بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:
Kawan pembaca, semoga Anda selalu dilindungi Allah Ta’ala…
Keren dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adalah Gagah, Perlente.

Terkadang terlihat seorang merasa lebih keren dengan pakaiannya yang modis. Terkadang terlihat seorang merasa lebih gagah  dengan alat tranportasi yang ia tunggangi. Padahal yang pantas merasa keren, tampak gagah dan ayu adalah seorang yang pintar ilmu agama. Di bawah ini tulisan mengajak untuk mendalami ilmu agama, menghilangkan kebodohan terhadap ilmu agama, jangan merasa perlente padahal ilmu agama masih minim, wallahul musta’an.

Kebodohan Dicela Oleh Allah Ta’ala Dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

{ وَإِنْ كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُمْ بِآيَةٍ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَى فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ} [الأنعام: 35]
Artinya: ” Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit, lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka, (maka buatlah).  Kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk. Sebab itu janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang jahil.” [QS. Al An’am: 35].
{قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ} [هود: 46]
Artinya: ” Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya (perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat) nya. Sesungguhnya Aku memeringatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.” [QS. Hud: 46].

Para Nabi ‘Alaihimussalam Berlindung Dari Kebodohan

{ وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تَذْبَحُوا بَقَرَةً قَالُوا أَتَتَّخِذُنَا هُزُوًا قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ} [البقرة: 67]
Artinya: ” Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina”. Mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?” Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil”. [QS. Al Baqarah: 67].

{ قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ} [يوسف: 33]
Artinya: ” Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku.  Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” QS. Yusuf:33.

Tidak Akan Pernah Sama Orang Bodoh Dengan Orang Berilmu

{قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الأَلْبَابِ} [الزُّمر:9].
Artinya: “Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?.” [QS. Az Zumar:9].
Berkata As Sa’dy rahimahullah:

{ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ } ربهم ويعلمون دينه الشرعي ودينه الجزائي، وما له في ذلك من الأسرار والحكم { وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ } شيئا من ذلك؟ لا يستوي هؤلاء ولا هؤلاء، كما لا يستوي الليل والنهار، والضياء والظلام، والماء والنار.
“Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mnegetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Maksudnya adalah Rabb, mereka dan orang-orang yang mengetahui agama yang berupa syariat dan hukum, dan apa dimilikinya berupa rahasia dan hikmah-hikmah (yang tersembunyi), “ dengan orang-orang yang tidak mengetahui”, yaitu sesuatu pun dari hal itu?! Tidak akan sama mereka dengan mereka, sebagaimana tidak sama malam dan siang, cahaya dan kegelapan serta air dan api.” Lihat kitab Taisir Al Karim Ar Rahman di dalam ayat ini.

Oleh sebab ini Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata:
«من علم ليس كمن لم يعلم»

“Barang siapa yang berilmu, tidak seperti seorang yang belum mengilmui.” Lihat kitab Jami’ Bayan Al Ilmu wa Fadhlih, 1/192.
Kebodohan Ilmu Agama Adalah Tanda Buruk Yang Menujukkan Semakin Dekatnya Hari Kiamat
عن ابن مسعود وَأَبِي مُوسَى رضي الله عنهما قَالا: قال النبي صلى الله عليه وسلم:إِنَّ بين يَدَيْ السَّاعَةِ لأيَّامًا يَنْزِلُ فيها الْجَهْلُ وَيُرْفَعُ فيها الْعِلْمُ وَيَكْثُرُ فيها الْهَرْجُ وَالْهَرْجُ الْقَتْلُ).

Artinya: “Abdullah bin Mas’ud dan Abu Musa Al Asy’ary radhiyallahu ‘anhuma, keduanya berkata: “Nabi Muhammad shallallahu  ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di hadapan kiamat benar-benar ada hari-hari yang akan turun di dalamnya kebodohan dan diangkat di dalamnya ilmu, dan akan banyak terjadi di dalamnya al Harju (pembunuhan). [HR. Bukhari].

عن أَنَسِ رضي الله عنه قال: قال رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: إِنَّ من أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا)
Artinya: “Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya dari tanda kiamat adalah akan diangkatnya ilmu, ditetapkannya kebodohan, diminumnya khamr dan terlihatnya (terbiasa) perzinahan.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Kebodohan Mendatangkan Kesesatan Dan Menyesatkan

عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنَ النَّاسِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَتْرُكْ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا ».

Artinya: “Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu seketika dari manusia, akan tetapi mencabut ilmu dengan dicabutnya (diwafatkannya) para alim, sehingga tidak meninggalkan seorang alim pun. Akhirnya orang-orang menjadikan pemimpin-pemimpin orang-orang bodoh. Lalu mereka ditanya dan mereka memberi fatwa tanpa ilmu. Maka mereka telah sesat dan menyesatkan.”  HR. Muslim.

