بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

BIDADARI SURGA ATAU WANITA SALIHAH?

 

Wahai Muslimah, sungguh engkau bagai mutiara.
Engkau bak perhiasan yang tersimpan.
Wahai Muslimah, janganlah engkau bagaikan bunga di sebuah taman.
Karena semua orang bisa melihatmu dan menikmati keindahanmu.
Wahai salihah, hendaklah engkau selalu dalam malu, seperti mutiara yang tersimpan dalam kerang di dasar lautan.

Wahai Muslimah, peliharalah kehormatanmu, sungguh amat mulia harga dirimu.
Engkau adalah permata yang berkilau, sedihmu di ujung senja pertanda kemuliaan hatimu.
Salihah, jadilah engkau mutiara terindah
Muriara yang tak pernah memerlihatkan dirinya dengan berpose di medsos.
Tidak selfie memerlihatkan dirinya untuk dilihat semua orang.
Jagalah kesetiaan hati yang murni bersama linangan air mata di malam hari.

Jagalah kemilau indahmu di balik balutan hijab syari,
Kemilau linangan air mata takwa dalam balutan salihah.
Niscaya engkau kan mulia seperti bidadari-bidadari Surga.
Engkau lebih anggun dari bidadari Surga akibat kesalehanmu.
Engkau bagaikan bidadari-bidadari Surga yang disifati oleh Allah ﷻ:

حُورٌ مَّقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ

“Bidadari-bidadari yang selalu berada dalam kemah kemah.”

Imam Mujahid berkata:
“Mereka selalu berada di kediamannya.”

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:
“Allah menyifati mereka (maqshuroot fil khiyaam). Artinya mereka tak pernah berhias dan memercantik, kecuali untuk suami-suaminya saja. Bahkan dirinya hanya untuk suaminya saja, tak keluar dari rumah.” [Raudlatul Muhibbin hal. 244]

Oleh karena itu wahai Muslimah, janganlah bersedih.
Sesungguhnya jika engkau bertakwa kepada Allah, maka engkau akan menjadi pemimpin para bidadari Surga.
Bahkan engkau adalah paras yang lebih memesona daripada para bidadari.

Bersainglah dengan mereka melalui sujud dan tangisan di waktu salat malammu, dengan patuh dan taat kepada suami.
Jika engkau masuk Surga, maka rupa dan tubuhmu akan diubah oleh Allah menjadi wanita yang memesona. Sebagaimana firman Allah ﷻ:

لَهُمْ مَا يَشَاءونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ ذَلِكَ جَزَاءُ الْمُحْسِنِينَ

“Mereka memeroleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik.” [QS. Az-Zumar: 34]

لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ

“Mereka di dalamnya memeroleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya.” [QS. Qaaf: 35]

Al Imam Al-Mufassir Al Qurthubi berkata dalam tafsirnya:

حال المرأة المؤمنة في الجنَّة أفضل من حال الحور العين وأعلى درجة وأكثر جمالاً؛ فالمرأة الصالحة من أهل الدنيا إذا دخلت الجنة فإنما تدخلها جزاءً على العمل الصالح وكرامة من الله لها لدينها وصلاحها، أمَّا الحور التي هي من نعيم الجنة فإنما خلقت في الجنة من أجل غيرها وجُعِلَت جزاء للمؤمن على العمل الصالح، وشتان بين من دخلت الجنة جزاء على عملها الصالح، وبين من خلقت ليُجَازَى بها صاحب العمل الصالح؛ فالأولى ملكة سيِّدة آمِرَة، والثانية – على عظم قدرها وجمالها – إلا أنها ـ فيما يتعارفه الناس ـ دون الملكة، وهي مأمورة من سيِّدها المؤمن الذي خلقها الله تعالى جزاء له .

• Keadaan wanita beriman yang berada di Surga lebih utama dari keadaan para bidadari. Mereka lebih tinggi derajatnya, dan lebih cantik parasnya.

• Wanita salihah penduduk dunia, tatkala ia memasuki Surga, maka itu sebagai balasan atas amal salehnya selama ini. Pemuliaan Allah untuknya disebabkan agama dan kebaikannya.

• Adapun bidadari yang merupakan bagian dari kenikmatan Surga, maka ia diciptakan di dalam Surga lantaran makhluk selainnya. Ia dijadikan sebagai balasan bagi orang beriman atas amal salehnya.

• Dan perbedaan besar antara orang yang masuk Surga sebagai balasan atas amal salehnya, dengan orang yang diciptakan untuk menjadi balasan bagi manusia yang beramal saleh.

