(1). TIDAK ADA yang benci dengan kelahiran Nabi Muhammad ﷺ, selain kuffar dan munafiqin.
(2). Tanggal kelahiran Nabi ﷺ diperselisihkan oleh para ulama. Sedangkan wafatnya beliau ﷺ para ulama sepakat tanggal 12 Rabiul Awwal.
(3). Nabi ﷺ dan para sahabat TIDAK PERNAH mengadakan perayaan tahunan pada tanggal kelahiran beliau ﷺ. Nabi ﷺ hanya berpuasa pada hari kelahirannya, yaitu Senin.
(4). Imam madzhab yang empat TIDAK ADA yang menganjurkan mengadakan perayaan Maulid Nabi ﷺ setiap tahun.
(5). Para ahli sejarah menyebutkan, perayaan Maulid pertama kali diadakan oleh daulah Syiah Fathimiyyah di Mesir pada abad ke 4 Hijriyyah. [Al-Ibda’ Fi Madhoril Ibtida’ hal. 251]
(6). “Barang siapa mengagungkan hari kelahiranku, niscaya aku akan memberi syafaat kepadanya pada Hari Kiamat. Dan barang siapa berinfak satu Dirham pada hari kelahiranku, maka seolah-olah dia berinfak satu gunung emas fi sabilillah.” Para ulama mengatakan hadis ini PALSU.
(7). Cerita Abu Lahb diringankan azabnya setiap Senin, karena gembira menyambut kelahiran Nabi ﷺ dengan memerdekakan Tsuwaibah, kisah ini BUKAN bersumber dari Nabi ﷺ maupun para sahabat, sehingga tidak dapat menjadi sandaran. Dan ini termasuk perkara gaib.
(8). Sejarah mencatat Tsuwaibah dimerdekakan belakangan, jauh setelah kelahiran Nabi ﷺ. Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-Asqolani Asy-Syafii: “Abu Lahb memerdekakan Tsuwaibah sebelum hijrah. Ini berarti setelah menyusui dalam waktu yang lama.” [Al-Fath 9/145]
(9). Bukti mencintai Nabi ﷺ adalah dengan mengikuti Sunnah (petunjuk) beliau ﷺ. Allah berfirman:
“Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku. Niscaya Allah akan mencintai kamu, dan mengampuni dosa-dosa kamu.” [QS. Ali-‘Imran: 31]
(10). Kewajiban sesama Muslim saling mengingatkan dengan cara yang makruf, karena agama ini nasihat.