Orang Bodoh Ilmu Tentang Dasar-Dasar Agama Itu Ndeso

Berkata As Suyuthi rahimahullah:

«كل من جهل تحريم شيء ممّا يشترك فيه غالب النّاس لم يقبل إلّا أن يكون قريب عهد بالإسلام، أو نشأ ببادية يخفى عليه مثل ذلك»)

“Setiap orang yang bodoh tentang pengharaman sesuatu dari perkara yang kebanyakan manusia bersepakat di dalamnya, maka tidak akan diterima darinya (kebodohan ini), kecuali ia baru masuk Islam atau seorang yang hidup di daerah pedalaman, tersembunyi baginya perkata tersebut.” Lihat kitab Al Asybah wa An Nazhair, hal 200.

Bodoh Tanda Kehinaan Dan Perendahan Dari Allah Ta’ala

عَنِ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِى سُفْيَانَ وَهُوَ يَخْطُبُ يَقُولُ إِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَيُعْطِى اللَّهُ ».

Artinya: “Mu’awiyah bin Abi Sufyan radhiyallahu ‘anhuma, ketika berhothbah berkata: “Sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Barang siapa yang diinginkan oelh Allah kebaikan, niscaya Allah memahamkannya dalam urusan agama. Sesungguhnya aku hanyalah pembagi, Yang Memberi adalah Allah.” [HR. Bukhari dan Muslim].

{ يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ} [المجادلة: 11]

Artinya: “niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [QS. Al Mujadilah:11].

Berkata Al Hasan Al Bashry rahimahullah:

“إِذَا اِسْتَرْذَلَ اَللَّهُ عَبْدًا زَهَّدَهُ فِي اَلْعِلْمِ”.

“Jika Allah menghendaki untuk menghinakan seorang hamba, niscaya Allah akan menjauhkannya di dalam ilmu.”

Di dalam sajak dikatakan:

احْفَظْ الْعِلْمَ مَا اسْتَطَعْتَ … فإِنَّكَ إِنْ كُنْتَ خَامِلاً رَفَعَكَ
وَاتْرُكِ الْجَهْلَ مَا اسْتَطَعْتَ … فَإنَّكَ إِنْ كُنْتَ عَالِيًا وَضَعَكَ

“Hafalkanlah ilmu semampumu … Karena sesungguhnya, walau kamu melarat niscaya ia akan mengangkatmu. Dan tinggalkanlah kebodohan semampumu … Karena sesungguhnya, walau kamu berkedudukan di atas, niscaya  ia akan merendahkanmu”

 Orang Bodoh Laksana Orang Mati

وَفي الجَهلِ قَبلَ المَوتِ مَوتٌ لأَهلِهِ … فَأَجسامُهُم قَبلَ القُبورِ قُبورُ
وَإِنَّ اِمرَءاً لَم يُحيى بِالعِلمِ مَيِّتٌ … فَلَيسَ لَهُ حَتّى النَشورِ نُشورُ
“Dan di dalam kebodohan sebelum kematian datang adalah kematian bagi orang bodoh … Badan-badan mereka sebelum dikubur adalah kuburan”.

“Dan sesungguhnya seseorang yang tidak menghidupkan hidupnya dengan ilmu adalah seorang mayat … Tidak ada baginya (bagiannya) sampai dibangkitnya manusia dari kuburnya”.[ Lihat kitab Adab Ad Dunya wa Ad Din, hal 51].

