بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
HADIS-HADIS LEMAH DAN PALSU TENTANG KEUTAMAAN PUASA DAN AMALAN-AMALAN DI BULAN MUHARAM
 
Oleh: Muhammad Wasitho Abu Fawaz
 
Hadis Pertama:
 
Imam Ath-Thobroni rahimahullah berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rozin bin Jami’ Al-Mishri Abu Abdillah Al-Mu’addal, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Al-Haitsam bin Habib, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Sallaam Ath-Thowil, dari Hamzah Az-Zayyaat, dari Laits bin Abi Saliim, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas, ia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda:
 
مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ كَانَ لَهُ كَفَّارَةَ سَنَتَيْنِ وَمَنْ صَامَ يَوْمًا مِنَ الْمُحَرَّمِ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلاَثُوْنَ يَوْمًا
 
“Barang siapa berpuasa pada hari Arafah, maka puasa itu akan menghapuskan (dosa-dosa) selama dua tahun. Dan barang siapa yang berpuasa satu hari di bulan Muharam, maka baginya dari setiap hari (bagaikan berpuasa) 30 hari.” [Dikeluarkan oleh Ath-Thobaroni dalam Al-Mu’jam Ash-Shoghir II/164 no.963]
 
Derajat Hadis
 
Hadis ini derajatnya PALSU (Maudhu).
Berkata Syaikh Al-Albani rahimahullah: “Ini adalah hadis PALSU (Maudhu).
 
Di dalam sanadnya ada dua orang perawi pendusta (pemalsu hadis), yaitu:
 
1. Sallam Ath-Thowil dan dia adalah pendusta.
 
Ibnu Khorrosy berkata tentangnya: “Dia seorang pendusta.”
Ibnu Hibban berkata tentangnya: “Dia meriwayatkan hadis-hadis palsu dari para perawi yang tsiqoh (terpercaya/kredibel), dan sepertinya dia yang sengaja memalsukannya.”
 
Al-Hakim berkata tentangnya pula: “Dia meriwayatkan hadis-Hadis palsu.”
 
2. Al-Haitsam bin Habib diklaim oleh imam Adz-Dzahabi sebagi orang yang meriwayatkan hadis batil.” [Lihat Silsilah Al-Ahadis Adh-Dhaifah I/596 no.412, dan Dhaif At-Targhib wat Tarhib I/154 no. 615]
 
Hadis Kedua:
 
Imam Ath-Thobroni rahimahullah berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Yusuf Al-Qodhi dan Abdullah bin Ahmad bin Hanbal’, keduanya berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Abdul A’la bin Hammad An-Narsi,’ ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Abdul Jabbar bin Al-Ward, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Ubaidillah bin Abi Yazid, dari Ibnu Abbas, ia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda:
 
لَيْسَ لِيَوْمٍ فَضْلٌ عَلَى يَوْمٍ فِي الصِّيَامِ إِلاَّ شَهْرُ رَمَضَانَ وَيَوْمُ عَاشُوْرَاءَ
 
“Tidak ada satu hari pun yang memiliki keutamaan melebihi hari-hari yang lainnya dalam hal berpuasa, kecuali bulan Ramadan dan Hari Asyura.” [Diriwayatkan oleh Ath-Thobaroni di dalam Al-Mu’jam Al-Kabir XI/127 no.11253]
 
Derajat Hadis
 
Hadis ini derajatnya DHAIF JIDDAN (Sangat Lemah).
Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Abdul Jabbar bin Al-Ward.
 
Imam Al-Bukhari rahimahullah berkata tentangnya: “Dia menyelisihi pada sebagian hadis-hadisnya.” Dan berkata Ibnu Hibban tentangnya: “Dia sering salah dan keliru (wahm).”
 
