بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

HUKUM MERAYAKAN HARI VALENTINE

Pertanyaan:

Akhir-akhir ini telah merebak perayaan Hari Valentine (Valentine’s Day) terutama di kalangan para pelajar putri, padahal ini merupakan hari raya kaum Nasrani. Mereka mengenakan pakaian berwarna merah dan saling bertukar bunga berwarna merah. Kami mohon perkenanan syaikh untuk menerangkan hukum perayaan semacam ini, dan apa saran syaikh untuk kaum Muslimin sehubungan dengan masalah-masalah seperti ini.
Semoga Allah menjaga dan memelihara syaikh.

Jawaban:

Tidak boleh merayakan Hari Valentine karena sebab-sebab berikut:

Pertama: Bahwa itu adalah hari raya bidah tidak ada dasarnya dalam syariat.

Kedua: Bahwa itu akan menimbulkan kecengengan dan kecemburuan.

Ketiga: Bahwa itu akan menyebabkan sibuknya hati dengan perkara-perkara bodoh yang bertolak belakang dengan tuntunan para salaf radhiyallahu ‘anhum.

Karena itu, pada hari tersebut tidak boleh ada simbol-simbol perayaan, baik berupa makanan, minuman, pakaian, saling memberi hadiah, ataupun yang lainnya.

Hendaknya setiap Muslim merasa mulia dengan agamanya, dan tidak merendahkan diri dengan menuruti setiap ajakan. Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala melindungi kaum Muslimin dari setiap fitnah, baik yang nyata maupun yang tersembunyi, dan semoga Allah senantiasa membimbing kita dengan bimbingan dan petunjuk-Nya. [Fatwa Syaikh Ibnu Utsaimin, tanggal 5/11/1420 H]

***

Pertanyaan:

Setiap tahunnya, pada tanggal 14 fFbruari sebagian orang merayakan Hari Valentine. Mereka saling bertukar hadiah berupa bunga merah, mengenakan pakaian berwarna merah, saling mengucapkan selamat, dan sebagian toko atau produsen permen membuat atau menyediakan permen-permen yang berwarna merah, lengkap dengan gambar hati. Bahkan sebagian toko mengiklankan produk-produknya yang dibuat khusus untuk hari tersebut. Bagaimana pendapat syaikh tentang:

Pertama: Merayakan hari tersebut?

Kedua: Membeli produk-produk khusus tersebut pada hari itu?

Ketiga: Transaksi jual beli ditoko (yang tidak ikut merayakan) yang menjual barang yang bisa dihadiahkan pada hari tersebut kepada orang yang hendak merayakannya?

Semoga Allah membalas syaikh dengan kebaikan.

Jawaban:

Berdasarkan dalil-dalil dari Al Kitab dan As Sunnah, para pendahulu umat sepakat menyatakan, bahwa hari raya dalam Islam hanya ada dua: Idul Fitri dan Idul Adha. Selain itu semua hari raya yang berkaitan dengan seseorang, kelompok, peristiwa atau lainnya adalah bidah. Kaum Muslimin tidak boleh melakukannya, mengakuinya, menampakkan kegembiraan karenanya, dan membantu terselenggaranya, karena perbuatan ini merupakan perbuatan yang melanggar batas-batas Allah. Sehingga dengan begitu pelakunya berarti telah berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri. Jika hari raya itu merupakan simbol orang-orang kafir, maka ini merupakan dosa lainnya, karena dengan begitu berarti telah ber-tasyabbuh dengan mereka, dan loyal terhadap mereka. Di dalam Kitab-Nya yang mulia, dan telah diriwayatkan secara pasti dari Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda:

“Barang siapa menyerupai suatu kaum, berarti ia termasuk golongan mereka.” [HR. Abu Daud]

Hari Valentine termasuk jenis yang disebutkan tadi, karena merupakan hari raya Nasrani. Maka seorang Muslim yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir tidak boleh melakukannya, mengakuinya, atau ikut mengucapkan selamat. Bahkan seharusnya meninggalkannya dan menjauhinya, sebagai sikap taat terhadap Allah dan Rasul-Nya, serta untuk membantu penyelenggaraan hari raya tersebut dan hari raya lainnya yang diharamkan, baik itu berupa iklan dan sebagainya, karena semua ini termasuk tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan, serta maksiat terhadap Allah dan Rasul-Nya, sementara Allah Subhanahu wa ta’ala telah berfirman:

“Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksanya.” [QS. Al Ma’idah: 2]

Dari itu hendaknya setiap Muslim berpegang teguh dengan Al Kitab dan As Sunnah dalam semua kondisi, lebih-lebih pada saat-saat terjadinya fitnah dan banyaknya kerusakan. Hendaknya pula ia benar-benar waspada agar tidak terjerumus ke dalam kesesatan orang-orang yang dimurkai, orang-orang yang sesat, dan orang-orang yang fasik, yang tidak mengajarkan kehormatan dari Allah dan tidak menghormati Islam. Dan hendaknya seorang Muslim kembali kepada Allah dengan memohon petunjuk-Nya, dan keteguhan di dalam petunjuk-Nya. Sesungguhnya tidak ada yang dapat memberi petunjuk selain Allah, dan tidak ada yang dapat meneguhkan dalam petunjuk-Nya selain Allah Subhanahu Wa ta’ala. Hanya Allah-lah yang kuasa memberi petunjuk.

Selawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya. [Fatwa Al-Lajnah Ad-Da imah lil Buhuts Al-Ilmiyah wal Ifta (21203) tanggal 22/11/1420 H]

***

Disusun ulang oleh tim Muslimah.or.id
Diambil dari Fatwa-Fatwa Terkini jilid 2
Muroja’ah: Ustadz Subhan Khadafi, Lc.
Sumber: https://muslimah.or.id/37-hukum-merayakan-hari-valentine.html

 

══════

 

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat