بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
 
BIARKAN PINTU ITU TERTUTUP
 
Allah ﷻ dengan kasih sayang, kesempurnaan, dan keadilan-Nya mengaruniakan kepada setiap manusia fu’ad (hati/akal), yang dengannya kita dapat berfikir, menganalisis, merenungkan, menerima hal baik, menolak yang buruk, bersimpati, berempati, dan yang lainnya, sehingga manusia menjadi mahluk yang mulia dan berakal. Kita wajib bersyukur akan hal ini.
 
Allah ﷻ berfirman:
 
وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
 
“Dialah yang menjadikan kalian memiliki pendengaran, penglihatan, dan hati, supaya kalian bersyukur.” [QS. An-Nahl: 78]
 
Seperti halnya sebuah ruangan yang memiliki pintu, hati manusia pun juga memiliki “pintu” yang tidak boleh sembarangan dibuka dan ditutup sesuka hati.
 
Mengapa? Karena manusia adalah mahluk yang lemah, ia mudah tersakiti, mudah terbawa arus, mudah terperdaya, mudah tergelincir, dan lainnya.
 
(وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا)
 
“Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah.” [QS. An Nisa: 28]
 
Oleh karena itu, TUTUP-lah PINTU, yang apabila kita membukanya, malah dapat membahayakan diri.
 
Ada sebuah syair yang sangat indah berbunyi:
 
بعض الأبواب فتحها سيجرحك
فالأفضل أن تتركهامغلقة
 
“Ada sejumlah pintu yang jika kau buka akan melukaimu, sehingga lebih baik kau biarkan pintu itu tertutup.”
 
بعض الأبواب فتحها سيجرحك
فالأفضل أن تتركهامغلقة
 
“Ada sejumlah pintu, yang jika kau buka, akan melukaimu,
Sehingga lebih baik kau biarkan pintu itu tertutup.”
 
Faidah-Faidah:
 
1. Tutup Pintu Hati dari Kawan yang Buruk
 
Ini sangat penting, karena kawan yang buruk akan berakibat buruk pada diri. Yaitu mengajak kepada kemaksiatan, kegelapan, dan kehancuran.
 
Allah ﷻ berfirman:
 
(وَيَوْمَ يَعَضُّ الظَّالِمُ عَلٰى يَدَيْهِ يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِى اتَّخَذْتُ مَعَ الرَّسُوْلِ سَبِيْلًا ﴿٢٧﴾ يٰوَيْلَتٰى لَيْتَنِيْ لَمْ اَتَّخِذْ فُلَا نًا خَلِيْلًا ﴿٢٨﴾ لَقَدْ اَضَلَّنِيْ عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ اِذْ جَآءَنِيْ ۗ وَكَا نَ الشَّيْطٰنُ لِلْاِنْسَا نِ خَذُوْلًا {٢٩} )
 
“Dan (ingatlah), hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya (yakni: sangat menyesal), seraya berkata: “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku. Kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Alquran, ketika Alquran itu telah datang kepadaku.” Dan adalah setan itu tidak mau menolong manusia.” [QS. Al-Furqan: 27-29]
 
2. Tutup dari Masa Lalu yang Kelam
 
Masa yang lalu biarlah ia berlalu.
Tak ada gunanya terpuruk dengan kesedihan berkepanjangan.
Demikian pula dengan kenangan pahit,
Sudahlah… Saatnya TUTUP pintu itu rapat-rapat.
 
Jangan merasa gagal atas menggunungnya kesalahan yang sudah kita lakukan. Kita memang tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi teruslah berharap agar Allah terus memberikan kita waktu untuk berusaha mengubah apa yang ada di hadapan kita, untuk menjadi lebih baik.
 
Hadis di bawah ini sangat memotivasi kita untuk bersemangat berbuat yang makruf, dan memerbaiki kesalahan di masa lalu:
 
إِنَّ اللَّهَ لَمَّا قَضَى الْخَلْقَ كَتَبَ عِنْدَهُ فَوْقَ عَرْشِهِ إِنَّ رَحْمَتِى سَبَقَتْ غَضَبِى
 
“Ketika Allah menciptakan makhluk, Dia menuliskan di sisinya di atas Arsy-Nya: Sesungguhnya kasih sayang-Ku mendahului kemurkaan-Ku.” [HR. Al-Bukhari no. 7015) dan Muslim no. 2751 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
 
3. Tutup dari Penyakit-Penyakit Hati
 
Allah ﷻ berfirman:
 
(فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا)
 
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya.” [QS. Al-Baqarah:10]
 
TUTUP lalu KUNCI, dan LARILAH menjauh.
Jangan engkau dekati, apalagi membukanya, karena penyakit ini jika menjangkiti hati, akan membuahkan sifat-sifat tercela. Oleh karena itu WASPADALAH!
 
Salah satu sifat tercela yang seringkali kita lalai darinya adalah bahaya LISAN, seperti:
 
• Lisan yang terbiasa berkata dusta.
• Lisan yang mudah melukai hati.
• Lisan yang pandai mencela kehormatan orang lain.
• Lisan yang enteng mencaci maki.
• Lisan yang kerap berkata kotor dan kasar.
• Lisan yang ringan menggunjing dan mengadu domba.
 
Dan kebiasaan tercela lisan lainnya yang sangat berbahaya dan membawa kehancuran diri sendiri dan orang lain.
 
Sungguh mengerikan ancaman Allah kepada orang-orang yang tidak dapat menjaga lisannya.
 
Nabi ﷺ bersabda:
 
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيهَا يَهْوِى بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
 
“Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke Neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada jarak antara Timur dan Barat.” [HR. Muslim]
 
4. Tutup dari Perkara Syubhat dan Keharaman
 
Jangan ragu untuk MENUTUP PINTU yang satu ini. Kita tidak boleh sekehendak hati memilih mana perkara yang kita sukai saja, padahal kenyataannya hukumnya samar, bahkan haram. BERHATI-HATILAH!
 
Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan:
“Jika perkaranya syubhat (samar), maka sepatutnya ditinggalkan. Karena jika seandainya kenyataan bahwa perkara tersebut itu haram, maka ia berarti telah berlepas diri. Jika ternyata halal, maka ia telah diberi ganjaran, karena meninggalkannya untuk maksud semacam itu. Karena asalnya, perkara tersebut ada sisi bahaya dan sisi bolehnya.” [Fathul Bari (4: 291)]
 
Semoga faidah yang sederhana ini membawa banyak manfaat.
 
Oleh: Ummu Farah
Dimurojaah oleh: @abinyasalma (Al-Wasathiyah Wal-I’tidal)
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
BIARKAN PINTU ITU TERTUTUP