Syaikh Al-Albani rahimahulla berkata: “Hadis ini MUNGKAR.” [Lihat Silsilah Al-Ahadis Adh-Dhaifah I/453no. 285, dan Dhaif At-Targhib wa At-Tarhib I/155 no. 616]
 
Hadis Ketiga:
 
Imam Ath-Thobroni rahimahullah berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Abdul warits bin Ibrahim Abu Ubaidah Al-Askari’, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abu Thalib Al-Bazzaz’, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Al-Haishom bin Asy-Syuddakh, dar Al-A’masy’, dari Ibrahim, dari Alqomah, dari Abdullah (bin Mas’ud), dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
 
مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ لَمْ يَزَلْ فِيْ سَعَةٍ سَائِرَ سَنَتِهِ
 
“Barang siapa yang melapangkan (nafkah) kepada keluarganya pada Hari Asyura, niscaya ia akan senantiasa dalam kelapangan (rezekinya) selama setahun itu.” [Diriwayatkan oleh Ath-Thobrani X/77 no.10007, dan Al-Baihaqi di dalam kitab Syu’abul Iman VIII/312 no.3635]
 
Derajat Hadis
 
Hadis ini derajatnya DHAIF (Lemah).
 
Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Hadis ini TIDAK SAHIH.”
 
Syaikh Al-Albani berkata: “Hadis ini DHAIF (Lemah). [Lihat Tahqiq beliau terhadap Misykat Al-Mashobih, I/434 no.1926).
 
Di dalam sanadnya ada seorang perawi yang Majhul (Tidak dikenal jati dirinya), yaitu: Al-Haishom bin Asy-Syuddakh.
 
Al-‘Uqoili berkata: “Al-Haishom adalah perawi yang Majhul, dan hadis ini tidak mahfuzh.”
 
Ibnu Hibban berkata: “Al-Haishom meriwayatkan hal-hal yang aneh dan berbahaya. Tidak boleh berhujjah dengannya.”
 
Hadis ini disebutkan pula oleh Ibnul Qayyim dalam Al-Manar Al-Munif Fi Ash-Sahih wa Adh-Dhaif, I/111 no.223, dan Asy-Syaukani dalam Al Fawaid Al Majmu’ah, I/98 no.37]
 
Hadis Keempat:
 
Ibnul Jauzi rahimahullah di dalam kitabnya Al-Maudhuaat, bab ‘Puasa Di Akhir Dan Awal Tahun (Baru Hijriyah)’ berkata, ‘Telah memberitahukan kepada kami Muhammad bin Nashir,’ ia berkata, ‘Telah memberitahukan kepada kami Abu Ali Al-Hasan bin Ahmad,’ ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Al-Fawaris,’ ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Umar bin Ahmad,’ telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Ayub, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Syadzan, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdullah Al-Harwi, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Quthb bin Wahb, dari Ibnu Juraij, dari Atho’, dari Ibnu Abbas, ia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda:
 
مَنْ صَامَ آخِرَ يَوْمٍ مِنْ ذِي الحِجَّةِ ، وَأَوَّلِ يَوْمٍ مِنَ المُحَرَّمِ فَقَدْ خَتَمَ السَّنَةَ المَاضِيَةَ بِصَوْمٍ ، وَافْتَتَحَ السَّنَةُ المُسْتَقْبِلَةُ بِصَوْمٍ ، جَعَلَ اللهُ لَهُ كَفَارَةٌ خَمْسِيْنَ سَنَةً
 
“Barang siapa yang berpuasa sehari pada akhir dari bulan Zulhijah, dan puasa sehari pada awal dari bulan Muharam, maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan puasa, dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa. Dan Allah taala menjadikan kafarat/ tertutup dosanya selama 50 tahun.” [Dikeluarkan oleh Ibnul Jauzi dalam Al-Maudhuat II/566, Ay-Syaukani dalam Al-Fawa-id Al-Majmu’ah I/96 no.31, dan selainnya]
 
Derajat Hadis
 
Hadis ini derajatnya PALSU (Maudhu).
 
Di dalam sanadnya terdapat dua perawi pendusta dan pemalsu hadis, yaitu Al-Harwi Al-juwaibari dan Wahb.
 