• Maka jenis yang pertama sebagai ratu, tuan putri dan yang memerintah.

• Adapun jenis kedua dengan keagungan kedudukan dan kecantikannya, sebagaimana yang difahami antar manusia. Maka kedudukan bidadari di bawah ratu. Dia menjadi pelayan bagi tuannya yang beriman, yang Allah ciptakan sebagai balasan bagi orang beriman. [Tafsir Al-Qurthubi, 16:154 dan At- Tadzakkurah fi Ahlil Amwat wa Umuril Akhiroh, 3:985]

Faqihuzzaman Muhammad bin Shahih Al-‘Utsaimin rahimahullah ditanya:

• Apakah sifat-sifat yang disebutkan tentang bidadari juga diperuntukkan bagi wanita dunia (yang masuk Surga)?

• Jawab:

الذي يظهر لي أن نساء الدنيا يكنَّ خيراً من الحور ، حتى في الصفات الظاهرة

“Yang nampak bagiku, bahwa wanita dunia lebih baik daripada bidadari Surga, bahkan sampai pada perkara sifat fisiknya. Allahu a’lam.” [Fatawa Nurun Ala Darb]

Jika ada yang bertanya: “Bagaimana jika wanita yang tidak punya suami di dunia, atau tidak sempat menikah, atau suaminya masuk Neraka, atau wanita yang diceraikan suaminya?”

Jawabannya: Mereka akan dipasangkan dengan laki-laki di Surga (misalnya laki-laki yang belum sempat menikah di dunia, jika mereka rida). Hal ini adalah karena tidak akan ada yang membujang di Surga. Rasulullah ﷺ bersabda:

وَمَا فِي الْجَنَّةِ أَعْزَبُ

“Tidak ada seorang pun yang membujang di Surga.” [HR. Ahmad 7152 dan Muslim 2834]

Sungguh Maha Kuasa Allah atas segala sesuatu. Tidak ada rasa cemburu dan sakit hati serta perselisihan bagi para istri (laki-laki yang memiliki lebih dari satu istri, maka di Surga ia juga dipasangkan dengan istri-istrinya). Allah ﷻ berfirman:

وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ

“Dan Kami lenyapkan/ hilangkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan- dipan.” [QS. Al-Hijr: 47]

Semua wanita dunia yang masuk Surga lebih tinggi kedudukannya daripada bidadari. Mereka lebih cantik. Dan jika amal mereka baik, maka kecantikan mereka mengalahkan bidadari Surga. Bisa jadi para bidadari yang sedemikian cantiknya dalam gambaran Alquran dan Sunnah, mereka hanya sebutir pasir di pantai. Para bidadari tidak lagi ditoleh sedikit pun oleh suami wanita terebut di Surga.

Oleh karena itu, para wanita sesuai dengan amal dan kepatuhan mereka terhadap suami mereka dalam perkara yang baik. Al Imam Adz Dzahabi berkata, agar seorang wanita menjadi wanita yang memesona, maka mereka wajib:

• Senantiasa memiliki sifat malu terhadap suaminya,
• Menundukkan pandangannya di hadapan sang suami,
• Menaati perintah suami (selama tidak terkandung maksiat)
• Diam ketika suami berbicara,
• Berdiri menyambut ketika suami datang,
• Menjauhi semua yang bisa membuat suami marah,
• Berdiri mengantar sang suami ketika keluar,
• Menawarkan dirinya kepada sang suami saat tidur,
• Tidak berkhianat ketika suami tidak ada, baik dalam hal urusan ranjang, harta, maupun rumah sang suami,
• Aroma yang wangi,
• Selalu menjaga aroma mulut dengan bersiwak,
• Selalu berhias di hadapan sang suami,
• Tidak berghibah,
• Memuliakan keluarga dan karib kerabat sang suami,
• Melihat apa yang sedikit dari suami sebagai suatu yang banyak. [Kitab al-Kabaa’ir, 1/66]

Perlu diketahui, bahwa kenikmatan di Surga sangatlah banyak dan beraneka ragam. Bukan hanya kenikmatan berhubungan saja, tetapi masih terlalu banyak kenikmatan yang tidak pernah terlintas dalam benak manusia. Akan tetapi semuanya hanya bisa diperoleh dengan amalan yang sesuai Sunnah dan dibangun di atas keikhlasan.
Allahu ta’ala A’lam.

 

Ditulis oleh akhukum fillah, Saryanto ABU RUWAIFI’ hafizhahullah

 

══════

 

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat