بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

BEGINILAH AJARAN TASAWUF (SUFI) MENGUBAH KEMURNIAN AKIDAH ISLAM

Ajaran Tasawuf Merusak Akidah Islam

Penulis: ‘Abdul Aziz bin ‘Abdullah al-Husaini

 

? Imam Syafi’i rahimahullah berkata:

“Seandainya seorang menjadi Sufi (bertasawwuf) di pagi hari, niscaya sebelum datang waktu Dzuhur, engkau tidak dapati dirinya, kecuali menjadi orang bodoh”. (al-Manaqib lil Baihaqi 2/207)

Wihdatul Mashdar menjadi salah satu ciri Ahlu Sunnah wal Jama’ah dalam penetapan Masaail Aqidah. Mereka hanya berlandaskan Misykatun Nubuwwah, wahyu dari Allah Azza wa Jalla , tidak memandang akal, qiyas dan Kasyf, sebagai bagian sandaran akidah. Justru tiga hal tersebut akan bertentangan banyak dengan nash al-Kitab dan Sunnah. Sehingga amat aneh bila ada orang yang mendahulukannya di atas hujjah-hujjah Alquran dan Hadis.

Nabi Muhammad ﷺ saja pernah menegur ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu dari sekedar melihat-lihat lembar Taurat [HR. Ahmad, al-Baihaqi, Ibnu Abi Ashim. Hadis hasan dengan berbagai jalur periwayatannya], yang sebelumnya merupakan kitab yang diturunkan dari langit, meski tidak telah dimasuki oleh tahrif-tahrif hasil penyelewengan tangan para pemuka agama mereka. Dan tentunya Taurat dalam konteks ini lebih afdhal daripada hasil qiyas akal manusia dan khayalan kalangan Sufi [Lihat Manhajul Istidlal ‘ala Masail al-I’tiqad ‘Inda Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah 1/41-42].

Seiring dengan perjalanan waktu, semakin jauh umat dari masa kenabian, muncullah berbagai keyakinan dan ideologi DARI LUAR Alquran dan Sunnah, yang mengintervensi Aqidah Islamiyyah. Sufi dengan ajaran Tasawufnya pun ikut menodai kejernihan dan keutuhan Aqidah Islamiyyah. Masuknya ideologi ini di tengah masyarakat menyebabkan terjadinya kegoncangan akidah, pada akidah kebanyakan umat Islam, pemikiran dan pandangan-pandangan mereka, dan secara otomatis menjauhkan mereka dari akidah yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ .

Inilah salah satu dampak buruk yang harus dirasakan, bila kekeliruan dan penyimpangan sangat dominan di masyarakat. Akhirnya khalayak menganggapnya sebagai kebenaran. Pihak yang menentangnya dipandang keluar dari al-haq. Dan lebih menarik lagi, bangsa Barat memberikan atensi besar pada pengajian khazanah ‘ilmiah’ Sufi, mencetak dan menyebarluaskannya, serta menerjemahkannya ke berbagai bahasa. Tiada lain karena mereka sudah mengetahui bahaya Tasawuf bagi Islam dan umat Islam, bukan dalam rangka mendukung Islam.

Wallahul musta’an.

⚠ Dibangun Di Atas Kedustaan

Kerusakan akidah bila ditampakkan dengan terang-terangan, pasti akan ditolak oleh manusia-manusia yang berfitrah lurus dan berakal sehat. Maka, sebagian tokoh (tarekat Sufi) ajaran ini memerkenalkan Tasawuf dengan slogan-slogan, visi dan misi yang menarik, agar mudah menggandeng manusia sebanyak mungkin. Menegaskan bahwa dakwah mereka sesuai dengan ajaran Islam. Misi mereka untuk menyucikan kalbu, membina akhlak dan seterusnya. Slogan-slogan menarik, guna mengelabuhi umat.

Seorang pemuka tarekat di Mesir, Mahmud as-Sathuhi menjelaskan, bahwa Tasawuf merupakan inti sari pengamalan ajaran Islam, mengamalkan Alquran dan Sunnah, berjihad melawan musuh dan hawa nafsu.(!!). Sebagian pemuka aliran Tasawuf bahkan memandang, bahwa seluruh Sahabat Nabi, generasi Tabi’in dan Tabi’it Tabi’in adalah pioner aliran Tasawuf, karena sikap zuhud dan semangat berjihad mereka. (!?).

Ungkapan-ungkapan di atas hanyalah KLAIM KOSONG dan pernyataan yang tidak mendasar. Seorang Muslim yang berilmu akan merasa keheranan dengan klaim-klaim (kosong tanpa bukti). Bagaimana mungkin mereka disebut mengikut Alquran dan Sunnah, serta menjadi para pengikut dan penerus generasi terbaik umat? Karena dari sisi akidah, terjadi perbedaan tajam antara akidah para Sahabat dan kalangan Tasawuf. Apalagi dengan akidah tokoh besar Sufi, semisal Ibnu Arabi.

Namun keheranan ini akan segera sirna, begitu mengetahui bahwa klaim-klaim palsu dan tuduhan-tuduhan asal-asalan, merupakan salah satu uslub (metode) memasarkan ajaran mereka dan menjauhkan umat dari kebenaran.

⚠ Benar-Benar Merusak Aqidah Islamiyah

Kekhawatiran terhadap ideologi Sufi tidak hanya lantaran kandungan penyelewengan akidah yang ada padanya, akan tetapi juga karena penyebarannya yang begitu luas di dunia Islam. Akibatnya, terbentuk semacam opini bahwa kebenaran adalah apa yang ada pada kaum Sufi (?!).

⏹Seperti pepatah Arab, Wabil mitsal yattadhihul maqal, – Dengan contoh, pernyataan akan bertambah jelas -, maka di sini akan disebutkan beberapa contoh, bagaimana ajaran Tasawuf mengubah kemurnian akidah Islam:

  1. Akidah Islam telah menetapkan Allah Azza wa Jalla menciptakan makhluk-makhluk-Nya dari ‘Adam (tidak ada sebelumnya), tidak dari Dzat-Nya dan bahwa semesta alam ini bukan Khaliq (Pencipta). Inilah akidah yang dibawa Alquran dan Hadis-hadis Nabi.

Sementara dalam kamus Sufi, diyakini bahwa segala yang ada di alam ini merupakan perwujudan Dzat Allah Azza wa Jalla dengan akidahnya yang dikenal dengan Wihdatul Wujud, Kesatuan Wujud.

  1. Akidah Islam berdasarkan nash-nash Alquran dan Hadis telah menentukan, bahwa Allah Azza wa Jalla berada di atas langit, bersemayam di atas Arsy, sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ

✳️ (Yaitu) Rabb yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas ‘Arsy [Thaha/20:5]

Sementara dalam ilmu Tasawuf diajarkan, bahwa Allah Azza wa Jalla berada di mana-mana.

  1. Akidah Islam menyatakan, bahwa kenabian mutlak merupakan keutamaan yang Allah Azza wa Jalla anugerahkan kepada insan yang Allah kehendaki. Kenabian dan kerasulan tidak datang melalui keinginan nabi dan rasul yang bersangkutan, atau atas permintaan mereka kepada Allah. Allah Azza wa Jalla berfirman:

اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ

✳️ Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat [al-Hajj/22:75]

Dalam hal ini, tokoh Sufi memandang kenabian dapat diraih melalui ketekunan melakukan Riyadhah. Sampai seorang tokoh Sufi, Ibnu Sab’in [Dia adalah ‘Abdul Haqq bin Ibrahim bin Muhammad bin Nashr bin Sab’in (613-668H), seorang pemuka golongan Sufi dan termasuk berkeyakinan Wihdatul Wujud] mengatakan: “Ibnu Aminah (Muhammad ﷺ) telah membatasi sesuatu yang lingkupnya luas, ketika mengatakan: “Tidak ada nabi sepeninggalku”.

  1. Akidah Islam menegaskan bahwa Nabi Muhammad ﷺ dan nabi serta rasul yang lain juga manusia-manusia seperti orang-orang yang lain, dan masih berkewajiban menjalankan syariat. Akan tetapi Allah Azza wa Jalla memilih mereka dan mengutamakan mereka, di atas kebanyakan orang sebagai utusan-utusan-Nya.

