بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#SifatSholatNabi

#FatwaUlama

HUKUM IMAM KELEBIHAN SATU RAKAAT DAN BAGAIMANA MAKMUM MENYIKAPINYA

Jika di suatu masjid, seorang imam, misalnya ketika sholat Ashar, seharusnya sholat empat rakaat. Tapi karena lupa, akhirnya, sholat Asharnya berubah jadi limat rakaat.

Bagaimana sikap makmum yang benar, setelah imam masuk  ke rakaat berikutnya, dan ia yakin dengan sikapnya? Padahal imam sudah diingatkan dengan ucapan “Subhanalloh”?

Pertanyaan ini pernah ditanyakan kepada lembaga Al-Lajnah Ad-Da’imah yang di dalamnya berkumpul para ulama besar:

س5: إذا سهى الإمام فنبهه أحد المأمومين أو اثنان أو أكثر، ولم يستجب لهم؛ معتقدا أنه لم يسهو، فكيف يصنع المأموم والحالة هذه؟ وهل يجب على الإمام أن يسجد للسهو مع تيقنه بتمام صلاته.

“Jika imam lupa, lalu ia diingatkan oleh seorang makmum, dua atau lebih makmum, namun imam tidak menyambut peringatan mereka dengan meyakini, bahwa ia (imam) tidak lupa. Apa yang dilakukan oleh makmum, sedang kondisinya seperti ini? Apakah imam wajib Sujud Sahwi, padahal ia yakin akan kesempurnaan sholatnya?”

Para ulama yang tergabung dalam Al-Lajnah Ad-Da’imah memberikan fatwa bersama:

ج5: إذا تيقن الإمام صواب نفسه فليس عليه سجود سهو ولا يجوز له الرجوع إلى قول من سبح به لاعتقاده خطأهم.

وأما المأموم الذي تيقن أن الإمام زاد ركعة – مثلا- فلا يجوز له أن يتابعه عليها، وإذا تابعه عالما بالزيادة، وعالما بأنه لا تجوز المتابعة بطلت صلاته.

أما من لم يعلم أنها زائدة فإنه يتابعه، وكذلك من لا يعلم الحكم.

“Jika imam yakin kebenaran dirinya, maka TIDAK ADA kewajiban Sujud Sahwi bagi dirinya, dan tidak boleh baginya untuk merujuk kepada pendapat orang yang men-tasbih-nya, karena si imam ini yakin mereka salah.

Adapun makmum yang merasa yakin, bahwa imam menambah satu rakaat, misalnya, maka tidak boleh baginya untuk mengikuti imam dalam hal itu. Jika ia (makmum) mengikutinya dalam kondisi ia (makmum) tahu adanya tambahan rakaat itu, dan ia juga tahu, bahwa tidak boleh mengikutinya (dalam kesalahan tersebut), maka sholat makmum itu batal.

Adapun jika ia (makmum tidak mengetahui bahwa satu rakaat tersebut adalah tambahan (kelebihan), maka ia mengikuti imam. Demikian pula halnya orang yang tidak tahu hukumnya.”

Sumber Fatwa: Fatawa Al-Lajnah Ad-Da’imah li Al-Buhuts Al-Ilmiyyah wa Al-Ifta’ (7/128)

 

Penulis: Al-Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc hafizhahullah

https://abufaizah75.blogspot.co.id/2016/12/imam-menambah-satu-rakaat-apa-sikap.html?m=1