“Nabi ﷺ menyatukan takwa dan akhlak mulia. Dengan takwa akan memerbaiki hubungan seorang hamba dengan Rabb-nya, sedangkan dengan akhlak mulia akan memerbaiki hubungan antar sesama manusia, dan sesama makhluk ciptaan-Nya.
Bila seseorang bertakwa kepada Allah, pasti Allah akan mencintainya. Adapun bila ia berhias dengan akhlak mulia, maka orang lain akan mencintainya.” [Al-Fawaid, Ibnul Qayyim]
Ayat yang patut dijadikan senagai bahan renungan saat ini adalah firman Allah taala:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [QS. Al Hujurat: 13]
Ath Thobari rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian, wahai manusia, adalah yang paling tinggi takwanya pada Allah. Yaitu dengan menunaikan berbagai kewajiban dan menjauhi maksiat. Bukanlah yang paling mulia dilihat dari rumahnya yang megah, atau berasal dari keturunan yang mulia.” [Tafsir Ath Thobari, 21:386]
Bila takwa dan akhlak mulia bersanding, sungguh mengesankan sekali.
Ia adalah sekuntum bunga yang baru mekar terpupuk dengan pupuk takwa dan akhlak mulia.
Takwanya bagai karang di tengah lautan.
Ia kokoh tak tertandingi.
Perangainya bagai bulan purnama di malam hari, yang menarik perhatian setiap orang yang memandangnya.
Sungguh luar biasa sang Mukmin sejati.
Mulutnya terkunci dari kata-kata yang tiada arti.
Kalbunya tenang, setenang cahaya bersinar.
Tangan dan kakinya terjaga dari langkah-langkah kebinasaan.
Gambaran dan aroma keimanan seteguk demi teguk ia peragakan, hingga aroma ketakwaan itu menyelinap dalam hati, terbuai dalam ucapan maupun perbuatan.
Itulah kiranya bau kasturi, yang selalu harum dalam setiap kondisi.
Ia terselimuti dengan ketakwaan dan akhlak mulia.
Dalam sebuah nasihat berharga yang mengaitkan antara takwa dan akhlak mulia, Nabi ﷺ bersabda:
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Ikutilah kejelekan dengan kebaikan, niscaya ia akan menghapuskan kejelekan tersebut. Dan berakhlaklah dengan manusia, dengan akhlak yang baik.” [HR. Tirmidzi no. 1987 dan Ahmad 5/153. Abu ‘Isa At Tirmidzi mengatakan bahwa hadis ini Hasan Sahih]
Sungguh indah bukan ketakwaan yang diiringi dengan akhlak mulia? Ia adalah permata terindah bagi seorang Mukmin. Sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:
كرم الدنيا الغنى، وكرم الآخرة التقوى.
“Mulianya seseorang di dunia adalah karena kaya. Namun mulianya seseorang di Akhirat karena takwanya.” Demikian dinukil dalam tafsir Al Baghowi. [Ma’alimut Tanzil, 7: 348]
Dalam tafsir Al Bahr Al Muhith (10: 116) disebutkan:
“Sesungguhnya Allah menjadikan kalian sebagaimana yang disebutkan dalam ayat, (yaitu ada yang berasal dari non-Arab, dan ada yang Arab). Hal ini bertujuan supaya kalian saling mengenal satu dan lainnya, walau berbeda keturunan. Janganlah kalian mengklaim berasal dari keturunan yang lain. Jangan pula kalian berbangga dengan mulianya nasab bapak atau kakek kalian. Salinglah mengklaim siapa yang paling mulia dengan takwa.”
Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertakwa. Yang bertakwa itulah yang berhak menyandang kemuliaan, yaitu lebih mulia dari orang yang tidak memiliki sifat takwa. Dialah yang paling mulia dan tinggi kedudukannya (di sisi Allah). Jadi klaim kalian dengan saling berbangga pada nasab kalian yang mulia, maka itu bukan menunjukkan kemuliaan. Hal itu tidak menunjukkan seseorang lebih mulia dan memiliki kedudukan utama (di sisi Allah).” [Fathul Qodir, 7: 20]
Kesimpulannya, bahwa orang yang bertakwa kepada Allah, kemudian menunaikan apa yang menjadi hak Allah, lalu berakhlak mulia kepada orang lain yang berbeda-beda tingkatannya, niscaya ia akan mendapatkan semua kebaikan. Karena ia menunaikan hak Allah, dan juga hak hamba. Dan karena ia menjadi orang yang muhsinin dalam beribadah kepada Allah, dan muhsinin terhadap hamba Allah.