Ibnul Jauzi berkata tentang keduanya, yaitu Al-Harwi, atau dikenal juga dengan Al-Juwaibari, dan Wahb, bahwa keduanya adalah seorang pendusta dan pemalsu hadis. [Lihat Al-Mawdhu’at II/566]
 
Asy-Syaukani berkata tentang hadis ini: “Di dalam hadis ini ada dua perawi yang pendusta yang meriwayatkan hadis ini.” [Lihat Al Fawa-id Al Majmu’ah I/96 no.31]
 
Jika demikian derajat hadisnya, maka tidak boleh bagi siapa pun dari umat Islam yang mengkhususkan puasa dan amalan-amalan ibadah lainnya, seperti doa menyambut tahun baru hijriyah, zikir berjamaah, menghidupkan malamnya dengan qiyamul lail, bersedekah, membaca Alquran, mengadakan pengajian dan selainnya pada awal dan akhir tahun Hijriyah, karena hadisnya jelas-jelas sangat lemah atau bahkan PALSU. BUKAN sabda Nabi ﷺ. Cukuplah bagi kita beribadah kepada Allah dengan amalan-amalan yang dilandasi dengan hadis-hadis yang jelas dan pasti kesahihannya dari Nabi ﷺ.
 
Hadis Kelima:
 
Keutamaan Puasa Sembilan Hari Pertama Bulan Muharam
 
قال ابن الجوزي : أنبأنا ظفر بن على الهمداني أنبأنا أبو رجاء حمد بن أحمد التاجر حدثنا أبو نعيم أحمد بن عبدالله الحافظ حدثنا محمد بن عبدالرحمن بن الفضل حدثنا أبو زيد خالد بن النضر حدثنا إسماعيل بن عباد حدثنا سفيان بن حبيب عن موسى الطويل عن أنس بن مالك قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” مَنْ صَامَ تِسْعَةَ أَيَّامٍ مِنْ أَوَّلِ الْمُحَرَّمِ بَنَى الله ُلَهُ قُبَّةً فِي الْهَوَى مِيْلاً فِيْ مِيْلٍ لَهَا أَرْبَعَةُ أَبْوَابٍ.”
 
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, ‘Telah memberitahukan kepada kami Zhafr bin Ali Al-Hamadani,’ ia berkata, ‘Telah memberitahukan kepada kami Abu Roja’ Hamd bin Ahmad At-Tajir,’ ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim Ahmad bin Abdullah Al-Hafizh,’ ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdurrahman bin Al-Fadhl,’ ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Abu Zaid Khalid bin An-Nadhr,’ ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Abbad,’ ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Habib, dari Musa Ath-Thowil,’ dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda:
 
“Barang siapa berpuasa sembilan hari dari hari pertama bulan Muharam, maka Allah akan membangunkan baginya sebuah kubah di udara seluas satu mil dikali satu mil. Kubah tersebut memiliki empat pintu.” [Dikeluarkan oleh Ibnul jauzi dalam kitab Al-Maudhuaat, Bab Shaumu Tis’ati Ayyaamin Min Awwali Al-Muharam II/199]
 
Derajat Hadis
 
Hadis ini derajatnya PALSU (Maudhu). Di dalam sanadnya ada seorang perawi Musa Ath-Thowil. Dia seorang pendusta (pemalsu hadis).
 
Ibnu Hibban berkata tentangnya: “Musa Ath-Thowil meriwayatkan hadis-hadis palsu dari Anas (bin Malik radhiyallahu anhu, pent). Tidak diperbolehkan mencatat hadis-hadisnya, kecuali untuk mengingkarinya.”
 
