
Oleh: Ustadz Najmi Umar Bakkar
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
MAAF-MAAFAN SEBELUM RAMADAN