بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

 

DI ANTARA KEUTAMAAN MASJIDIL AQSHA

Berikut ini adalah di antara keutamaan-keutamaan Masjidil Aqsha:

Pertama: Keutamaan Masjidil Aqsha bukanlah suatu rahasia yang tersembunyi. Keutamaannya begitu masyhur, walau bagi orang awam sekalipun. Siapa yang tidak tahu, kalau ia adalah Kiblat umat Islam sebelum Kakbah al-Musyarrafah?

Dalam sebuah riwayat yang sanadnya sahih diceritakan, bahwa ketika di Makkah sebelum hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad ﷺ salat menghadap Baitul Maqdis. Meskipun beliau ﷺ salat di Makkah menghadap Baitul Maqdis, bukan berarti beliau ﷺ membelakangi Kakbah. Namun beliau ﷺ mengambil posisi, supaya Kakbah berada di tengah, antara beliau ﷺ dan Baitul Maqdis. Dengan demikian, Kakbah tetap berada di depan beliau ﷺ, meski beliau ﷺ menghadap Baitul Maqdis.

Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah ﷺ masih tetap salat menghadap Baitul Maqdis selama 16 bulan. Ada yang mengatakan 17 bulan. Dan pada pertengahan Rajab tahun kedua hijrah, Allah memerintahkan kepada Rasulullah ﷺ untuk mengubah arah Kiblat salat beliau ﷺ, dari arah Baitul Maqdis ke arah Kakbah di Makkah, Kiblat Nabi Ibrahim Alaihissallam dan Ismail Alaihissallam.

Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan:

كان رسول الله يصلي وهو بمكة نحو بيت المقدس والكعبة بين يديه وبعدما هاجر إلى المدينة ستة عشر شهرا ثم صرف إلى الكعبة

“Dahulu Rasulullah salat di Mekah dengan menghadap Baitul Maqdis dan Kakbah. Beliau posisikan di hadapannya. Setelah 16 bulan dari hijrah beliau ke Madinah, beliau salat dengan menghadap Kakbah.” [HR. Ahmad]

Kedua: Keutamaan lainnya yang sangat dikenal oleh umat Islam adalah Masjidil Aqsha merupakan tempat Isra Nabi Muhammad ﷺ. Allah ﷻ berfirman:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Maha Suci Allah, yang telah memerjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [QS. Al-Isra: 1]

Dan pada momen Isra itulah Nabi ﷺ menjadi imam salat bagi para nabi. Hal ini menunjukkan betapa berkahnya tempat ini.

Ketiga: Al-Aqsha adalah permukaan bumi yang dipilih Allah menjadi tempat landasan dari bumi menuju Sidratul Muntaha (Miraj).

عن أنس بن مالك رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “أُتِيتُ بِالْبُرَاقِ -وَهُوَ دَابَّةٌ أَبْيَضُ طَوِيلٌ فَوْقَ الْحِمَارِ وَدُونَ الْبَغْلِ يَضَعُ حَافِرَهُ عِنْدَ مُنْتَهَى طَرْفِهِ– قَالَ: فَرَكِبْتُهُ حَتَّى أَتَيْتُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ -قَالَ- فَرَبَطْتُهُ بِالْحَلْقَةِ الَّتِى يَرْبِطُ بِهِ الأَنْبِيَاءُ -قَال – ثُمَّ دَخَلْتُ الْمَسْجِدَ فَصَلَّيْتُ فِيهِ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ خَرَجْتُ فَجَاءَنِى جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ بِإِنَاءٍ مِنْ خَمْرٍ وَإِنَاءٍ مِنْ لَبَنٍ فَاخْتَرْتُ اللَّبَنَ فَقَالَ جِبْرِيلُ صلى الله عليه وسلم اخْتَرْتَ الْفِطْرَةَ. ثُمَّ عَرَجَ بِنَا إِلَى السَّمَاءِ”

Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dibawakan kepadaku Buraq. Ia adalah hewan tunggangan berwarna putih, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal. Ada tanda di setiap ujungnya.”

Beliau melanjutkan: “Aku mengikat Buraq itu di salah satu pintu Baitul Maqdis, tempat di mana para nabi mengikat hewan tunggangan mereka. Kemudian aku masuk ke dalamnya dan salat dua rakaat. Setelah itu aku keluar dari masjid. Lalu Jibril mendatangiku dengan membawa bejana yang berisi khamr dan susu. Aku memilih yang berisi susu. Lalu Jibril ‘alaihis salam berkata: ‘Engkau telah memilih fitrah’. Setelah itu kami pun Miraj menuju langit.” [HR. Muslim]

Seandainya Allah menakdirkan Miraj dilakukan dari Masjid al-Haram, pastilah Allah mampu melakukannya. Akan tetapi Allah menetapkan agar Nabi dan Rasul-Nya ﷺ Miraj dari Masjidil Aqsha, agar kaum Muslimin tahu kedudukan masjid ini, dan agar masjid tersebut memiliki tempat istimewa di hati-hati umat Islam.