Ibnu ‘Adi berkata tentangnya: “Dia meriwayatkan dari Anas radhiyallahu anhu hadis-hadis mungkar, dan dia juga seorang perawi yang Majhul (tidak dikenal jati dirinya).” [Lihat Mizan Al-I’tidal, karya Imam Adz-Dzahabi no.8888]
 
Hadis Keenam:
 
Keutamaan Amalan-Amalan Di Hari Asyura (10 Muharam)
 
Sebagian orang awam yang menganut Madzhab Ahlus Sunnah melakukan hal-hal yang membuat marah orang-orang Syiah Rafidhah, yaitu dengan membuat hadis-hadis palsu seputar keutamaan Hari Asyura (hari kesepuluh bulan Muharam), karena orang-orang Syiah Rafidhah menganggap atau bahkan meyakini, bahwa Hari Asyura adalah hari keburukan dan berkabung, serta mengekspresikan kesedihan atas terbunuhnya Husain bin Ali bin Abu Thalib di Karbala. Kami para penganut akidah dan manhaj Ahlus Sunnah wal Jamaah berlepas diri dari kedua kelompok (kubu) yang saling berlawanan tersebut dalam menyikapi Hari Asyura.
 
Telah ada riwayat yang Sahih dari Nabi ﷺ tentang keutamaan puasa Hari Asyura (tanggal 10 Muharam), yaitu akan menghapuskan dosa-dosa setahun yang lalu. Akan tetapi mereka (orang-orang awam/jahil) belum merasa puas dengan keutamaan seperti itu, sehingga mereka memberanikan diri untuk menambah-nambahi dan memerpanjang keutamaan-keutamaan berbagai amalan pada Hari Asyura secara dusta dan mengatas-namakan Nabi ﷺ.
 
Di antara hadis yang mereka PALSUKAN atas nama Nabi ﷺ ialah sebagaimana berikut:
 
قال ابن الجوزي : حدثنا أبو الفضل محمد بن ناصر من لفظه وكتابه مرتين قال أنبأنا أحمد بن الحسين بن قريش أنبأنا أبو طالب محمد بن على ابن الفتح العشارى، وقرأت على أبى القاسم الحريري عن أبى طالب العشارى حدثنا أبو بكر أحمد بن منصور البرسرى حدثنا أبو بكر أحمد بن سليمان النجاد حدثنا إبراهيم الحربى حدثنا سريح بن النعمان حدثنا ابن أبى الزناد عن أبيه عن الاعرج عن أبى هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” إن الله عز وجل افترض على بنى إسرائيل صوم يوم في السنة يوم عاشوراء وهو اليوم العاشر من المحرم، فصوموه ووسعوا على أهليكم فيه، فإنه من وسع على أهله من ماله يوم عاشوراء وسع عليه سائر سنته، فصوموه فإنه اليوم الذى تاب الله فيه على آدم، وهو اليوم الذى رفع الله فيه إدريس مكانا عليا، وهو اليوم الذى نجى فيه إبراهيم من النار، وهو اليوم الذى أخرج فيه نوحا من السفينة، وهو اليوم الذى أنزل الله فيه التوراة على موسى، وفيه فدى الله إسماعيل من الذبح، وهو اليوم الذى أخرج الله يوسف من السجن، وهو اليوم الذى رد الله على يعقوب بصره، وهو اليوم الذى كشف الله فيه عن أيوب البلاء، وهو اليوم الذى أخرج الله فيه يونس من بطن الحوت، وهو اليوم الذى فلق الله فيه البحر لبنى إسرائيل، وهو اليوم الذى غفر الله لمحمد ذنبه ما تقدم وما تأخر، وفى هذا اليوم عبر موسى البحر، وفى هذا اليوم أنزل الله تعالى التوبة على قوم يونس، فمن صام هذا اليوم كانت له كفارة أربعين سنة، وأول يوم خلق الله من الدنيا يوم عاشوراء، وأول مطر نزل من السماء يوم عاشوراء، وأول رحمة نزلت يوم عاشوراء، فمن صام يوم عاشوراء فكأنما صام الدهر كله، وهو صوم الانبياء، ومن أحيا ليلة عاشوراء فكأنما عبدالله تعالى مثل عبادة أهل السموات السبع، ومن صلى أربع ركعات يقرأ في كل ركعة الحمد مرة وخمسين مرة قل هو الله أحد غفر الله خمسين عاما ماض وخمسين عاما مستقبل وبنى له في الملا الاعلى ألف ألف منبر من نور، ومن سقى شربة من ماء فكأنما لم يعص الله طرفة عين، ومن أشبع أهل بيت مساكين يوم عاشوراء، مر على الصراط كالبرق الخاطف. ومن تصدق بصدقة يوم عاشوراء فكأنما لم يرد سائلا قط، ومن اغتسل يوم عاشوراء لم يمرض مرضا إلا مرض الموت، ومن اكتحل يوم عاشوراء لم ترمد عينيه تلك السنة كلها، ومن أمر يده على رأس يتيم فكأنما بر يتامى ولد آدم كلهم، ومن صام يوم عاشوراء أعطى ثواب عشرة ألف ملك، ومن صام يوم عاشوراء أعطى ثواب ألف حاج ومعتمر، ومن صام يوم عاشوراء أعطى ثواب ألف شهيد، ومن صام يوم عاشوراء كتب له أجر سبع سموات وفين خلق الله السموات و الارضين والجبال والبحار، وخلق العرش يوم عاشوراء، وخلق القلم يوم عاشوراء، وخلق اللوج يوم عاشوراء، وخلق جبريل يوم عاشوراء، ورفع عيسى يوم عاشوراء، وأعطى سليمان الملك يوم عاشوراء، ويوم القيامة يوم عاشوراء، ومن عاد مريضا يوم عاشوراء فكأنما عاد مرضى ولد آدم كلهم “.
 
