Bolehkah Lelaki Bukan Mahrom Kuburkan Mayit Wanita Muslimah?

Pertanyaan:

Bagaimana hukumnya seorang laki-laki Ajnabi (bukan mahrom) menguburkan mayit wanita? Apa diwajibkan kepada lelaki ajnabi ini untuk izin terlebih dahulu kepada pihak mahrom si mayit untuk turun atau masuk ke lubang kubur? Dan ketika lelaki ajnabi itu masuk bersama mahrom si mayit, lelaki yang menjadi mahrom dari mayit tidak marah bahkan mengucapkn terima kasih kepada lelaki ajnabi.  Anehnya, yang marah adalah orang-orang lain dan para ustadznya pun tidak ada yang berusaha mendekati atau bertanya atau memberi nasihat tentang benar dan tidak perbuatan lelaki ajnabi tersebut. Apakah perbuatan lelaki ajnabi itu dibenarkn menurut hukum syar’i?

Jawaban:

Semua Ulama sepakat bahwa orang yang paling berhak untuk turun ke liang lahat atau kubur dan menguburkan jenazah seorang wanita adalah mahromnya [Lihat al-Mughni 2/189]. Dasarnya  adalah atsar berikut ini:

عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبْزَى، قَالَ: ” صَلَّيْتُ مَعَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَلَى زَيْنَبَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَبَّرَ أَرْبَعًا، ثُمَّ أَرْسَلَ إِلَى أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُدْخِلُهَا قَبْرَهَا، وَكَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يُعْجِبُهُ أَنْ يُدْخِلَهَا قَبْرَهَا، فَأَرْسَلْنَ إِلَيْهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُنَّ: يُدْخِلُهَا قَبْرَهَا مَنْ كَانَ يَرَاهَا فِي حَيَاتِهَا قَالَ: صَدَقْنَ

Abdurrahman bin Abza berkata, “Saya menyholatkan Zainab istrii Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Umar Radhiyallahu anhu, maka beliau menyholatkannya dengan takbir empat kali, kemudian mengirim orang kepada para istrii Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menanyakan, siapa yang akan memasukkan jenazah ke dalam kubur. Umar Radhiyallahu anhu sendiri ingin beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memasukkan jenazah ke kuburan. Lalu para istrii mengirimkan jawaban, bahwa yang akan memasukkan ke kuburan adalah kerabat yang dibolehkan melihat (wajah) Zainab saat masih hidup (para mahromnya). Umar Radhiyallahu anhu mengatakan, “Mereka benar.” [HR. al-Baihaqi no. 6.949, dihukumi shahih oleh al-Albani]

Jika si wanita tidak memiliki mahrom, atau memiliki mahrom namun berhalangan, pria yang bukan mahromnya boleh membantu penguburannya dengan turun ke liang kubur atau mengangkatnya. Hal itu dijelaskan dalam hadis berikut:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: شَهِدْنَا بِنْتًا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ عَلَى القَبْرِ، قَالَ: فَرَأَيْتُ عَيْنَيْهِ تَدْمَعَانِ، قَالَ: فَقَالَ: «هَلْ مِنْكُمْ رَجُلٌ لَمْ يُقَارِفِ اللَّيْلَةَ؟» فَقَالَ أَبُو طَلْحَةَ: أَنَا، قَالَ: «فَانْزِلْ» قَالَ: فَنَزَلَ فِي قَبْرِهَا

Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Kami menghadiri pemakaman salah seorang puteri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah duduk di atas pekuburan dan saya melihat kedua mata beliau berlinang. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Adakah di antara kalian yang tidak berhubungan tadi  malam?’ Abu Thalhah radhiyallaahu ‘anhu menjawab, ‘Saya.’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Turunlah!’ Maka Abu Thalhah radhiyallaahu ‘anhu turun  ke liang kuburnya.”  [HR. Al-Bukhari no. 1.285]

Puteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dikubur dalam kisah hadis ini adalah seorang puteri yang sudah dewasa, yakni Ummu Kultsum Radhiyallahu anhuma, istrii dari ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallahu anhu. Sedangkan Abu Thalhah Radhiyallahu anhu adalah ayah tiri Anas bin Malik Radhiyallahu anhu dan bukan mahrom bagi Ummu Kultsum.

Kata لَمْ يُقَارِفِ dalam hadis ditafsirkan oleh sebagian Ulama dengan melakukan dosa besar, dan sebagian lagi menafsirkannya dengan berhubungan intim, dan penafsiran kedua ini lebih kuat [Lihat Nailul Authar 4/105] Mendengar pertanyaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut, ‘Utsman selaku suami Ummu Kultsum mundur dan tidak ikut turun ke liang kubur.

Bukan berarti orang yang berhubungan intim pada malam sebelumnya tidak boleh menguburkan, namun yang tidak berhubungan lebih diutamakan, terutama jika lebih mahir dan berpengalaman, meskipun bukan mahrom [Lihat: Liqa`at al-Bab al-Maftuh (Tanya Jawab Terbuka bersama Syaikh al-‘Utsaimain) no. 77].

Demikian telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa orang yang bukan mahrom bagi mayit wanita BOLEH menguburkan jenazah wanita. Namun untuk menghindari su’uzhan dan simpang siur dalam penguburan, hendaknya ada tokoh masyarakat atau keluarga mayit yang menjadi koordinator pengurusan jenazah, sebagaimana dicontohkan oleh Umar bin al-Khaththab Radhiyallahu anhu dalam atsar di atas. Di samping itu, hukum dan adab pengurusan jenazah secara Islami hendaknya secara berkala diangkat dalam khutbah Jumat atau pengajian-pengajian, karena masih banyak umat Islam yang belum mengetahuinya.

 

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XVIII/1436H/2014. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]

Oleh: Ustadz Anas Burhanuddin MA

 

https://almanhaj.or.id/4497-hukum-lelaki-yang-bukan-mahrom-menguburkan-mayit-wanita-muslimah.html