Bismillah
 
JANGAN KHAWATIRKAN APA YANG SUDAH DITANGGUNG ALLAH
 
Aku melihat hidup orang lain begitu nikmat.
Ternyata ia hanya menutupi kekurangannya tanpa berkeluh kesah.
 
Aku melihat hidup teman-temanku tak ada duka dan kepedihan.
Ternyata ia hanya pandai menutupinya dengan mensyukuri.
 
Aku melihat hidup saudaraku tenang tanpa ujian.
Ternyata ia begitu menikmati badai hujan dalam kehidupannya.
 
Aku melihat hidup sahabatku begitu sempurna.
Ternyata ia hanya berbahagia menjadi apa adanya.
 
Aku melihat hidup tetanggaku beruntung.
Ternyata ia selalu tunduk pada Allah untuk bergantung.
 
Setiap hari aku belajar memahami dan mengamati setiap hidup orang yang aku temui.
Ternyata aku yang kurang mensyukuri nikmat-Mu.
Bahwa di belahan dunia lain masih ada yang belum seberuntung yang aku miliki saat ini.
 
Dan satu hal yang aku ketahui, bahwa Allahu Rabbi tak pernah mengurangi ketetapan-Nya.
Hanya aku lah yang masih saja mengufuri nikmat suratan Ilahi.
 
Maka aku merasa tidak perlu iri hati dengan rezeki orang lain.
Mungkin aku tak tahu di mana rezekiku. Tapi rezekiku tahu di mana diriku.
Dari lautan biru, bumi, dan gunung, Allah ﷻ telah memerintahkannya menuju kepadaku.
Allah ﷻ menjamin rezekiku, sejak 4 bulan 10 hari aku dalam kandungan ibuku.
Amatlah keliru bila bertawakal rezeki dimaknai dari hasil bekerja.
Karena bekerja adalah ibadah, sedang rezeki itu urusan-Nya.
 
Melalaikan kebenaran demi menghawatirkan apa yang dijamin-Nya, adalah kekeliruan berganda.
Manusia membanting tulang demi angka simpanan gaji, yang mungkin esok akan ditinggal mati.
Mereka lupa bahwa hakikat rezeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya.
 
Rezeki tak selalu terletak pada pekerjaan kita.
Allah menaruh sekehendak-Nya.
Diulang bolak balik 7 kali Shafa dan Marwa, tapi Zamzam justru muncul dari kaki sang bayi, Ismail ‘alayhissalam
 
Ikhtiar itu perbuatan.
Rezeki itu kejutan.
Dan yang tidak boleh dilupakan, tiap hakikat rezeki akan ditanya kelak:
“Darimana dan digunakan untuk apa?”
Karena rezeki hanyalah ”Hak Pakai,” bukan”Hak Milik”.
 
Halalnya saja dihisab, dan haramnya diazab!
Maka aku tidak boleh merasa iri pada rezeki orang lain.
Bila aku iri pada rezeki orang, sudah seharusnya juga iri pada takdir kematiannya.
Astaghfirullah.
 
Oleh: Ustadz DR. Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
JANGAN KHAWATIRKAN APA YANG SUDAH DITANGGUNG ALLAH