بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#Doa_Dzikir

HAKIKAT QANA’AH

Dari ’Abdullah bin ’Amr bin Al ’Ash, Rasulullah ﷺ bersabda:

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدِىَ إِلَى الإِسْلاَمِ وَرُزِقَ الْكَفَافَ وَقَنِعَ بِهِ

”Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rezeki yang cukup, dan qana’ah (merasa cukup) dengan rezeki tersebut.” (HR. Ibnu Majah no. 4138, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadis ini Shahih)

Inilah keberuntungan yang sempurna. Allah Ta’ala berikan kepadanya hidayah, sehingga sepenuh hati masuk agama ini, dan benar-benar menjadi seorang Muslim. Lalu Allah Ta’ala berikan rezeki yang cukup, dan ia menghadapi rezeki yang Allah ‘Azza wa Jalla limpahkan tersebut dengan qana’ah. Inilah kunci keberuntungan dan kebahagiaan. Harta berlimpah yang tidak disertai qana’ah akan menjadikan seseorang senantiasa merasa haus. Ia menggenggam dunia, tetapi tak puas dengan apa yang Allah Ta’ala berikan kepadanya. Ia sulit mensyukuri nikmat-Nya, sulit merasa bahagia dan mudah gelisah melihat kilau dunia yang ada pada orang lain.

Di antara pintu-pintu yang menggelincirkan manusia sehingga rusak imannya atau bahkan keluar dari agama ini, sepenuh sadar atau pun tidak, adalah hilangnya qana’ah (merasa cukup dengan karunia Allah Ta’ala). Tidak mungkin seseorang yang zuhud, jika tidak ada qana’ah pada dirinya. Sebaliknya, hilangnya sifat qana’ah yang dibiarkan menjalar membesar, dapat berubah menjadi sifat tamak. Boleh jadi ia tamak dengan apa yang ada dalam genggaman manusia. Boleh jadi ia tamak dengan karunia Allah ‘Azza wa Jalla. Ia merasa jauh dari puas dan meminta rezeki yang lebih berlimpah, atau menghabiskan umur untuk mengejar dunia.

Al Hasan Al Bashri rahimahullah pernah ditanya: “Apa rahasia di dalam zuhudmu di dalam dunia?” Beliau menjawab:

علمت بأن رزقي لن يأخذه غيري فاطمئن قلبي له , وعلمت بأن عملي لا يقوم به غيري فاشتغلت به , وعلمت أن الله مطلع علي فاستحيت أن أقابله على معصية , وعلمت أن الموت ينتظرني فأعددت الزاد للقاء الله

“Aku mengetahui bahwa rezekiku tidak akan pernah ada yang mengambilnya selainku, maka tenanglah hatiku untuknya. Dan aku mengetahui bahwa ilmuku tidak akan ada yang melaksanakannya selainku, maka aku menyibukkan diri dengannya. Aku mengetahui bahwa Allah mengawasiku, maka aku malu berhadapan dengan-Nya dalam keadaan maksiat. Aku mengetahui bahwa kematian menghadangku, maka aku telah siapkan untuk bekal bertemu dengan Allah.”

 

Maka, alangkah baiknya jika kita memohon kepada Allah Ta’ala agar dikaruniai hati yang qana’ah:

اَللَّهُمَّ قَنِّعْــنِيْ بِـمَا رَزَقْــــتَــنِيْ، وَبَارِكْ لِيْ فِيْهِ، وَاخْلُفْ عَلَى كُـلِّ غَائِـبَةٍ لِيْ بِـخَيْرٍ

 ALLOHUMMA QONNI’NII BIMAA ROZAQTANII WABAARIKLII FIIHI WAKHLUF ‘ALAYYA KULLA GHOO IBATILLII BIKHOIR

Artinya:

“Ya Allah, jadikanlah aku orang yang qana’ah (merasa cukup, puas, rela) terhadap rezeki yang Engkau beri, dan berkahilah, serta gantilah apa yang luput dariku dengan sesuatu yang lebih baik” (HR. Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad).

Sesungguhnya qana’ah itu salah satu kunci berkahnya rezeki. Qana’ah juga pintu kebahagiaan. Jika kita qana’ah, sedikitnya harta membuat kita bersyukur; tidak membuat risau. Lapang hati karena merasa puas-rela dengan apa yang Allah Ta’ala berikan. Qana’ah pada diri seseorang yang Allah subhanahu wa ta’ala limpahi rezeki yang sangat besar, menjadikannya ringan menggunakannya untuk kemaslahatan. Dunia itu di tangan, bukan di hati. Sebaliknya, jika qana’ah hilang, iman dapat tergadai demi merebut dunia yang sebenarnya sudah berlebih padanya. Tanpa qana’ah, orang kaya dipenuhi gelisah, sementara yang miskin bergelimang derita.

Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.

Sumber: [Muslimah.or.id] – Dengan penambahan seperlunya oleh Tim Redaksi Nasihat Sahabat

Catatan Tambahan:

Arti qanaa’ah adalah merasa ridha dan cukup dengan pembagian rezeki yang Allah ta’ala berikan [Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (4/508)].