Jika Lupa Melakukan Sujud Sahwi, Apakah Sholatnya Mesti Diulangi?

Mengenai masalah ini kita dapat bagi menjadi dua keadaan:

Keadaan pertama: Jika Sujud Sahwi yang ditinggalkan sudah lama waktunya, namun wudhunya belum batal.

Dalam keadaan seperti ini –menurut pendapat yang lebih kuat- selama wudhunya masih ada, maka sholatnya tadi masih tetap teranggap dan ia melakukan Sujud Sahwi ketika ia ingat meskipun waktunya sudah lama. Inilah pendapat Imam Malik, pendapat yang terdahulu dari Imam Asy Syafi’i, Yahya bin Sa’id Al Anshori, Al Laits, Al Auza’i, Ibnu Hazm dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah [Namun Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengkhususkan jika memang Sujud Sahwinya terletak sesudah salam, inilah yang beliau bolehkan. Lihat Majmu’ Al Fatawa, 23/32]. [Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/466]

Di antara alasan pendapat di atas adalah:

Pertama: Karena jika kita mengatakan bahwa kalau sudah lama ia meninggalkan Sujud Sahwi, maka ini sebenarnya sulit dijadikan standar. Nabi ﷺ sendiri pernah dalam lupa sehingga hanya mengerjakan dua atau tiga rakaat, setelah itu malah beliau ngobrol-ngobrol, lalu keluar dari masjid, terus masuk ke dalam rumah. Lalu setelah itu ada yang mengingatkan. Lantas beliau pun mengerjakan rakaat yang kurang tadi. Setelah itu beliau melakukan Sujud Sahwi. Ini menunjukkan bahwa beliau melakukan Sujud Sahwi dalam waktu yang lama. Artinya waktu yang lama tidak bisa dijadikan.

Keadaan Kedua: Orang yang lupa –selama wudhunya masih ada- diperintahkan untuk menyempurnakan sholatnya dan diperintahkan untuk Sujud Sahwi. Meskipun lama waktunya, Sujud Sahwi tetap diwajibkan. Hal ini berdasarkan keumuman sabda Nabi ﷺ:

مَنْ نَسِىَ صَلاَةً أَوْ نَامَ عَنْهَا فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا

“Barang siapa yang lupa mengerjakan sholat atau ketiduran, maka kafarohnya (penebusnya) adalah hendaklah ia sholat ketika ia ingat.” (HR. Muslim no. 684)

Keadaan kedua: Jika Sujud Sahwinya ditinggalkan dan wudhunya batal

Untuk keadaan kedua ini berarti sholatnya batal hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama. Orang seperti berarti harus mengulangi sholatnya. Kecuali jika Sujud Sahwi yang ditinggalkan adalah Sujud Sahwi sesudah salam dikarenakan kelebihan mengerjakan rakaat, maka  ia boleh melaksanakan Sujud Sahwi setelah ia berwudhu kembali. [Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/466]

Jika Lupa Berulang Kali dalam Sholat

Jika seseorang lupa berulang kali dalam sholat, apakah ia harus berulang kali melakukan Sujud Sahwi? Jawabannya, hal ini tidak diperlukan.

Ulama Syafi’iyah, ‘Abdul Karim Ar Rofi’i rahimahullah mengatakan, “Jika lupa berulang kali dalam sholat, maka cukup dengan Sujud Sahwi (dua kali sujud) di akhir sholat.” [Fathul ‘Aziz Syarh Al Wajiz, Abul Qosim Abdul Karim bin Muhammad Ar Rofi’i, 4/172, Darul Fikr]

Sujud Sahwi Ketika Sholat Sunnah

Sujud Sahwi ketika sholat sunnah sama halnya dengan sholat wajib, yaitu sama-sama disyariatkan. Karena dalam hadis yang membicarakan Sujud Sahwi menyebutkan umumnya sholat, tidak membatasi pada sholat wajib saja.

Asy Syaukani rahimahullah menjelaskan, “Sebagaimana dikatakan dalam hadis ‘Abdurrahman bin ‘Auf:

إذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ

“Jika salah seorang di antara kalian ragu-ragu dalam sholatnya.” Hadis ini menunjukkan bahwa Sujud Sahwi itu disyariatkan pula, dalam sholat sunnah sebagaimana disyariatkan dalam sholat wajib (karena lafadzh dalam hadis ini umum). Inilah yang dipilih oleh Jumhur (Mayoritas) Ulama yang dulu dan sekarang. Karena untuk menambal kekurangan dalam sholat dan untuk menghinakan setan juga terdapat dalam sholat sunnah sebagaimana terdapat dalam sholat wajib.” [Nailul Author, Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani, 3/144, Idarotuth Thoba’ah Al Muniirah]

Tata Cara Sujud Sahwi

Sujud Sahwi adalah dua kali sujud yang dilakukan orang sholat, untuk menambal kekurangsempurnaan sholatnya lantaran terkena lupa. Sebab kelupaan ada tiga, yaitu: kelebihan, kekurangan dan keraguan.

 

Sebagaimana telah dijelaskan dalam beberapa hadis, bahwa Sujud Sahwi dilakukan dengan dua kali sujud di akhir sholat –sebelum atau sesudah salam-. Ketika ingin sujud disyariatkan untuk mengucapkan takbir “Allahu akbar”, begitu pula ketika ingin bangkit dari sujud disyariatkan untuk bertakbir.

Contoh cara melakukan Sujud Sahwi sebelum salam dijelaskan dalam hadis ‘Abdullah bin Buhainah:

فَلَمَّا أَتَمَّ صَلَاتَهُ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ فَكَبَّرَ فِي كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ

“Setelah beliau menyempurnakan sholatnya, beliau sujud dua kali. Ketika itu beliau bertakbir pada setiap akan sujud dalam posisi duduk. Beliau lakukan Sujud Sahwi ini sebelum salam.” (HR. Bukhari no. 1224 dan Muslim no. 570)

Contoh cara melakukan Sujud Sahwi sesudah salam dijelaskan dalam hadis Abu Hurairah:

فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَسَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ ثُمَّ سَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ فَرَفَعَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ ثُمَّ كَبَّرَ وَرَفَعَ

“Lalu beliau sholat dua rakaat lagi (yang tertinggal), kemudia beliau salam. Sesudah itu beliau bertakbir, lalu bersujud. Kemudian bertakbir lagi, lalu beliau bangkit. Kemudian bertakbir kembali, lalu beliau sujud kedua kalinya. Sesudah itu bertakbir, lalu beliau bangkit.” (HR. Bukhari no. 1229 dan Muslim no. 573)

Sujud Sahwi sesudah salam ini ditutup lagi dengan salam sebagaimana dijelaskan dalam hadis ‘Imron bin Hushain:

فَصَلَّى رَكْعَةً ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ.

“Kemudian beliau pun sholat satu rakaat (menambah rakaat yang kurang tadi). Lalu beliau salam. Setelah itu beliau melakukan Sujud Sahwi dengan dua kali sujud. Kemudian beliau salam lagi.” (HR. Muslim no. 574)

Apakah Ada Takbiratul Ihrom Sebelum Sujud Sahwi?

Sujud Sahwi sesudah salam tidak perlu diawali dengan takbiratul ihrom, cukup dengan takbir untuk sujud saja. Pendapat ini adalah pendapat mayoritas ulama. Landasan mengenai hal ini adalah hadis-hadis mengenai Sujud Sahwi yang telah lewat.

Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah berkata, “Para ulama berselisih pendapat mengenai Sujud Sahwi sesudah salam apakah disyaratkan takbiratul ihram ataukah cukup dengan takbir untuk sujud? Mayoritas ulama mengatakan cukup dengan takbir untuk sujud. Inilah pendapat yang nampak kuat dari berbagai dalil.” [Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 3/99, Darul Ma’rifah, 1379]

Apakah Perlu Tasyahud Setelah Sujud Kedua Dari Sujud Sahwi?

Pendapat yang terkuat di antara pendapat ulama yang ada, tidak perlu untuk tasyahud lagi setelah sujud kedua dari Sujud Sahwi karena tidak ada dalil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menerangkan hal ini. Adapun dalil yang biasa jadi pegangan bagi yang berpendapat adanya, dalilnya adalah dalil-dalil yang lemah.

Jadi cukup ketika melakukan Sujud Sahwi, bertakbir untuk sujud pertama, lalu sujud. Kemudian bertakbir lagi untuk bangkit dari sujud pertama dan duduk sebagaimana duduk antara dua sujud (Duduk Iftirosy). Setelah itu bertakbir dan sujud kembali. Lalu bertakbir kembali, kemudian Duduk Tawaruk. Setelah itu salam, TANPA tasyahud lagi sebelumnya.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Tidak ada dalil sama sekali yang mendukung pendapat ulama yang memerintahkan untuk tasyahud setelah sujud kedua dari Sujud Sahwi. Tidak ada satu pun hadis shahih yang membicarakan hal ini. Jika memang hal ini disyariatkan, maka tentu saja hal ini akan dihafal dan dikuasai oleh para sahabat yang membicarakan tentang Sujud Sahwi. Karena kadar lamanya tasyahud itu hampir sama lamanya dua sujud bahkan bisa lebih. Jika memang Nabi ﷺ  melakukan tasyahud ketika itu, maka tentu para sahabat akan lebih mengetahuinya daripada mengetahui perkara salam, takbir ketika akan sujud dan ketika akan bangkit dalam Sujud Sahwi. Semua-semua ini perkara ringan dibanding tasyahud.” [Dialihbahasakan secara bebas dari Majmu’ Al Fatawa, 23/49]

Adakah Doa Khusus Ketika Sujud Sahwi?

