بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 
DI ANTARA BIDAH-BIDAH PADA WAKTU MUHARRAM
 
Ada banyak bidah yang dilakukan kaum Muslimin terkait Muharram, baik dalam masalah akidah dan keyakinan, maupun amal harian. Berikut beberapa amal bidah di sekitar kita, terkait Muharram:
 
Pertama: Keyakinan Muharram adalah Bulan Sial
 
Dalam bahasa Jawa, Muharram sering disebut dengan Syura. Sebagian masyarakat Jawa berkeyakinan bahwa Syura adalah bulan sial. Mereka dihimbau untuk tidak mengadakan kegiatan apapun ketika Syura. Siapa yang berani mengadakan kegiatan ketika Syura, awas, itu alamat ciloko.
 
Pada hakikatnya keyakinan ini adalah keyakinan syirik. Karena berkeyakinan sial terhadap sesuatu tanpa dalil termasuk thiyarah. Dan thiyarah adalah perbuatan kesyirikan. Nabi ﷺ bersabda:
 
الطيرة شرك الطيرة شرك
 
“Thiyarah itu syirik, Thiyarah itu syirik…” [HR. Abu Daud, At Turmudzi, dan dishaihkan Al Albani]
 
Kita tidak membahas lebih detail masalah ini, mengingat sudah sangat banyak tulisan yang mengupas masalah thiyarah.
 
Kedua: Menampakkan Kesedihan Mendalam pada Waktu Muharram
 
Hari ASyura tergoreskan satu kenangan pahit bagi kaum Muslimin, bagi orang yang memuliakan Nabi ﷺ, para sahabat, dan keluarga beliau. Di Hari ASyura Allah memuliakan Husain bin Ali bin Abi Thalib dengan syahadah. Beliau dibantai di tanah Karbala’ oleh para penghianat dari Irak. Kita anggap ini adalah musibah.
 
Namun perlu diketahui, ada musibah yang jauh lebih besar dari itu, yaitu munculnya sikap ekstrim sebagian kaum Muslimin karena motivasi mengultuskan Husain. Mereka menjadikan hari itu sebagai hari berkabung, hari belasungkawa besar-besaran.
 
Pada sepuluh hari pertama Muharram, di sebagian negara semua cahaya dimatikan. Manusia pada keluar, anak-anak memenuhi jalan, mereka meneriakkan: wahai Husain,.wahai Husain…bunyi gendang terdengar di mana-mana. Ada juga yang menusuk dan menyayat tubuhnya dengan pedang. Sebagai bentuk bela sungkawa yang mendalam atas kematian Husain. Pada saat yang sama, tokoh mereka berkhutbah menyampaikan kebaikan-kebaikan Husain dan mencela para sahabat lainnya. Mereka mencela Abu Bakr As Shiddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan.
 
Merekalah gerombolan Syiah Rafidhah, sekelompok manusia yang membangun agama dan keyakinannya berdasarkan kedustaan tokoh dan pemuka Syiah. Manusia yang berakidah sesat. Semoga Allah menjauhkan kita dari kejelekan mereka.
 
Ketiga: Bergembira di Hari ASyura
 
Kebalikan dengan kelompok sebelumnya. Kelompok ini menjadikan Asyura sebagai hari raya dan kegembiraan. Merekalah sekelompok orang yang memroklamirkan menjadi musuh Syiah Rafidhah. Mereka adalah kelompok Khawarij dan kelompok menyimpang dari Bani Umayah. Mereka memiliki prinsip mengambil sikap yang bertolak belakang dengan Syiah.
 
Syaikhul Islam Ibn Taimiyah mengatakan:
“Dulu di Kufah terdapat kelompok Syiah yang mengultuskan Husain. Pemimpin mereka adalah al-Mukhtar bin Ubaid ats-Tsaqafi al-Kadzab (Sang Pendusta). Ada juga kelompok an-Nashibah (Penentang), yang membenci Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Salah satu pemuka kelompok an-Nashibah adalah al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi. Dan terdapat hadis yang Sahih dari Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda:
 
سيكون في ثقيف كذاب ومبير
 
“Akan ada seorang pendusta dan seorang perusak dari Bani Tsaqif.” [HR. Muslim]
 
Si pendusta adalah al-Mukhtar bin Ubaid gembong Syiah, sedangkan si perusak adalah al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi. Orang Syiah menampakkan kesedihan di Hari Asyura, sementara orang Khawarij menampakkan kegembiraan. Bidah gembira berasal dari manusia pengekor kebatilan karena benci Husain radhiallahu ‘anhu. Sementara bidah gembira berasal dari pengekor kebatilan karena cinta Husain. Dan semuanya adalah bidah yang sesat. Tidak ada satu pun ulama besar Empat Madzhab yang menganjurkan untuk mengikuti salah satunya. Demikian pula tidak ada dalil syari yang menganjurkan melakukan hal tersebut. [Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyah, 4/555]
 
Dan demikianlah kebiasaan Ahli Bidah. Mereka memiliki prinsip ekstrim kanan atau ekstrim kiri. Orang Syiah menjadikan Asyura sebagai hari berkabung sedunia. Meratapi kematian Husain, menurut anggapan mereka. Di sisi yang berlawanan, orang Khawarij dan kelompok menyimpang di kalangan Bani Umayah justru menjadikan hari tersebut sebagai hari kebahagiaan, sebagaimana layaknya hari raya. Karena mereka berprinsip untuk tampil ‘beda’ dengan rivalnya (Syiah).
 