Keempat: Masjidil Aqsha al-Mubarak adalah satu di antara tiga masjid yang boleh diniatkan secara khusus untuk mengunjunginya untuk beribadah.

عن أبي هريرة رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: “لا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلا إِلَى ثَلاثَةِ مَسَاجِدَ: الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ، وَمَسْجِدِالرَّسُولِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الأَقْصَى

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi ﷺ bersabda:
“Tidak boleh bersengaja melakukan perjalanan (untuk beribadah), kecuali ketiga masjid:
1) Masjid al-Haram,
2) Masjid Rasulullah ﷺ, dan
3) Masjid al-Aqsha.” [HR. Bukhari]

Kelima: Pahala salat di Masjidil Aqsha berlipat-lipat dibanding salat di masjid lain.

Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis dari Abi Dzar radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan:
“Kami (para sahabat) sedang duduk-duduk bersama Rasulullah ﷺ, lalu kami membicarakan mana yang lebih utama, Masjid Rasulullah ﷺ (Masjid Nabawi pen.) ataukah Masjid Baitul Maqdis.” Maka Rasulullah ﷺ bersabda:

صَلَاةُ فِيْ مَسْجِدِيْ أَفْضَلُ مِنْ أَرْبَعِ صَلَوَات فِيْهِ وَلَنِعْمَ اْلمصَلَّى هُوَ ، وَلَيُوْشِكُنَّ أَنْ يَكُوْنَ لِلرَّجُلِ مِثْل شَطْنِ فَرْسِهِ مِنَ اْلأَرْضِ حَيْثُ يَرَى مِنْهُ بَيْتَ الْمَقْدِس ; خَيْرٌ لَهُ مِنَ الدُّنْيَا جَمِيْعاً

“Satu salat di masjidku lebih utama dari empat salat di Masjidil Aqsha, dan Masjidil Aqsha adalah tempat salat yang baik. Dan hampir tiba suatu masa, di mana seseorang memiliki tanah seukuran tali kekang kudanya, dari tempat itu terlihat Baitul-Maqdis, hal itu lebih baik baginya dari dunia seluruhnya. Atau beliau mengatakan, lebih baik dari dunia dan segala yang ada di dalamnya.” [HR. Hakim dan disahihkan oleh adz-Dzahabi]

Keenam: Masjidil Aqsha adalah salah satu di antara masjid tertua di muka bumi.

Sebagaimana diterangkan oleh Rasulullah ﷺ, bahwa pembangunan Masjidil Aqsha adalah 40 tahun setelah pembangunan Masjdil Haram

عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ فِي اْلأَرْضِ أَوَّلَ ؟ قَالَ: (الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ). قَالَ: قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ ؟ قَالَ: (الْمَسْجِدُ الأَقْصَى). قُلْتُ: كَمْ كَانَ بَيْنَهُمَا ؟ قَالَ: ( أَرْبَعُونَ سَنَةً، ثُمَّ أَيْنَمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلاَةُ بَعْدُ فَصَلِّهْ، فَإِنَّ الْفَضْلَ فِيهِ ). أخرجه البخاري

Dari Abu Dzar radhiyallahu’anhu, ia berkata: ‘Saya bertanya, Wahai Rasulullah, masjid mana yang pertama kali dibangun?’
Beliau ﷺ menjawab: ‘Masjidil Haram.’
Saya bertanya lagi: ‘Lalu setelah itu?’
Beliau ﷺ menjawab: ‘Masjidil Aqsha.’
Saya tanyakan lagi: ‘Berapa tahunkah jarak pembangunan keduanya?’
Beliau ﷺ pun menjawab: ‘Empat puluh tahun. Dan di mana saja kalian mendapati waktu salat, maka salatlah di tempat itu, karena keutamaan (menunaikan salat) ada di situ. [Sahih. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari, no: 3366, dan lafal hadis adalah miliknya dan Imam Muslim, no: 520]

Pembakaran Masjidil Aqsha

Peristiwa terbakarnya Masjidil Aqsha adalah buah dari berkuasanya orang-orang Zionis Yahudi di wilayah tersebut. Mereka hendak menghilangkan, atau setidaknya mengaburkan peninggalan-peninggalan peradaban Islam, dan meredupkan syiar-syiarnya di bumi al-Quds.