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Fadhl Muhammad bin Nashir dari lafazh (lisan) dan kitab beliau sebanyak dua kali,’ ia berkata, ‘Telah memberitahukan kepada kami Ahmad bin Al-Husain bin Quraisy,’ ia berkata, ‘Telah memberitahukan kepada kami Abu Tholib Muhammad bin Ali bin Al-Fath Al-‘Usyari, dan aku telah membacakan (hadis-hadis) di hadapan Abu Al-Qosim Al-Hariri,’ dari Abu Tholib Al-‘Usyari, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Ahmad bin Manshur Al-Barsari,’ ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Ahmad bin Sulaiman An-Najjad,’ ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Ibrahim Al-Harbi,’ ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Suraih bin An-Nu’man,’ ia berkata, ‘Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Az-Zinad, dari ayahnya, dari Al-A’roj, dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu,’ ia berkata, ‘Rasulullah ﷺ bersabda:
 
“Sesungguhnya Allah ﷻ telah mewajibkan kepada Bani Israil puasa satu hari dalam setahun, Hari Asyura, yaitu hari kesepuluh dari bulan Muharam. Oleh karena itu, hendaklah kalian berpuasa Asyura, dan lapangkanlah nafkah kalian terhadap keluarga kalian pada hari itu. Karena sesungguhnya, barang siapa melapangkan nafkah kepada keluarganya dari harta bendanya pada Hari Asyura, niscaya Allah akan melapangkan rezekinya sepanjang tahun.
 
Lakukanlah puasa Asyura, karena pada hari itu Allah menerima tobat Nabi Adam, mengangkat Nabi Idris pada tempat/kedudukan yang tinggi, menyelamatkan Nabi Ibrahim dari kobaran api, mengeluarkan Nabi Nuh dari kapalnya, menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa, memberikan tebusan bagi Nabi Ismail dari penyembelihan, mengeluarkan Nabi Yusuf dari penjara, mengembalikan mata penglihatan Nabi Yaqub, membebaskan Nabi Ayub dari bencana (penyakit), mengeluarkan Nabi Yunus dari perut ikan paus/hiu, membelah lautan menjadi daratan bagi Bani Israil, mengampuni dosa-dosa Nabi Muhammad yang telah lalu maupun yang akan datang. Pada hari (Asyura) itu juga Nabi Musa menyeberangi lautan. Allah menurunkan tobat kepada kaum Nabi Yunus. Maka barang siapa berpuasa pada Hari Asyura, ia akan memeroleh penghapusan dosa selama 40 (empat puluh) tahun.
 
