بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمِ 
#FikihHajiUmrah
HIKMAH DI BALIK MELEMPAR JAMARAT
 
Ringkasan Kajian Ustadz Dr. Firanda Andirja, MA hafizhahullah
Tempat: Masjid Nabawi Madinah
Hari dan Tanggal: Kamis, 16 Dzul Hijjah 1438H
 
1. Harus bersyukur bisa menunaikan ibadah agung, yaitu berhaji, karena haji mahal dan berharga. Di dalamnya terdapat Wukuf di Arafah, Mabit di Muzdalifah dan Mina, yang mana tidak semua orang diberi petunjuk dan kemudahan. Keberadaan Anda bermunajaat di Padang Arafah sungguh merupakan kenikmatan yang diimpikan jutaan Muslim di penjuru dunia. Dan Andalah yang telah terpilih.
 
2. Haji Mabrur bukan kalimat sederhana karena:
– Tidak ada pahala yang setimpal kecuali Surga.
– Membersihkan dari dosa, bahkan dosa besar, sebagaimana ia keluar dari rahim ibunya, sebagaimana kisah masuk Islamnya ‘Amr bin Al Ash radhiyallahu ‘anhu, yang Rasulullah ﷺ bersabda: “…Bahwa haji akan menghapuskan dosa-dosa sebelumnya.”
 
3. Hikmah suatu amal ibadah, jika kita mengetahuinya, maka ini adalah baik, dan menambah keteguhan iman. Tetapi jika hikmahnya tidak diketahui, maka yang harus dilakukan oleh seorang Muslim adalah tunduk dan patuh.
 
4. Secara global, hikmah ibadah haji adalah untuk berzikir mengingat Allah taala. Dalam hadis: “Sesungguhnya Thawaf di Baitullah, Sai antara Shafa dan Marwah, serta melepar Jamarat, adalah untuk mengingat Allah taala”.
 
5. Sebagian amalan haji diketahui hikmahnya seperti Sai; yaitu ketika Hajar mencari air untuk minum anaknya. yaitu Ismail. Tetapi BUKAN berarti saat sekarang seorang yang melakukan Sai, ia sedang mencari air untuk anaknya.
 
6. Asal kisah pelemparan Jamarat adalah ketika Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ingin menyembelih Ismail atas perintah dan wahyu dari Allah. Akan tetapi ia diganggu setan sebanyak tiga kali.
 
7. Kisah penyembelihan terjadi khilaf antara versi Agama Islam dan versi Ahlu Kitab. Menurut agama Islam, yang disembelih adalah Ismail. Sedangkan menurut Ahlu Kitab yang disembelih adalah Ishaq. Namun yang benar adalah Ismail, karena kejadian penyembelihan di Mekah, dan yang tinggal di Mekah adalah Ismail, dan kaum Musliminlah yang memperingati peristiwa tersebut dengan Hari Raya Kurban setiap tahun.
 
8. TIDAK ADA SETAN di lubang Jamarat tatkala melempar, sebagaimana keyakinan sebagian orang.
 
9. Begitu juga Sai, tidak boleh meyakini mencari air, sebagaimana Hajar.
 
10. Ibrahim ‘alaihissalam saja digoda dan diganggu oleh setan, apalagi manusia biasa seperti kita. Maka harus selalu berhati-hati dan jangan merasa aman dari gangguan setan.
 
11. Nabi Ibrahim alaihissalam berdakwah kepada tauhid dari mulai muda. Ini menjadi pemicu agar kita menggunakan waktu untuk berdakwah semasa muda dan saat masih mampu.
 
12. Di antara teman yang baik adalah anak yang saleh, sebagaimana Nabi Ibrahim ketika ditolak oleh kaumnya, dan saat itu tidak ada yang beriman, maka Ibrahim berdoa untuk dianugrahkan anak saleh dan ia pun dianugrahi Ismail.
 
