بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ 

#HajiUmrah

HUKUM THAWAF WADA’ BAGI JAMAAH UMRAH

Pertanyaan:

Apa hukum Thawaf Wada’ bagi orang yang umrah, dan bagaimana ketentuannya?

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Wada’ [الوداع] secara bahasa artinya perpisahan. Thawaf Wada’ berarti thawaf perpisahan yang dilakukan bagi orang yang hendak meninggalkan kota Mekah. (al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, 17/58)

Perintah adanya Thawaf Wada’ berdasarkan keterangan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:

أُمِرَ النَّاسُ أَنْ يَكُونَ آخِرُ عَهْدِهِمْ بِالْبَيْتِ ، إِلاَّ أَنَّهُ خُفِّفَ عَنِ الْحَائِضِ

“Manusia diperintahkan menjadikan akhir amalannya di Mekah adalah di Baitullah (dengan Thawaf Wada’). Hanya saja, ada keringanan bagi wanita haid.” (HR. Bukhari 1755 dan Muslim 1328).

Dan perintah ini tidak hanya berlaku untuk mereka yang melaksanakan kegiatan haji. Termasuk juga mereka yang umrah, bahkan mereka yang melakukan kegiatan apapun di kota Mekah, seperti berdagang.

Dalam Minah al-Jalil – kitab Malikiyah – dinyatakan:

ندب لكل من أراد الخروج من مكة مكيا أو آفاقيا قدم بنسك أو تجارة طواف الوداع إن أراد الخروج

Dianjurkan bagi semua yang hendak keluar Mekah, baik dia asli Mekah maupun penduduk penjuru dunia lainnya, baik datang untuk manasik (haji/umrah) atau untuk berdagang, agar melakukan Thawaf Wada’ ketika hendak keluar. (Minah al-Jalil, 2/295).

Al-Buhuti – ulama hambali – menuliskan:

طواف الوداع ليس من الحج، وإنما هو لكل من أراد الخروج من مكة

Thawaf Wada’ bukan bagian dari haji. Namun ini berlaku untuk semua orang yang hendak meninggalkan kota Mekah. (Kasyaf al-Qana’, 2/521)

Untuk jamaah haji, Thawaf Wada’ hukumnya wajib. Berdasarkan sabda Nabi ﷺ:

لاَ يَنْفِرَنَّ أَحَدٌ حَتَّى يَكُونَ آخِرُ عَهْدِهِ بِالْبَيْتِ

“Jangan sampai ada seorang pun (jamaah haji) yang meninggalkan kota Mekah, hingga dia lakukan amal terakhirnya di Baitullah (Thawaf Wada’).” (HR. Muslim 3283 dan yang lainnya).

Imam Ibnu Baz mengatakan:

طواف الوداع واجب في حق الحاج على الصحيح

Thawaf Wada’ hukumnya wajib bagi jamaah haji, menurut pendapat yang kuat. (http://www.binbaz.org.sa/noor/10268)

Kemudian Syaikh Ibnu Baz menyebutkan hadis di atas.

Sementara untuk umrah, Thawaf Wada’ tidak wajib, hanya dianjurkan. Pertimbangannya, karena umrah adalah haji kecil, sehingga tidak berlaku sebagaimana kewajiban pada haji. Nabi ﷺ bersabda:

العُمْرَةُ الحَجُّ الأَصْغَرُ

“Umrah adalah haji kecil.” (HR. ad-Daruquthni 2756)

Dr. Muhammad Ali Ferkus mengatakan:

وخَرَجَ طَوَافُ الوَدَاعِ من حكمِ الوجوبِ إلى السُّنيَّةِ لأنّ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وآله وسَلَّم لم يَطُفْ للوداعِ عندَ خروجه من مكةَ بعد عُمْرَةِ القضاءِ

Thawaf Wada’ tidak dihukumi wajib dan dihukumi sunah bagi orang yang umrah, karena Rasulullah ﷺ tidak melakukan Thawaf Wada’ ketika beliau keluar kota Mekah setelah melakukan Umrah Qadha’. (Fatwa Muhammad Ferkus, no. 807)

Dalam kitab Bada’i as-Shana’i – kitab Madzhab Hanafi – dinyatakan:

أما طواف الصدر فلا يجب على المعتمر

“Untuk Thawaf Wada’, hukumnya tidak wajib bagi orang yang umrah.” (Bada’i as-Shana’i, 2/227).

Dan pendapat ini yang lebih kuat, insyaaAllah…

Catatan:

“Dalam Thawaf Wada’, tidak ada aturan seperti yang berlaku untuk orang yang ihram. Kegiatannya hanya thawaf, sehingga syaratnya hanya suci dari hadats. Tidak perlu mandi dulu, boleh memakai pakaian berjahit (membentuk lekuk tubuh), tidak ada rimal (lari kecil), dan dianjurkan shalat dua rakaat setelahnya.”

Demikian, Allahu a’lam.

 

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Sumber: https://konsultasisyariah.com/29699-hukum-thawaf-wada-bagi-jamaah-umrah.html