BOLEHKAH MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL DENGAN DALIL AYAT ALQURAN?
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
BOLEHKAH MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL DENGAN DALIL AYAT ALQURAN?
Ada sebagian orang, yang dengan hawa nafsunya berpendapat, bahwa boleh mengucapkan selamat Natal. Mereka beralasan dengan satu ayat dalam Surat Maryam, yaitu ayat:
“Dan keselamatan semoga dilimpahkan kepadaku (Isa ‘alaihissalam), pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.” [QS. Maryam: 33]
Sehingga mereka mengatakan boleh mengucapkan selamat Natal, asalkan ucapan selamat tersebut diniatkan untuk Nabi Isa, atau ucapan semisal. Benarkah alasan ini?
Jawaban:
Tidak setiap orang yang mengutip dalil Alquran was Sunnah didukung oleh pemahaman yang benar. Dalilnya sahih, akan tetapi istidlalnya (cara pendalilannya) bisa saja jauh dari kebenaran. Karena standar kebenaran dalam memahami dalil adalah merujuk kepada petunjuk Nabi ﷺ, para sahabat, dan Ijmak para Salaf.
Contohnya seperti ayat yang ditanyakan oleh saudara penanya:
والسلام علي يوم ولدت ويوم أموت ويوم أبعث حيا
“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan kembali hidup.” [QS. Maryam: 33]
Ayat ini menyebutkan tentang penjagaan Allah kepada Nabi Isa ‘alaihissalam, sebagaimana yang dijelaskan oleh para mufassirin. Sama sekali TIDAK menyinggung ucapan “Selamat Natal” yang mengakui lahirnya anak Tuhan. Karena Allah telah mengingatkan di dalam surat yang sama:
تكاد السماوات يتفطرن منه وتنشق الأرض وتخر الجبال هدا (90) أن دعوا للرحمن ولد (91)
“Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu. Bumi terbelah, gunung-gunung hancur, lantaran mereka mendakwakan Allah punya anak.” [QS. Maryam: 90-91]
Ayat ini tegas MENGHARAMKAN ucapan Selamat Natal. Bahkan keharamannya juga ditunjukkan berdasarkan Ijmak Ulama, sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah:
“وأما التهنئة بشعائر الكفر المختصة به فحرام بالاتفاق؛ مثل أن يهنئهم بأعيادهم وصومهم، فيقول: عيد مبارك عليك، أو تهنأ بهذا العيد، ونحوه، فهذا إن سلم قائله من الكفر فهو من المحرمات،
“Adapun tahiniah (ucapan selamat) pada syiar-syiar khusus kekufuran mereka, maka hukumnya haram berdasarkan kesepakatan (para ulama). Seperti seseorang memberikan ucapan selamat pada hari-hari raya mereka serta ibadah puasa mereka(orang kafir), lalu ia berucap: “Hari raya yang diberkahi bagimu,” atau engkau memberi ucapan selamat atas hari raya tersebut, dan yang semisalnya. Maka yang demikian ini, seandainya yang mengucapkan hal tersebut selamat dari (terjatuh dalam) kekufuran, (namun tetap saja) hal tersebut termasuk dalam keharaman.
وهو بمنزلة أن يهنئه بسجوده للصليب، بل ذلك أعظم إثمًا عند الله وأشد مقتًا من التهنئة بشرب الخمر وقتل النفس وارتكاب الفرج الحرام ونحوه.
Dan yang demikian itu (ucapan selamat terhadap hari raya orang-orang kafir), kedudukannya sebagaimana seseorang mengucapkan SELAMAT KEPADA SUJUDNYA SESEORANG KEPADA SALIB. Bahkan yang demikian itu jauh lebih besar dosanya, serta paling dibenci di sisi Allah, dibandingkan ucapan selamat atas peminuman khamer, pembunuhan jiwa, perbuatan zina yang diharamkan, dan yang semisalnya.
وكثير ممن لا قدر للدين عنده يقع في ذلك، ولا يدري قبح ما فعل.
Dan banyak di antara orang-orang yang tidak ada padanya pemuliaan terhadap agama Islam ini terjatuh pada perbuatan yang demikian. Dan ia tidak memahami betapa buruknya apa yang ia kerjakan.
فمن هنَّأ عبدًا بمعصية أو بدعة أو كفر فقد تعرض لمقت الله وسخطه.
Dengan demikian, barang siapa yang memberikan ucapan selamat kepada seorang hamba dengan kemaksiatan, kebidahan, atau kekufuran(yang ia lakukan), maka sungguh ia telah (lancang) untuk berhadapan dengan kemurkaan Allah serta kemarahannya.” [Ahkamu Ahlidz Dzimmah Hal. 441, Jilid 1]
Kesimpulannya, umat Islam DILARANG mengucapkan Selamat Natal, meski dengan alasan basa-basi. Begitu pula memakai atribut-atribut Natal tidak diperbolehkan.
Kendati demikian, hal itu tidak menghalangi umat Islam untuk berlaku adil dan tetap bermuamalah yang baik dengan umat-umat lain, walau berbeda keyakinan.