بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#AhkamulJanaiz
#PengurusanJenazah

HUKUM MENGIRINGI JENAZAH

Diperbolehkan berjalan di belakang jenazah atau di depannya. Keduanya diriwayatkan dari Nabi ﷺ. Akan tetapi, yang afdhal adalah berjalan di belakangnya, sebagaimana mafhum dari sabda Nabi ﷺ:

عُوْدُوْا الْمَرِيْضَ وَاتَّبِعُوْا الْجَنَائِزَ )أخرجه الهيثمي)

Jenguklah orang yang sakit dan ikutilah jenazah. [Dikeluarkan oleh Al Haitsami]

Dan hal ini dikuatkan oleh perkataan Ali radhiyallahu ‘anhu:

الْمَشْيُ خَلْفَهَا أَفْضَلُ مِنْ الْمَشْيِ أَمَامَهَا كَفَضْلِ صَلاَةِ الرَّجُلِ فِي جَمَاعَةٍ عَلَى صَلاَتِهِ فَذًّا

)أخرجه ابن أبي شيبة)

Berjalan di belakang jenazah lebih afdhal daripada berjalan di depannya, seperti keutamaan seorang lelaki shalat berjamaah, dibandingkan dengan shalat sendirian. [Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah]

Sedangkan orang yang naik kendaraan berjalan di belakang jenazah. Rasulullah ﷺ bersabda:

الرَّاكِبُ يَسِيرُ خَلْفَ الْجَنَازَةِ (رواه أبو داود)

Seorang yang naik kendaraan, berjalan di belakang jenazah. [HR Abu Dawud dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani]

Yang lebih utama adalah berjalan kaki, daripada naik kendaraan. Sebagaimana yang diriwayatkan Tsauban radhiyallahu ‘anhu, ketika Rasulullah ﷺ mengiringi jenazah, beliau ﷺ diberi kendaraan, namun beliau ﷺ tidak mau mengendarainya. Ketika pulang, Rasulullah ﷺ ditawari kendaraan lagi, beliau ﷺ menerima dan mengendarainya. Kemudian beliau ﷺ ditanya tentang hal itu, maka beliau ﷺ menjawab:

إِنَّ الْمَلَائِكَةَ كَانَتْ تَمْشِي فَلَمْ أَكُنْ لِأَرْكَبَ وَهُمْ يَمْشُونَ فَلَمَّا ذَهَبُوا رَكِبْتُ (رواه أبو داود)

“Sesungguhnya malaikat berjalan. Maka aku tidak mau mengendarai, sedangkan malaikat berjalan. Kemudian ketika mereka pergi, aku mau mengendarainya.” [HR Abu Dawud dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani. Lihat pembahasan ini dalam Ahkamul Janaiz, hlm. 73-75]

 

Sumber: https://almanhaj.or.id/3071-bimbingan-mengurus-jenazah-2.html