Sebagian ulama menganjurkan doa ini ketika Sujud Sahwi:

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو

“Subhana man laa yanaamu wa laa yas-huw” (Maha Suci Dzat yang tidak mungkin tidur dan lupa). [Bacaan Sujud Sahwi semacam ini di antaranya disebutkan oleh An Nawawi rahimahullah dalam Roudhotuth Tholibiin, 1/116, Mawqi’ Al Waroq]

Namun dzikir Sujud Sahwi di atas cuma anjuran saja dari sebagian ulama dan tanpa didukung oleh dalil. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan:

قَوْلُهُ : سَمِعْت بَعْضَ الْأَئِمَّةِ يَحْكِي أَنَّهُ يَسْتَحِبُّ أَنْ يَقُولَ فِيهِمَا : سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو – أَيْ فِي سَجْدَتَيْ السَّهْوِ – قُلْت : لَمْ أَجِدْ لَهُ أَصْلًا .

“Perkataan beliau, “Aku telah mendengar sebagian ulama yang menceritakan tentang dianjurkannya bacaan: “Subhaana man laa yanaamu wa laa yas-huw” ketika Sujud Sahwi (pada kedua sujudnya), maka aku katakan, “Aku tidak mendapatkan asalnya sama sekali.” (At Talkhis Al Habiir, 2/6)

Sehingga yang tepat mengenai bacaan ketika Sujud Sahwi adalah seperti bacaan sujud biasa ketika sholat. Bacaannya yang bisa dipraktikkan seperti:

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى

“Subhaana robbiyal a’laa” [Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi] [HR. Muslim no. 772]

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى

“Subhaanakallahumma robbanaa wa bi hamdika, allahummagh firliy.” [Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosa-dosaku] [HR. Bukhari no. 817 dan Muslim no. 484]

Dalam Mughnil Muhtaj –salah satu kitab fiqih Syafi’iyah- disebutkan, “Tata cara Sujud Sahwi sama seperti sujud ketika sholat dalam perbuatann wajib dan sunnahnya, seperti meletakkan dahi, thuma’ninah (bersikap tenang), menahan sujud, menundukkan kepala, melakukan duduk iftirosy [Duduk iftirosy adalah keadaan duduk seperti ketika tasyahud awwal, yaitu kaki kanan ditegakkan, sedangkan kaki kiri diduduki pantat] ketika duduk antara dua Sujud Sahwi, duduk tawarruk [Duduk tawaruk adalah duduk seperti tasyahud akhir, yaitu kaki kanan ditegakkan sedangkan kaki kiri berada di bawah kaki kanan] ketika selesai dari melakukan Sujud Sahwi, dan dzikir yang dibaca pada kedua sujud tersebut adalah seperti dzikir sujud dalam sholat.”

Sebagaimana pula diterangkan dalam Fatwa Al Lajnah Ad Daimah (komisi fatwa di Saudi Arabia) ketika ditanya, “Bagaimanakah kami melakukan Sujud Sahwi?”

Para ulama yang duduk di Al Lajnah Ad Daimah menjawab: “Sujud Sahwi dilakukan dengan dua kali sujud setelah tasyahud akhir sebelum salam, dilakukan sebagaimana sujud dalam sholat. Dzikir dan doa yang dibaca ketika itu adalah seperti ketika dalam sholat. Kecuali jika Sujud Sahwinya terdapat kekurangan satu rakaat atau lebih, maka ketika itu, Sujud Sahwinya sesudah salam. Demikian pula jika orang yang sholat memilih keraguan yang ia yakin lebih kuat,maka yang afdhol baginya adalah Sujud Sahwi sesudah salam. Hal ini berlandaskan berbagai hadis shahih yang membicarakan Sujud Sahwi.

Wabillahit taufiq, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa aalihi wa shohbihi wa sallam.”

[Yang menandatangani Fatwa ini: Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz sebagai ketua; Syaikh ‘Abdur Rozaq ‘Afifi sebagai wakil ketua; dan Syaikh ‘Abdullah bin Qu’ud sebagai anggota. Fatwa Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ soal ketujuh, fatwa no. 8540, 7/129]

 

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

http://rumaysho.com/sholat/panduan-sujud-sahwi-2-tata-cara-sujud-sahwi-1065.html