بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
JANGANLAH MENGKLAIM BAHWA DIRI TELAH SUCI
>> Cara syari memuji orang lain, kalau mau tidak mau memang harus memuji orang tersebut
 
Ghurur, terkecoh oleh kondisi diri sendiri, itulah kata yang tepat bagi seseorang yang telah menganggap dirinya suci. Sesungguhnya, kesucian diri kita belum terjamin. Yang kita lakukan hanya sebatas usaha, dan tentu hasilnya secara pasti baru akan diketahui di Akhirat kelak. Allah-lah yang paling mengetahui kondisi diri kita. Oleh karena itu, Allah ﷻ berfirman:
“Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” [QS. An-Najm: 32]
 
Allah ﷻ mencela mereka yang menganggap suci diri mereka, padahal hakikatnya tidak demikian.
“Apakah kamu tidak memerhatikan orang yang menganggap dirinya bersih? Sebenarnya Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya dan mereka tidak teraniaya sedikit pun.” [QS. An-Nisa: 49]
 
Atas dasar itulah, ketika ada seorang sahabiyah bernama Barrah, yang artinya orang yang baik, Nabi ﷺ menegurnya dan menggantinya dengan nama Zainab, yang kemudian menjadi salah seorang istri beliau ﷺ. Al-Imam Muslim meriwayatkan cerita Zainab radhiyallahu’anha:
 
سُمِّيتُ بَرَّةَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ n: لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ. فَقَالُوا: بِمَ نُسَمِّيهَا؟ قَالَ: سَمُّوهَا زَيْنَبَ.
 
Aku diberi nama Barrah. Rasulullah ﷺ mengatakan: “Janganlah kalian menganggap suci diri kalian, Allah ﷻ lebih tahu orang yang baik di antara kalian.” Mereka mengatakan: “Dengan apa kami memberi nama dia?” Beliau ﷺ menjawab, “Berilah nama Zainab.”
 
Bahkan sampai dalam hal memuji pun Nabi ﷺ menyuruh kita berhati-hati agar tidak terjerumus dalam larangan ini. Beliau ﷺ bersabda:
 
مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَادِحًا أَخَاهُ لاَ مَحَالَةَ فَلْيَقُلْ: أَحْسِبُ فُلاَنًا، وَاللهُ حَسِيبُهُ، وَلاَ أُزَكِّي عَلَى اللهِ أَحَدًا، أَحْسِبُهُ كَذَا وَكَذَا-إِنْ كَانَ يَعْلَمُ ذَلِكَ مِنْهُ
 
Siapa saja di antara kalian yang mau tidak mau memuji saudaranya, hendaknya mengatakan: “Perkiraanku Fulan (demikian), dan Allah ﷻ lah yang lebih mengetahui tentangnya, dan aku tidak mendahului Allah ﷻ dalam menganggap suci seseorang secara pasti. Menurut saya demikian dan demikian, bila dia mengetahui hal itu darinya.” [Muttafaqun ‘alaih]
 
Oleh karena itu para sahabat dahulu adalah orang-orang yang sangat jauh dari sifat merasa suci. Mereka justru khawatir kalau diri mereka ternyata masih kotor.
 
Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah mengatakan:
 
أَدْرَكْتُ ثَلاَثِينَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِي n كُلُّهُمْ يَخَافُ النِّفَاقَ عَلَى نَفْسِهِ
 
“Aku telah bertemu dengan tiga puluh sahabat Nabi ﷺ, semuanya khawatir terhadap kemunafikan atas diri mereka.”
 
Ibrahim at-Taimi rahimahullah mengatakan:
 
مَا عَرَضْتُ قَوْلِي عَلَى عَمَلِي إِلاَّ خَشِيتُ أَنْ أَكُونَ مُكَذَّبًا
 
“Tidaklah kubandingkan ucapanku dengan amalanku, melainkan aku khawatir nanti menjadi orang yang didustakan.”
 
Disebutkan pula bahwa al-Hasan al-Bashri rahimahullah dahulu mengatakan:
مَا خَافَهُ إِلاَّ مُؤْمِنٌ، وَلاَ أَمِنَهُ إِلاَّ مُنَافِقٌ
 
“Tidaklah seseorang khawatir (dari kemunafikan) melainkan dia seorang Mukmin. Dan tidaklah merasa aman (dari kemunafikan), melainkan dia adalah munafik.”
 
Ketiga riwayat di atas dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam bab “Khauful Mu’min an Yuhbatha ‘Amaluhu….”
 
Wallahu a’lam bish-shawab.
 
Dinukil dari tulisan berjudul “Prinsip-prinsip Tazkiyatun Nufus” yang ditulis oleh Al-Ustadz Qomar Suaidi, Lc

Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat

#carasyarimemujioranglain #ghurur #tipsmemujioranglain #janganlahmengklaimbahwadiritelahsuci #janganlahanggapdiritelahsuci