بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
#DoaZikir
DOA RASULULLAH AGAR TERHINDAR DARI AKHLAK, AMAL, HAWA NAFSU DAN PENYAKIT TERCELA
وَعَنْ قُطْبَةَ بْنِ مَالِكٍ – رضى الله عنه – قَالَ: كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم -يَقُولُ: { اَللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ اَلْأَخْلَاقِ, وَالْأَعْمَالِ, وَالْأَهْوَاءِ, وَالْأَدْوَاءِ } أَخْرَجَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ , وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِمُ وَاللَّفْظِ لَهُ.
Dari Quthbah bin Malik radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata, Rasulullah ﷺ berdoa:
اَللَّهُمَّ جَنِّبْنِي مُنْكَرَاتِ اَلْأَخْلَاقِ, وَالْأَعْمَالِ, وَالْأَهْوَاءِ, وَالْأَدْوَاء
Allahumma jannibnii munkarooti al akhlaaqi wal a’maali wal ahwaa i wal adwaa’
Artinya:
“Ya Allah, jauhkanlah dari aku akhlak yang munkar, amal-amal yang munkar, hawa nafsu yang munkar dan penyakit-penyakit yang munkar.” [Hadis Riwayat Tirmidzi no 3591 dan dishahihkan oleh Al Hakim dan lafalnya dari Kitab Al Mustadraq karangan Imam Al Hakim)
Dan hadis ini adalah hadis yang shahih, dishahihkan oleh Al Imam Al Hakim dan juga dishahihkan oleh Syaikh Al Albaniy rahimahullah.
Nabi ﷺ adalah seorang yang berakhlak yang agung sebagaimana pujian Pencipta alam semesta ini:
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya Engkau (Muhammad ﷺ) berada di atas akhlak yang agung.” (QS Al Qalam: 4)
Oleh karenanya, di antara kesempurnaan akhlak Nabi ﷺ adalah berdoa kepada Allah, agar dijauhkan dari akhlak-akhlak yang buruk.
Nabi ﷺ berkata:
اَللَّهُمَّ جَنِّبْنِي
“Ya Allah, jauhkanlah aku.”
“Jauhkanlah aku” artinya bukan hanya “Hindarkanlah aku.”
Tapi lebih dari itu, “JAUHKAN, JANGAN DEKATKAN aku sama sekali dengan akhlak-akhlak yang mungkar, amalan yang mungkar, hawa nafsu yang mungkar dan penyakit yang mungkar.”
Yang dimaksud dengan kemungkaran yaitu sifat-sifat yang tercela, yang tidak disukai oleh tabiat. Tabiat benci dengan sikap seperti ini. Dan juga syariat menjelaskan akan buruknya sifat-sifat tersebut.
Sebagian ulama menjelaskan:
(1) Mungkaratil Akhlak (مُنْكَرَاتِ اَلْأَخْلَاق)
Mungkaratil Akhlak maksudnya yang berkaitan dengan masalah batin, karena dalam hadis ini digabungkan antara akhlak dan amal.
Tatkala digabungkan antara akhlak dan amal (masing-masing disebutkan), maka akhlak yang buruk adalah yang berkaitan dengan batin. Adapun amal adalah yang berkaitan dengan jawarih (anggota tubuh).
Oleh karenanya, yang dimaksud dengan Mungkaratil Akhlak seperti:
Maka seorang berusaha membersihkan hatinya dari hal-hal seperti ini.
Setelah dia bersihkan hatinya, kemudian dia berusaha menghiasi hatinya dengan perkara yang berlawanan dengan hal tersebut.
Hendaknya dia menghiasi hatinya dengan tawadu’, rendah diri, mudah memaafkan, kesabaran, kasih sayang, rahmat, sabar dalam menghadapi ujian dan yang lain-lainnya.
Dan kita tahu, akhlak yang buruk ini berkaitan dengan penyakit-penyakit hati. Ini timbul dari hati yang sedang sakit, sebagaimana akhlak yang mulia yang timbul dari hati yang sehat.
(2) Mungkaratil A’mal ( (مُنْكَرَاتِ وَالْأَعْمَالِ)
Mungkaratil A’mal. Tadi telah kita sebutkan, ada seorang ulama yang menafsirkan dengan akhlak yang buruk yang berkaitan dengan anggota tubuh, seperti:
Ada juga yang menafsirkan Mungkaratil A’mal adalah yang berkaitan dengan dosa-dosa besar, seperti: membunuh, berzinah, merampok.
(3) Al Ahwa'( الْأَهْوَاءِ)
Al ahwa’ adalah jama’ dari hawa (hawa nafsu).
Rasulullah ﷺ berlindung dari kemungkaran hawa nafsu.
