بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 
INILAH BUKTI KEKUASAAN ALLAH
 
Pada hari-hari ini ketika musibah wabah telah melanda berbagai negara dan menerpa berbagai lapisan masyarakat baik yang kaya ataupun yang miskin, yang punya kedudukan tinggi maupun orang biasa, maka orang pun kembali tersadar, bahwa manusia itu adalah makhluk yang tidak berdaya di hadapan kekuasaan Allah. Makhluk kecil bernama virus pun mampu ‘menumbangkan’ arogansi dan kesombongan negara-negara kaya dan adidaya.
 
Pada hari ini kita pun kembali sadar, bahwa manusia tidak bisa berbuat apa-apa tanpa pertolongan dan bantuan Allah. Oleh sebab itu, Nabi ﷺ telah memberikan pelajaran akidah mendasar ini dalam sabdanya kepada Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma:
 
يَا غُلاَمُ، إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ؛ احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ، احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ، إِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلِ اللهَ، وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ، وَإِنِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ
“Nak, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat:
Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.
Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu.
Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah.
Dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah.
 
Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh, selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu.
Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu.
Pena telah diangkat, dan lembaran-lembaran telah kering.” [HR. Tirmidzi no. 2516, Imam Ahmad dalam Al Musnad: 1/307]
 
Imam Ibnu Daqiq Al-‘Ied rahimahullah menyebutkan salah satu faidah dari hadis itu adalah, bahwa Nabi ﷺ memberikan bimbingan dan arahan kepada sahabatnya itu agar bertawakal kepada Allah semata, dan tidak menggantungkan hati kepada selain Allah dalam segala urusan, apakah itu sedikit ataupun banyak [lihat Addurrah Assalafiyah, hal. 153]
 
Kita sebagai manusia seringkali lupa akan hal ini. Banyak orang yang terlalu bersandar kepada kemampuannya, kecerdasannya, keahliannya, kekuatannya, kekuasaannya, kekayaannya, ataupun kehebatannya. Padahal tanpa pertolongan Allah, manusia tidak bisa berbuat apa-apa. Laa haula wa laa quwwata illa billaah, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan bantuan Allah. Kalimat yang agung ini mengandung kewajiban bertawakal kepada Allah semata, dan agar kita senantiasa memohon pertolongan kepada Allah dalam menghadapi semua urusan dan permasalahan.
 
Apabila kita pun telah sadar dan teringat bahwa dunia dan segala isinya ini adalah milik Allah, dan Allah bisa mengatur alam ini sesuai kehendak dan hikmah-Nya, seperti apapun juga yang Allah inginkan, maka semestinya kita pun kembali sadar, bahwa tidak ada yang berhak untuk disembah selain Allah. Karena hanya Allah yang mengatur alam raya ini. Allah pula yang menjamin rezeki seluruh manusia, dan bahkan setiap binatang melata yang ada.
 
Pelajaran apa yang kiranya bisa kita petik dari musibah wabah yang menggemparkan dunia ini?
Ya, banyak yang bisa kita hayati. Salah satunya adalah wajibnya kita bersandar kepada Allah, dan tidak kepada kemampuan diri kita.
 
Kita ini lemah dan Allah Maha Kuat.
Kita ini tidak mampu, dan Allah Maha Mampu.
Kita ini tidak tahu, sedangkan Allah Maha Mengetahui.
Kita pun wajib memurnikan ibadah kita kepada Allah saja, tidak boleh beribadah kepada selain-Nya. Dengan demikian, musibah ini semestinya membuat manusia kembali sadar untuk bertauhid dan bersyukur kepada Allah atas segala nikmat-Nya. Semestinya manusia ingat, bahwa sebab utama musibah ini adalah karena syirik dan kekufuran yang dilakukan oleh umat manusia di muka bumi ini.
 
Allah ﷻ berfirman:
 
ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ ٤١
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” [QS. Arrum: 41]
 
Dengan kata lain, semestinya setelah musibah ini menerpa, seharusnya kita menjadi orang yang semakin ikhlas dalam beribadah kepada Allah. Semestinya kita tinggalkan segala bentuk Sesembahan selain-Nya, apapun bentuknya. Kita bersihkan hati kita dari syirik, kemunafikan, kefajiran, riya’, dan ujub, serta kesombongan. Jika musibah-musibah ini tidak menyadarkan kita akan hal-hal ini, maka kita perlu waspada, karena bisa jadi Allah telah mengunci hati kita.
 
Sebagaimana dikatakan oleh orang Arab: ““Bagaimana mungkin sayatan luka bisa membuat sakit orang yang sudah binasa?”
 
Orang yang sudah mati hatinya tidak bisa lagi mengenali kebaikan dan keburukan.
Tidak bisa lagi membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
Dia tidak mau tunduk kecuali dengan apa-apa yang sesuai dengan selera hawa nafsunya.
Hawa nafsu adalah imamnya, dan kebodohan adalah kendaraan tunggangannya.
Dia taklukkan akal sehatnya dalam keadaan terjajah oleh bujuk rayu dan tipu daya para penyeru menuju lembah Neraka.
 
Semoga Allah berikan taufik kepada kita untuk bertobat dan kembali ke jalan-Nya.
 
Diringkas dari tulisan berjudul “Bukti Kekuasaan Allah, yang ditulis oleh: Abu Mushlih Ari Wahyudi hafizhahullahu taala
 
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
INILAH BUKTI KEKUASAAN ALLAH