Sementara sikap Ahlus Sunnah adalah pertengahan, sebagaimana sifat umat Muhammad ﷺ yang Allah puji dalam firman-Nya:
 
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
 
“Demikianlah kami jadikan kalian umat pilihan pertengahan, agar kalian menjadi saksi untuk seluruh umat manusia (pada Hari Kiamat). Dan Rasulullah akan menjadi saksi bagi kalian (bahwa dia telah menyampaikan risalah kepada kalian). [QS. Al-Baqarah: 143]
 
Keempat: Anjuran Menyantuni Anak Yatim di Hari Asyura
 
Terdapat sebuah hadis dalam kitab Tanbihul Ghafilin:
 
من مسح يده على رأس يتيم يوم عاشوراء رفع الله تعالى بكل شعرة درجة
 
“Siapa yang mengusapkan tangannya pada kepala anak yatim di Hari Asyura (10 Muharram), maka Allah akan mengangkat derajatnya, dengan setiap helai rambut yang diusap satu derajat.”
 
Hadis ini menjadi motivator utama masyarakat untuk menyantuni anak yatim di Hari Asyura. Sehingga banyak tersebar di masyarakat anjuran untuk menyantuni anak yatim di Hari Asyura. Bahkan sampai menjadikan Hari Asyura ini sebagai hari istimewa untuk anak yatim.
 
Namun sayangnya ternyata hadis di atas statusnya adalah Hadis Palsu. Dalam jalur sanad hadis ini terdapat seorang perawi yang bernama: Habib bin Abi Habib, Abu Muhammad. Para ulama hadis menyatakan bahwa perawi ini matruk (ditinggalkan). Untuk lebih jelasnya, berikut komentar para ulama kibar dalam hadis tentang Habib bin Abi Habib:
 
a. Imam Ahmad: Habib bin Abi Habib pernah berdusta
b. Ibnu Ady mengatakan: Habib pernah memalsukan hadis (al-Maudhu’at, 2/203)
c. Adz Dzahabi mengatakan: “Tertuduh berdusta.” (Talkhis Kitab al-Maudhu’at, 207).
 
Karena itu para ulama menyimpulkan, bahwa hadis ini adalah Hadis Palsu. Abu Hatim mengatakan: “Ini adalah hadis batil, tidak ada asalnya.” [al-Maudhu’at, 2/203]
 
Keterangan di atas sama sekali bukan karena mengaingkari keutamaan menyantuni anak yatim. Bukan karena melarang kita untuk bersikap baik kepada anak yatim. Sama sekali bukan.
 
Tidak kita pungkiri bahwa menyantuni anak yatim adalah satu amal yang mulia. Bahkan Nabi ﷺ menjanjikan dalam sebuah hadis:
 
أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ كَهَاتَيْنِ فِى الْجَنَّةِ , وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى , وَفَرَّقَ بَيْنَهُمَا قَلِيلاً
 
“Saya dan orang yang menanggung hidup anak yatim seperti dua jari ini ketika di Surga.” Beliau ﷺ berisyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah, dan beliau memisahkannya sedikit. [HR. Bukhari no. 5304]
 
Dalam hadis shahih ini Nabi ﷺ hanya menyebutkan keutamaan menyantuni anak yatim secara umum, tanpa beliau sebutkan waktu khusus. Artinya, keutamaan menyantuni anak yatim berlaku kapan saja. Sementara kita tidak boleh meyakini adanya waktu khusus untuk ibadah tertentu, tanpa dalil yang shahih.
 
Dalam masalah ini terdapat satu kaidah terkait masalah ‘Batasan tata cara ibadah’ yang penting untuk kita ketahui:
 
كل عبادة مطلقة ثبتت في الشرع بدليل عام ؛ فإن تقييد إطلاق هذه العبادة بزمان أو مكان معين أو نحوهما بحيث يوهم هذا التقييد أنه مقصود شرعًا من غير أن يدلّ الدليل العام على هذا التقييد فهو بدعة
 
“Semua bentuk ibadah yang sifatnya mutlak dan terdapat dalam syariat berdasarkan dalil umum, maka membatasi setiap ibadah yang sifatnya mutlak ini dengan waktu, tempat, atau batasan tertentu lainnya, di mana akan muncul sangkaan bahwa batasan ini merupakan bagian ajaran syariat, sementara dalil umum tidak menunjukkan hal ini, maka batasan ini termasuk bentuk bidah.” [Qowa’id Ma’rifatil Bida’, hal. 52]
 
Karena pahala dan keutamaan amal adalah rahasia Allah, yang hanya mungkin kita ketahui berdasarkan dalil yang shahih.
 
Allahu a’lam…
 
Penulis: Ustadz Ammi Nur Baits
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
DI ANTARA BIDAH-BIDAH
#harirayayatim #hadisanakyatim #anakyatimdalamIslam #batasantatacaraibadah #SyiahRafidhah #Khawarij #BaniUmayah #harikegembiraan #harikesedihan #10Muharam #HariAsyura #hadisdhaif #hadislemah #hadismaudhu #hadispalsu #Muharram #Muharam #Muharom #hadislemahdanpalsutentangMuharam #usapkepalaanakyatim #bidahMuharam, #sunnahMuharam