بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
LA TAHZAN INNALLAHA MA’ANA
 
Allah ﷻ berfirman:
لا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا
 
“Janganlah kamu berduka cita. Sesungguhnya Allah beserta kita.” [QS. At-Taubah: 40]
 
Allah-lah yang menciptakan kebahagiaan dan kesedihan, agar manusia menyadari nikmatnya kebahagiaan, sehingga ia bersyukur dan berbagi.
Dan sempitnya kesedihan diciptakan, agar ia tunduk bersimpuh di hadapan Tuhan Yang Maha Rahmat dan Mengasihi, serta tidak menyombongkan diri.
Hinggalah ia mengadu harap di hadapan Allah.
Merendah merengek di hadapan Allah.
Bersimpuh pasrah kepada Tuhan yang Maha Penyayang.
Seperti aduannya Nabi Yaqub saat lama berpisah dengan putra tercinta Yusuf ‘alaihimas sasalam:
إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَ حُزْنِي إِلَى اللَّهِ
 
“Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan penderitaan dan kesedihanku.” [QS. Yusuf: 86]
 
Ada saja hikmah dalam ketetapan Allah Yang Maha Hakim (Bijaksana) itu:
 
وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَىٰ
 
“Dialah Allah yang menjadikan seorang tertawa dan menangis.” [QS. An-Najm: 43]
 
Oleh karena itu, tidaklah tercela bila seorang merasa sedih.
Itu adalah naluri.
Tak ada salahnya, bila memang sewajarnya.
Terlebih bila sebab-sebab kesedihan itu suatu hal yang terpuji.
Seperti yang dirasakan orang beriman saat melakukan dosa, di mana Nabi ﷺ mengabarkan bahwa itu adalah tanda iman.
 
Rasulullah ﷺ bersabda:
 
مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَاتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَاتُهُ فَهُوَ الْمُؤْمِنُ
 
“Barang siapa yang merasa bergembira karena amal kebaikannya, dan sedih karena amal keburukannya, maka ia adalah seorang yang beriman.” [HR. Tirmidzi]
 
Yang tercela adalah saat seorang larut dalam sedihnya.
Hingga membuat hatinya lemah, tekadnya meredup, rasa optimisnya menghilang, kesedihan yang menghancurkan harapan.
Sampai membuatnya tidak mau bergerak, tidak ada ikhtiyar untuk mengubah keadaannya, untuk menjadi insan yang bahagia.
 
Yang tercela kesedihan yang membuatnya lemah untuk meraih rida Allah.
Bahkan membawanya pada keputusasaan dan membenci takdir Allah.
Karena seringkali setan memanfaatkan kesedihan untuk menjerumuskan manusia.
Betapa banyak orang-orang yang tergelincir dari jalan Allah karena larut dalam kesedihan.
 
Ikrimah rahimahullah pernah mengatakan:
 
ليس أحد إلا وهو يفرح ويحزن، ولكن اجعلوا الفرح شكراً والحزن صبر
 
“Setiap insan pasti pernah merasakan suka dan duka. Oleh karena itu, jadikanlah sukamu adalah syukur, dan dukamu adalah sabar.”
 
Oleh karenanya, Nabi ﷺ senantiasa berlindung dari rasa sedih. Di antara doa yang sering dipanjatkan Nabi ﷺ adalah:
 
اللهم إني أعوذ بك من الهم والحزن …
 
// Allahumma innii a’uudzubika minal hammi wal hazani…//
 
Artinya:
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari gundah gulana dan rasa sedih…” [HR. Bukhari dan Muslim]
 
Maka betapa indahnya Islam, agama yang mencintai kebahagiaan pada dirimu, dan mengenyahkanmu dari duka cita, di dunia dan di Akhirat.
Wahai saudaraku, usirlah kesedihan dari hatimu.
Jangan biarkan setan memanfaatkannya.
Karena setan selalu mengintai setiap gerak-gerik kita.
 
Sebagaimana Rasulullah ﷺ kabarkan:
“Sesungguhnya setan mendatangi kalian dalam setiap keadaan kalian. Sampai setan ikut hadir di makanan kalian.” [HR. Muslim]
 
Anda seorang Muslim?
Maka berbahagialah!
 
 
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
LA TAHZAN INNALLAHA MA’ANA