Hari Asyura adalah hari pertama yang Allah ciptakan dari (hari-hari) dunia. Pada Hari Asyura, Allah menurunkan hujan dari langit untuk pertama kalinya. Dan pada hari itu juga pertama kali rahmat Allah turun (ke dunia).
Barang siapa berpuasa Asyura, maka seakan-akan ia berpuasa sepanjang tahun.
Puasa Asyura adalah puasanya para nabi. Dan barang siapa menghidupkan malam Asyura, maka seakan-akan ia beribadah kepada Allah seperti ibadahnya para penghuni tujuh langit.
 
Barang siapa salat empat rakaat, dan pada setiap rakaat ia membaca Alhamdu (al-Fatihah) sekali dan Qul Huwallah (al-Ikhlas) 50 (lima puluh) kali, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya selama 50 (lima puluh) tahun yang lalu dan 50 (lima puluh) tahun yang akan datang. Dan Allah akan membuatkan baginya satu juta mimbar terbuat dari cahaya di hadapan para malaikat yang mulia.
 
Barang siapa memberi seteguk air minum (pada Hari Asyura), maka seakan-akan ia tidak pernah bermaksiat kepada Allah sekejap pun.
 
Barang siapa mengenyangkan keluarga orang-orang miskin pada Hari Asyura, maka ia akan berjalan di atas Ash-Shiroth (jembatan yang terbentang di atas Neraka Jahannam menuju Surga, pent) secepat kilat.
 
Barang siapa bersedekah dengan suatu sedekah pada Hari Asyura, maka seakan-akan ia tidak pernah menolak seorang pun yang meminta-minta.
 
Barang siapa mandi pada Hari Asyura, maka ia tidak akan mengalami sakit apa pun, kecuali kematian.
 
Barang siapa memakai celak pada Hari Asyura, maka kedua matanya tidak akan mengalami sakit sepanjang tahun itu.
 
Barang siapa tangannya mengusap kepala anak yatim, maka seakan-akan ia ia telah berbuat baik kepada semua anak yatim.
 
Barang siapa berpuasa pada Hari Asyura, maka ia diberi pahala 10.000 (sepuluh ribu) malaikat.
 
Dan barang siapa berpuasa pada Hari Asyura, ia akan diberi pahala 1000 (seribu) orang yang menunaikan haji dan umrah.
 
Barang siapa berpuasa pada Hari Asyura, maka ia diberi pahala 1000 (seribu) orang yang mati syahid.
 
Barang siapa berpuasa pada Hari Asyura, maka ia diberi pahala tujuh lapis langit. Pada Hari Asyura Allah menciptakan (tujuh lapis) langit dan bumi, gunung-gunung dan lautan, ‘Arsy, al-Qalam (pena), Lauhul Mahfuzh, dan Malaikat Jibril. Pada Hari Asyura Allah mengangkat Nabi Isa, dan memberikan kerajaan kepada Nabi Sulaiman. Hari Kiamat juga terjadi pada Hari Asyura.
 
Dan barang siapa menjenguk orang sakit pada Hari Asyura, maka seakan-akan ia telah menjenguk semua orang sakit dari keturunan Nabi Adam.” [Dikeluarkan oleh Ibnul Jauzi dalam kitab Al-Maudhuaat, bab Fi Dzikri Asyura II/200-201]
 
Derajat Hadis
 
Hadis ini derajatnya PALSU (Maudhu). Di dalam sanadnya terdapat seorang perawi yang bernama Ibnu Abi Az-Zinad.
 
Yahya bin Ma’in berkata tentangnya: “Dia tidak ada apa-apanya, dan hadisnya tidak dapat dijadikan hujjah. Dan nama Abu Az-Zinad adalah Abdullah bin Dzakwan. Sedangkan nama anaknya adalah Abdurrahman. Dahulu (Abdurrahman) Ibnu Mahdi tidak meriwayatkan hadis darinya.”
 
Imam Ahmad berkata tentangnya: “Dia seorang perawi yang mudhthorib hadisnya (perawi yang menyampaikan riwayat secara tidak akurat atau berbeda-beda, pent).”
 