Hawa nafsu itu kalau dibiarkan akan menjerumuskan orang kepada perkara-perkara yang membinasakan, menjadikan seseorang berani untuk melakukan dosa-dosa.
Kenapa?
Karena demi untuk memuaskan hawa nafsunya.
Terlebih-lebih jika seseorang telah menjadi budak hawa nafsu, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ
“Terangkanlah kepadaku bagaimana tentang seorang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya?” (QS Al Jatsiyah: 23)
Apapun yang diperintahkan oleh hawa nafsunya, dia akan melakukannya. Ini sangat berbahaya.
Seseorang harus melatih dirinya untuk menundukkan hawa nafsunya, bukan mengikuti hawa nafsunya.
(4) Al Adwa'( الْأَدْوَاءِ)
Rasulullah ﷺ berlindung dari penyakit-penyakit (Al Adwa’) yang mungkar, yaitu penyakit yang berkaitan dengan tubuh.
Dan sebagian ulama menafsirkan, bahwa ini maksudnya adalah penyakit-penyakit yang Asy Syani-Ah (Berbahaya).
Seperti al judzam (lepra), sarathan (kanker), kemudian penyakit-penyakit yang berbahaya lainnya.
Rasulullah ﷺ tidak berlindung dengan penyakit secara mutlak, karena ada sebagian penyakit yang memang bermanfaat.
Contohnya dalam hadis Al Bukhari, Rasulullah ﷺ, dari Abu Hurairah radhiyallahu ta’ala ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah seorang Muslim ditimpa dengan keletihan, penyakit, kekhawatiran (sesuatu yang menimpa di kemudian hari), kesedihan (terhadap perkara yang sudah lewat), demikian juga gangguan dari orang lain, kegelisahan hati, sampai duri yang menusuknya, kecuali Allah Subhanahu wa ta’ala akan menghapuskan dosa-dosanya.” (Hadis Riwayat Bukhari no 5210 versi Fathul Bari’ no 5641-5642)
Dari sini ternyata penyakit adalah salah satu pengugur dosa. Oleh karenanya kalau ada orang yang sakit kita katakan:
“Thahurun, in sya Allah (Semoga penyakit tersebut menyucikan dosa-dosamu, In sya Allah).”
Demikian juga dalam hadis, Rasulullah ﷺ pernah berkata, melarang seorang wanita yang mencela demam. Dari hadis Jabir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ menemui Ummu Sa’ib.
دَخَلَ عَلَى أُمِّ السَّائِبِ (أَوْ: أُمِّ الْمُسَيَّبِ)، فَقَالَ: مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ (أَوْ: يَا أُمَّ الْمُسَيَّبِ) تُزَفْزِفِيْنَ ؟ قَالَتْ: اَلْحُمَّى، لاَ بَارَكَ اللهُ فِيْهَا. فَقَالَ: لاَ تَسُبِّي الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِيْ آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ.
Bahwasanya Rasulullah ﷺ menjenguk Ummu As Saib (atau Ummu Al Musayyib), kemudian beliau berkata:
“Apa gerangan yang terjadi denganmu wahai Ummu Al Sa’ib (Ummu Al Musayyib)? Kenapa kamu bergetar?”
Dia menjawab:
“Saya sakit demam yang tidak ada keberkahan bagi demam.”
Maka Rasulullah ﷺ berkata:
“Janganlah kamu mencela demam, karena ia menghilangkan dosa anak Adam, sebagaimana alat pemanas besi mampu menghilangkan karat besi.” (Hadis Riwayat Muslim no 4672 versi Syarh Muslim no 4575)
Dalam riwayat yang lain yaitu dari Abu Haurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
لاَ تَسُبَّهَا (الحمى) فَإِنَّهَا تَنْفِي الذُّنُوبَ كَمَا تَنْفِي النَّارُ خَبَثَ الْحَدِيدِ
“Janganlah engkau mencela demam. Sesungguhnya demam itu bisa menghilangkan dosa-dosa, sebagaimana api menghilangkan karat besi.” (Hadis Riwayat Ibnu Majah no 3460 versi Maktabatu Al Ma’arif no 3469)
Ini dalil, bahwasanya sebagian penyakit bisa menghilangkan dosa-dosa.
Jika seorang terkena penyakit, maka dia bersabar dan dia berlindung dari penyakit-penyakit yang berbahaya, seperti yang disebutkan dengan Mungkaratil Adwa’ (Penyakit yang berbahaya).
Kalaupun ternyata dia tertimpa penyakit tersebut, maka dia tetap saja bersabar, karena penyakit-penyakit tersebut bisa menghilangkan dosa-dosa.
Wallahu ta’ala a’lam bishshawwab.
Leave A Comment