13. Selalu BERBAIK SANGKA KEPADA ALLAH TAALA. Mungkin sebab doa belum dikabulkan karena saat itu belum cocok untuknya dikabulkan doanya. Seperti dikabulkannya doa Nabi Ya’qub setelah puluhan tahun agar bisa bertemu dengan Yusuf, baru bertemu ketika Yusuf alaihissalam setelah dia menjadi pejabat agung di Mesir, agar bermanfaat untuk Ya’qub dan keluarganya. Begitu juga Nabi Ibrahim alaihissalam ketika berdoa minta anak semenjak berumur 20 tahun, baru dikabulkan setelah berumur 80-an tahun.
 
14. Wanita godaan terbesar bagi laki-laki, kisah Sarah dengan Raja pemimpin jahat.
 
15. Jika punya istri dua, maka jangan menceritakan kepada istri pertama kebaikan istri kedua, karena akan menjadikan istri pertama cemburu.
 
16. Salah satu sebab Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih Ismail, di mana Ibrahim sudah mulai terlalu cinta kepada Ismail, adalah agar tidak tercampur cintanya dengan kecintaan kepada Allah taala, karena Nabi Ibrahim adalah Khalilullah, kekasih Allah terdekat.
 
17. Mimpi seorang nabi adalah wahyu yang paling rendah.
 
18. Kalimat “Saya sedang melihat di dalam mimpi saya “, sebagaimana disebutkan dalam kitab-kitab tafsir menunjukkan kesabaran Nabi Ibrahim untuk memberitahukan dengan lembut perkara tersebut kepada anaknya. Ini bekal untuk mendidik anak, yaitu agar santun kepada anak dalam berbuat dan berkata-kata.
 
19. Di antara sikap ujub dalam beramal adalah menyerahkan diri dan urusannya kepada dirinya sendiri, dan lupa dengan kuasa dan kekuatan Allah taala.
 
20. Ketika hendak menyembelih, posisi wajah Nabi Ismail di balik (di atas pelipis), agar Ibrahim tidak terlalu sedih melihat wajah anaknya yang sedang disembelih. Yang hal ini bisa saja menggoda beliu untuk mundur dari perintah Allah
 
21. Ujian para nabi adalah ujian yang paling berat.
 
22. Ujian terkadang bertahap-tahap. Dan jika ujiannya tambah berat. maka berarti jalan keluar sebentar lagi datang.
 
23. Seseorang diuji berdasarkan kekuatan imannya.
 
24. Di antara beratnya ujian Nabi Ibrahim:
– Diperintahkan menyembelih anak yang sangat diharapkan kehadirannya, setelah berdoa sekian lama.
– Diperintahkan menyembelih anak yang sudah sangat diharapkan sebagai penerus.
– Diperintahkan menyembelih anak yang sangat dicintai.
– Apalagi anak tersebut anak semata wayang.
– Apalagi anak tersebut sangat saleh.
 
25. Beratnya ujian Nabi Ibrahim karena beliau adalah Khalilullah.
 
26. Terkadang seseorang diuji dengan perkara sangat yang dicintai, agar yang paling patut dicintai adalah hanya Allah semata.
 
27. Di antara beratnya ujian Nabi Muhammad ﷺ:
– Diwafatkan bapak beliau sebelum beliau lahir.
– Diwafatkan ibunya ketika beliau masih belum baligh.
– Diwafatkan dua anak laki-laki beliau ﷺ, padahal masih bayi dan kecil.
– Diwafatkan sebelum beliau, tiga anak perempuan beliau sebelum beliau wafat.
 
28. Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad ﷺ, dan Nabi Isa berdoa. Ini menunjukkan, bahwa mereka bukan sembahan, tetapi mereka adalah makhluk.
 
29. Bermusyawarah dengan anak, salah satu metode dalam mendidik anak, meskipun orangtua sudah mempunyai keputusan.
28. Ujian tidak akan lebih dari kemampuan manusia, maka teruslah bersabar tatkala diuji.
 
30. Terkadang Allah memberikan pertolongan di puncak kesulitan, seperti kisah Nabi Ishaq.
 
31. Versi Ahlu Kitab bahwa yang disembelih adalah Ishaq.
 
Ditulis oleh Ahmad Zainuddin Al Banjary