Adapun golongan Sufi berpandangan, bahwa Nabi Muhammad ﷺ sumber terciptanya makhluk-makhluk yang lain (keyakinan ini dikenal dengan Akidah Nur Muhammadi). Mereka pun membawakan hadis-hadis palsu yang menyatakan, jika tidak ada Muhammad ,maka alam semesta ini tidak akan pernah ada . Mereka pun memandang manusia, bila sudah mencapai derajat tertentu, tidak terkena kewajiban menjalankan syariat Islam.

  1. Sumber hukum akidah Islam hanya dua: Alquran dan Hadis shahih, tidak ada sumber ketiga atau keempat dan seterusnya…Sementara itu, kaum Sufi memiliki sumber akidah yang lain yang dikenal dengan istilah Al-Kasyf Dan Al-Faidh. Mereka secara nyata meyakininya sebagai landasan keyakinan.
  1. Akidah Islam menjunjung tinggi Tauhidullah dan datang untuk memberantas syirik dengan seluruh jenisnya, dan praktik penyembahan kepada selain Allah Azza wa Jalla . Sedangkan pada ajaran Tasawuf, praktik syirik sangat kentara dalam bentuk meminta kepada penghuni kubur, istighotsah kepada orang-orang yang telah mati, pengagungan kuburan dan lain-lain.
  1. Akidah Islam telah menetapkah, hanya Allah saja yang mengetahui alam gaib. Allah Azza wa Jalla berfirman:

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ

✳️ Katakanlah: “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan [an-Naml/27:65]

Dalam hal ini, kaum Sufi menyatakan, bahwa syaikh-syaikh tarekat memiliki kemampuan meneropong dan mengetahui alam gaib melalui jalan Kasyf. Dan menurut mereka lagi, mereka memeroleh ilmu itu dari Nabi Muhammad ﷺ .

Masih banyak keyakinan mereka lainnya yang jelas-jelas berseberangan dengan akidah yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad ﷺ .

⛔ Pendek kata, ajaran Tasawuf berdiri di atas landasan-landasan berikut:

  • Membagi agama menjadi lahir yang diketahui oleh orang-orang awam dan batin yang hanya dimengerti oleh kaum Khos (orang-orang khusus saja)
  • Memegangi Kasyf dan Dzauq dalam penetapan masalah-masalah akidah dan ibadah
  • Melegalkan praktik syirik, dan bahkan melakukan pembelaan untuknya
  • Menshahihkan hadis melalui jalan Kasyf
  • Beramal berdasarkan hasil mimpi
  • Beribadah dengan dasar Dzauq dan Wajd
  • Menyebarkan hadis-hadis lemah dan palsu dan mengamalkannya.
  • Membiasakan dzikir jama’i dan beribadah dengan menari-nari, diiringi oleh suara-suara alunan bunyi seruling dan alat-alat musik lainnya. Bahkan penulis kitab Ihya Ulumuddin menulis satu bab di dalamnya, dukungannya terhadap ‘ibadah’ dengan tarian dan music, disertai penjelasan tentang adab-adab dan menetapkan, bahwa musik lebih menggelorakan hati daripada Alquran dari tujuh aspek. [al-Ihya:2/325-328].

Demikian poin-poin prinsip akidah yang diajarkan dalam ilmu Tasawuf dan diyakini kalangan Sufi. Semoga Allah Azza wa Jalla menjauhkan kita dari segala kerusakan dalam keyakinan kita.

Wallahu a’lam.

 

[Dikutip dari at-Tauhid fi Masiratil ‘Amalil Islami bainal Waqi wal Ma`mul, ‘Abdul Aziz bin ‘Abdullah al-Husaini, pengantar Nashir bin ‘Abdul Karim al-‘Aql, Cet I, Th. 1419H, Darul Qasim. hlm. 25-33.]

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04-05/Tahun XV/1432H/2011. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

 

Sumber: https://almanhaj.or.id/3681-ajaran-Tasawuf-merusak-aqidah-islam.html