بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 
BERMAKSIAT TERUS MENERUS HINGGA TERASA REMEH
 
Maksiat menyebabkan seorang hamba manjadi hina di hadapan Allah, dan rendah dalam pandangan-Nya. Al Hasan al Bashri rahimahulah berkata:
“Mereka adalah orang orang yang hina di hadapan Allah, sehingga mereka pun bermaksiat kepada-Nya. Sekiranya mereka adalah orang orang yang mulia di hadapan-Nya, tentulah Dia akan menjaga mereka.”
 
Jika seorang hamba telah hina dihadapan Allah, maka tidak ada seorang pun yang akan memuliakannya. Allah ﷻ berfirman:
 
وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ
 
“Dan barang siapa yang dihinakan Allah, maka tak ada seorang pun yang memuliakannya.” [QS. Al Hajj: 18]
 
Apabila ternyata orang-orang memuliakannya secara lahir, maka itu pasti dikarenakan mereka memiliki hajat terhadapnya, atau takut dengan kejahatannya. Padahal dia adalah orang yang paling rendah dan hina di dalam hati mereka.
 
Seorang hamba terus-menerus melakukan maksiat, hingga maksiat tersebut terasa remeh dan kecil dalam hatinya. Itulah tanda-tanda kebinasaan. Dosa, jika terasa semakin kecil dalam hati seorang hamba, maka ia akan semakin besar di sisi Allah
 
Al Bukhari menyebutkan dalam Sahihnya dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Sesungguhnya seorang Mukmin melihat dosa-dosanya seolah-olah sedang berada di kaki gunung. Ia takut kalau gunung tersebut menimpanya. Adapun orang yang durhaka (fajir), melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya. Dia mengusirnya dengan tangannya –begini–, maka terbanglah lalat tersebut.” [HR. Bukhari no.5949 dan Muslim no.2744]
 
 
[Dikutip dari buku Ad-Daa’ wad Dawaa’, karya Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, Penerbit Pustaka Imam Syafi’i]
 
 
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Catatan Tambahan:
Perkataan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:
 
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ فِي أَصْلِ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ وَقَعَ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ بِهِ هَكَذَا فَطَارَ
 
“Sesungguhnya seorang Mukmin melihat dosa-dosanya seolah-olah sedang berada di kaki gunung. Ia takut kalau gunung tersebut menimpanya. Adapun orang yang durhaka (fajir), melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya. Dia mengusirnya dengan tangannya –begini–, maka terbanglah lalat tersebut.” [HR. At-Tirmidzi, no. 2497 dan disahihkan oleh Al-Albani]
Baca juga:
BERMAKSIAT TERUS MENERUS HINGGA TERASA REMEH