COBA BEDAKAN ANTARA ILMU DAN KEBODOHAN, ANTARA SEORANG YANG BERLIMU DENGAN SEORANG YANG BODOH
قَالَ: ” أَخَذَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ بِيَدِي فَأَخْرَجَنِي إِلَى نَاحِيَةِ الْجَبَّانِ، فَلَمَّا أَصْحَرْنَا جَلَسَ ثُمَّ تَنَفَّسَ ثُمَّ قَالَ: ” يَا كُمَيْلُ بْنَ زِيَادٍ الْقُلُوبُ أَوْعِيَةٌ فَخَيْرُهَا أَوْعَاهَا، وَاحْفَظْ مَا أَقُولُ لَكَ: النَّاسُ ثَلَاثَةٌ: فَعَالِمٌ رَبَّانِيٌّ، وَمُتَعَلِّمٌ عَلَى سَبِيلِ نَجَاةٍ، وَهَمَجٌ رَعَاعٌ أَتْبَاعُ كُلِّ نَاعِقٍ، يَمِيلُونَ مَعَ كُلِّ رِيحٍ، لَمْ يَسْتَضِيئُوا بِنُورِ الْعِلْمِ، وَلَمْ يَلْجَئُوا إِلَى رُكْنٍ وَثِيقٍ. الْعِلْمُ خَيْرٌ مِنَ الْمَالِ، الْعِلْمُ يَحْرُسُكَ، وَأَنْتَ تَحْرُسُ الْمَالَ، الْعِلْمُ يَزْكُو عَلَى الْعَمَلِ، وَالْمَالُ تُنْقِصُهُ النَّفَقَةُ، وَمَحَبَّةُ الْعَالِمِ دَيْنٌ يُدَانُ بِهَا، الْعِلْمُ يُكْسِبُ الْعَالِمَ الطَّاعَةَ فِي حَيَاتِهِ، وَجَمِيلَ الْأُحْدُوثَةِ بَعْدَ مَوْتِهِ، وَصَنِيعَةُ الْمَالِ تَزُولُ بِزَوَالِهِ. مَاتَ خُزَّانُ الْأَمْوَالِ وَهُمْ أَحْيَاءٌ، وَالْعُلَمَاءُ بَاقُونَ مَا بَقِيَ الدَّهْرُ، أَعْيَانُهُمْ مَفْقُودَةٌ، وَأَمْثَالُهُمْ فِي الْقُلُوبِ مَوْجُودَةٌ… ”
Artinya: “Berkata Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu kepada Kumail bin Ziyad (seorang tabi’ie) rahimahullah: “Wahai Kumail bin Ziyad, hati itu bagaikan wadah. Maka sebaik-baik hati adalah yang paling dijaga, dan hafalkanlah apa yang aku ucapkan untukmu. Manusia itu ada tiga jenis:
1. Seorang yang berilmu yang bersifat Rabbany
2. Seorang yang belajar yang meniti jalan keselamatan
3. Seorang yang tidak teratur bodoh, mengikuti setiap orang yang menuntunnya. Ia miring bersamaan dengan setiap hembusan angin. Ia tidak mengambil cahaya dengan cahaya ilmu, tidak bersandar kepada pondasi yang kuat.

Ilmu Lebih Baik Dari Harta:
1. Ilmu yang akan menjagamu, sedangkan kamu yang akan menjaga harta.
2. Ilmu akan menyucikan jika diamalkan. Sedangkan harta akan berkurang dengan dinafkahkan.
3. Mencintai ilmu adalah agama yang dianut.
4. Ilmu menghasilkan ketaatan orang mengilmuinya di dalam kahidupannya.
5. Ilmu menghasilkan kenangan yang baik setelah kematiannya. Sedangkan pembuat harta akan hilang.
6. Para penyimpan harta dinyatakan mati sedangkan mereka masih hidup. Adapun para ulama (orang-orang yang berilmu) akan selalu hidup (/dikenang) selama masih ada dunia. Jasad mereka hilang, tetapi keberadaan mereka di dalam hati-hati (manusia) selalu ada…” [Lihat kitab Al faqih Wa Al Mutafaqqih, no. 177].
Kebodohan Adalah Penyakit Mematikan

Ibnul Qayyim (w: 751H) rahimahullah berkata:

والجهل داء قاتل وشفاؤه*** امران في التركيب متفقان
نص من القرآن أو من سنة*** وطبيب ذاك العالم الرباني

“Dan kebodohan itu adalah penyakit yang mematikan. Obatnya *** adalah dua perkara yang saling bergandengan” (yaitu) nash dari Al Quran atau dari As Sunnah *** Dan dokternya adalah seorang alim yang Rabbani” [Lihat Al Qashidah An Nuniyyah Al Kafiyah Asy Syafiya, karya Imam Ibnu Qayyimil Jauziyyah Muhammad bin Abi Bakr rahimahullah].
Kawan pembaca seiman…

Oleh sebab itu, OBATILAH DENGAN MENUNTUT ILMU DAN JANGAN BOSAN MENUNTUT ILMU
Berkata Sa’id bin Jubair (w: 95H) rahimahullah:
لا يزال الرجل عالماً ما تعلم فإذا ترك التعلم وظن أنه قد استغنى واكتفى بما عنده فهو أجهل ما يكون.

Artinya: “Seseorang masih saja disebut sebagai orang yang berilmu selama ia belajar. Jika ia meninggalkan belajar dan mengira ia tidak membutuhkan dan telah mencukupkan dengan apa yang ia miliki, maka ia adalah orang yang paling bodoh.” [Lihat kitab Adabul ‘alim wal muta’alim].

Dan Orang Bodoh Adalah Orang Yang Berat Dalam Menuntut Ilmu

وَقَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – : لَا يُثَبِّطُ عَنْ طَلَبِ الْعِلْمِ إلَّا جَاهِلٌ .

“Tidak ada seorang yang berat dari menuntut ilmu kecuali orang yang bodoh.” [Lihat kitab Ghadza Al Albab fi Syarh Manzhumat Al Adab, 2/517].

Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
Rabu, 7 Muharram 1434H, Dammam Arab Saudi