Abu Hatim Ar-Rozi berkata tentangnya: “Dia tidak dapat dijadikan hujjah. Barangkali sebagian Ahlul Ahwa (atau Ahli Bidah) telah memasukkannya ke dalam hadisnya.”
 
Al-Hafizh Ibnu hajar Al-Asqolani berkata tentangnya: “Shoduq (orang jujur), hafalannya mengalami pengubahan ketika ia datang ke kota Baghdad.” [Lihat Taqrib At-Tahdzib II/340 no.3861]
 
Beberapa Tanda Kepalsuan di dalam Hadis ini:
 
1. Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Kepalsuan hadis ini sudah sangat jelas dan tanpa diragukan lagi oleh setiap Muslim yang berakal. Apalagi si pemalsu hadis ini tidak malu-malu lagi menyebutkan di dalamnya hal-hal yang mustahil, seperti perkataannya: “Hari yang pertama kali Allah ciptakan adalah Hari Asyura (hari kesepuluh).” Ini merupakan ketololan dan kelalaian dari si pemalsu hadis. Sebab Hari Asyura (kesepuluh) tidaklah dinamakan demikian, melainkan telah didahului dengan hari kesembilan.” [Lihat kitab Al-Maudhuaat II/201]
 
2. Di dalam hadis ini juga si pemalsu mengatakan: “Allah menciptakan langit-langit dan bumi serta gunung-gunung pada Hari Asyura.” Padahal telah ada hadis Sahih dari Nabi ﷺ yang menyelisihi perkataannya, yaitu sabda Nabi ﷺ: “Sesungguhnya Allah taala telah menciptakan tanah (bumi) pada hari Sabtu, dan telah menciptakan gunung-gunung pada hari Ahad, dan Allah menciptakan pepohonan pada hari Senin…dst.” (SAHIH. Lihat Silsilah Al-Ahadis Ash-Sahihah, karya Syaikh Al-Albani IV/449 no.1833]
 
3. Di dalam hadis palsu ini juga terdapat penyelewengan dan pengubahan dalam masalah ukuran-ukuran pahala yang tidak sesuai dengan kebaikan dan kemurahan Syariat Islam. Apakah pantas seseorang yang berpuasa satu hari, lalu diberi pahala seperti halnya 1000 (seribu) orang yang haji dan umrah, serta 1000 (seribu) orang yang mati syahid? Yang demikian ini bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat Islam.
 
[Hadis-hadis ini diterjemahkan dari kitab Al-Maudhuaat karya Ibnul jauzi dan kitab-kitab lainnya (Maktabah Syamilah)]
 
Sumber:
 
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook:
https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
HADIS-HADIS LEMAH DAN PALSU TENTANG KEUTAMAAN PUASA DAN AMALAN-AMALAN DI BULAN MUHARAM
HADIS-HADIS LEMAH DAN PALSU TENTANG KEUTAMAAN PUASA DAN AMALAN-AMALAN DI BULAN MUHARAM
HADIS-HADIS LEMAH DAN PALSU TENTANG KEUTAMAAN PUASA DAN AMALAN-AMALAN DI BULAN MUHARAM
HADIS-HADIS LEMAH DAN PALSU TENTANG KEUTAMAAN PUASA DAN AMALAN-AMALAN DI BULAN MUHARAM
HADIS-HADIS LEMAH DAN PALSU TENTANG KEUTAMAAN PUASA DAN AMALAN-AMALAN DI BULAN MUHARAM
HADIS-HADIS LEMAH DAN PALSU TENTANG KEUTAMAAN PUASA DAN AMALAN-AMALAN DI BULAN MUHARAM
HADIS-HADIS LEMAH DAN PALSU TENTANG KEUTAMAAN PUASA DAN AMALAN-AMALAN DI BULAN MUHARAM
HADIS-HADIS LEMAH DAN PALSU TENTANG KEUTAMAAN PUASA DAN AMALAN-AMALAN DI BULAN MUHARAM