Pada 21 Agustus 1969 bersamaan dengan 8 Jumadil Akhir 1389 H, tentara-tentara Zionis menyerang Masjidil Aqsha, dan memasukinya melalui beberapa pintu yang ada. Hingga sampailah mereka di bangunan utama komplek Masjidil Aqsha, yakni Mushollah al-Qibli. Mereka memasuki tempat itu kemudian membakarnya di beberapa titik, seperti bagian mihrab, mimbar, di dekat kubah masjid, dll. Para Zionis itu juga memutuskan saluran air menuju ke masjid, dan menghalangi upaya masyarakat untuk memadamkannya.

Api yang dinyalakan di beberapa titik masjid kemudian menjalar kebagian-bagian lainnya, dan hampir saja membakar kubah masjid, jika tidak segera dipadamkan oleh kaum Muslimin dan orang-orang Nasrani yang turut membantu memadamkannya. Akhirnya api-api yang berkobar di masjid tersebut dapat dipadamkan dengan gotong royong masyarakat membawa air dari sumur-sumur yang ada di sana.

Pembakaran tersebut berdampak pada hilangnya peninggalan-peninggalan lama di Musholla al-Qibli. Mimbar yang merupakan peninggalan Shalahuddin al-Ayyubi hancur terbakar, membakar teras Utara, beberapa atap, kubah dan ukiran-ukiran klasik yang ada padanya, dan beberapa peninggalan- peninggalan kuno lainnya.

Dalam pemberitaan orang-orang Yahudi mengklaim kebakaran disebabkan gangguan arus listrik. Sementara orang-orang Arab menyatakan hal itu murni kesengajaan yang dilakukan oleh penjajah Yahudi di Palestina. Akhirnya seorang pemuda berkebangsaan Australia, Dennis Michael Rohan, ditetapkan sebagai tersangka. Namun tidak beberapa lama ditangkap, ia pun kembali dibebaskan.

Keadaan Masjidil Aqsha Saat Ini

Dalam beberapa abad, orang- orang Yahudi khususnya Zionis mengklaim, bahwa Masjidil Aqsha dibangun di atas sebuah tempat ibadah Yahudi yang mereka sebut dengan al-Haikal al-Yahudi. Oleh karena itu, sejak tahun 1976 berlaku hal-hal berikut ini:

– Terjadi gangguan dan penyerangan terhadap umat Islam yang sedang menunaikan ibadah di Masjidil Aqsha, bahkan di antara mereka terbunuh di dalamnya.

– Pembakaran beberapa bagian masjid, upaya penggusuran dan pengrusakan.

– Orang-orang Yahudi menguasai beberapa bagian dari masjid, seperti pintu bagian Barat, dinding Buraq diganti menjadi Dinding Ratapan Yahudi, dan umat Islam dilarang untuk mendekatinya.

– Umat Islam tidak dibebaskan untuk mendatangi Masjidil Aqsha dan salat di dalamnya, sedangkan orang-orang Yahudi malah mendapatkan kebebasan.

– Penggalian terowongan di bagian pondasi wilayah tersebut. yang menyebabkan beberapa bangunan retak.

– Upaya pencegahan untuk memerbaiki beberapa bangunan yang telah rusak dan retak.

Penutup

Masjidil Aqsha adalah milik umat Islam, karena ia merupakan warisan dari risalah langit, yang kemudian disempurnakan oleh ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ. Syariat Islam juga mengimani para rasul, kitab-kitabnya, dan membenarkan inti dari ajaran para nabi dan rasul tersebut, sebagaimana firman Allah ﷻ:

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقاً لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِناً عَلَيْهِ

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya), dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu…” [QS. Al-Maidah: 48]

Keimanan kepada para nabi dan rasul, serta kitab-kitab yang Allah turunkan, menjadi bagian dari rukun keimanan dalam Islam. Adapun umat-umat yang mengklaim mengikuti ajaran nabi-nabi terdahulu, maka klaim tersebut adalah SUATU KEBOHONGAN, karena realisasinya jauh dari yang semestinya. Oleh karena itu, orang-orang Yahudi yang telah mengingkari ajaran-ajaran nabi dan rasul, tidak patut mengklaim berhak atas al-Aqsha.

 

 

Oleh Nurfitri Hadi

Sumber:
https://almanhaj.or.id/3751-perubahan-arah-kiblat.html
https://kisahMuslim.com/4460-mengenal-masjid-al-aqsha-22.html

 

Catatan Tambahan:

  • Satu salat di Masjidil Haram, lebih utama dibandingkan seratus ribu salat di tempat lainnya.
  • Satu salat di Masjid Nabawi, lebih utama dibandingkan seribu salat di tempat lainnya.
  • Satu salat di Masjidil Aqsha, lebih utama dibandingkan dua ratus lima puluh (250) salat di tempat lainnya.

Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat

 

Baca juga:

DI ANTARA KEUTAMAAN MASJIDIL AQSHA

DI ANTARA KEUTAMAAN MASJIDIL AQSHA

DI ANTARA KEUTAMAAN MASJIDIL AQSHA