بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
BAHAYA DUSTA ATAS NAMA NABI
Pembahasan ini bermaksud menunjukkan bahayanya menyampaikan hadis-hadis palsu, yang tidak ada asal usulnya sama sekali dari Nabi ﷺ. Berdusta atas nama seseorang, walaupun bukan orang yang mulia, merupakan dosa besar. Lalu bagaimana jika berdusta atas nama Nabi ﷺ, yang perkataan dan perbuatannya merupakan syariat?
Mari kita simak hadis-hadis berikut ini yang berisi ancaman yang sangat berat dan mengerikan terhadap para pemalsu dan pendusta besar atas nama Rasulullah ﷺ. Dan untuk mereka, Allah jalla wa’ala telah menyediakan tempat tinggal berupa satu rumah di Neraka, yang di situ mereka akan diazab dengan azab yang besar. Hal ini disebabkan, karena berdusta atas nama Rasullah ﷺ adalah sebesar-besar dusta yang dilakukan oleh seorang manusia, sesudah dia berdusta atas nama Allah jalla wa’ala. Bahkan berdusta atas nama Rasulullah ﷺ terancap kafir, dan bisa mengeluarkan seorang Muslim dari ke-Islamannya.
Imam Adz Dzahabi dalam kitab beliau Al Kabair (mengenai dosa-dosa besar) berkata: “Berdusta atas nama Nabi ﷺ adalah suatu bentuk kekufuran yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam. Tidak ragu lagi, bahwa siapa saja yang sengaja berdusta atas nama Rasulullah ﷺ dalam menghalalkan yang haram, dan mengharamkan yang halal, berarti ia melakukan kekufuran. Adapun perkara yang dibahas kali ini adalah untuk bentuk dusta selain itu.”
Beberapa dalil yang dibawakan oleh Imam Adz Dzahabi adalah sebagai berikut:
Dari Al Mughirah, ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barang siapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di Neraka.” [HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 4]
Dalam hadis yang Shahih, Nabi ﷺ bersabda:
فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ بنيَ لَهُ بَيْتٌ فِي جَهَنَّمَ
“Barang siapa berdusta atas namaku, maka akan dibangunkan baginya rumah di (Neraka) Jahannam.” [HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir]
Imam Dzahabi juga membawakan hadis, Nabi ﷺ bersabda: “Siapa yang berkata atas namaku, padahal aku sendiri tidak mengatakannya, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di Neraka.”
Dalam hadis lainnya disebutkan pula:
يُطْبَعُ الْمُؤْمِنُ عَلَى الْخِلاَلِ كُلِّهَا إِلاَّ الْخِيَانَةَ وَالْكَذِبَ
“Seorang Mukmin memiliki tabiat yang baik, kecuali khianat dan dusta.” [HR. Ahmad 5: 252. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadis ini Dhoif]
Dari ‘Ali, Nabi ﷺ bersabda:
مَنْ رَوَى عَنِّى حَدِيثًا وَهُوَ يَرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبَيْنِ
“Siapa yang meriwayatkan dariku suatu hadis yang ia menduga bahwa itu dusta, maka dia adalah salah seorang dari dua pendusta (karena meriwayatkannya).” [HR. Muslim dalam muqoddimah kitab Shahihnya pada Bab “Wajibnya meriwayatkan dari orang yang tsiqoh -terpercaya-, juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 39. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadis ini Shahih]
Setelah membawakan hadis-hadis di atas, Imam Adz Dzahabi berkata:
“Dengan ini menjadi jelas dan teranglah, bahwa meriwayatkan hadis Maudhu’ dari perowi pendusta, (hadis palsu) TIDAKLAH dibolehkan.” [Lihat kitab Al Kabair karya Imam Adz Dzahabi, terbitan Maktabah Darul Bayan, cetakan kelima, tahun 1418 H, hal. 28-29]
Contoh Berdusta Atas Nama Allah dan Rasul-Nya ﷺ
Bentuk-bentuk berdusta atas nama Allah dan Rasul-Nya ﷺ secara sengaja ada banyak, di antaranya:
- Berkomentar atau menjawab dalam masalah agama tanpa ilmu yang benar, baik komentarnya (kebetulan) benar, apalagi jika salah.
Allah ta’ala berfirman menyebutkan empat jenis dosa yang menjadi penyebab timbulnya semua dosa (yang artinya): “Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) memersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu, dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah, apa yang tidak kalian ketahui.” [QS. Al-A’raf: 33]
Termasuk di dalamnya mengatakan mubah terhadap sesuatu yang dilarang dan sebaliknya. Atau mengatakan sunnah sesuatu yang wajib dan sebaliknya. Atau mengatakan haram sesuatu yang halal dan sebaliknya.
- Mengklaim bahwa dirinya didatangi oleh malaikat Jibril. Ini jelas kedustaan atas nama Allah ta’ala, karena Jibril itu hanya turun mendatangi manusia atas perintah Allah ta’ala.
- Mengklaim bahwa dia melihat Nabi ﷺ dalam mimpinya, padahal dia sendiri tidak mengetahui, bagaimana ciri-ciri fisik Rasulullah ﷺ.
- Mengklaim bahwa dia menerima suatu ajaran baru dari Allah atau Rasul-Nya ﷺ dalam mimpi.
- Meyakini atau berbuat bid’ah dalam agama, baik bid’ah berupa keyakinan, ucapan, maupun amalan. Baik dia yang menjadi pencetus bid’ah tersebut, maupun dia hanya sekadar ikut-ikutan.
- Menceritakan atau membenarkan hadis yang lemah sekali atau yang palsu, dengan meyakini bahwa Nabi ﷺ pernah mengucapkannya.
- Menceritakan atau menisbatkan suatu hadis dari Nabi ﷺ, padahal dia belum mengetahui keadaan sebenarnya dari hadis tersebut, apakah Shahih atau lemah.
- Beramal dengan hadis yang lemah apalagi yang palsu, baik dalam fadhail al-a’mal apalagi dalam masalah hukum-hukum.
- Menyebarkan pemikiran yang menyimpang lantas mengatasnamakan Islam, semisal mengatakan bom bunuh diri sebagai jihad dan semacamnya.
Semoga Allah memberi taufik dan hidayah.
Sumber:
Catatan Tambahan:
Dalam hadis lain, Nabi ﷺ menegaskan:
لَا تَكْذِبُوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فَلْيَلِجِ النَّارَ
“Janganlah kamu berdusta atasku. Karena sesungguhnya, barang siapa berdusta atasku, maka silakan dia masuk ke Neraka.” [HR. Al-Bukhari, no. 106 dan Muslim, no. 1]
Telah bersabda Rasulullah ﷺ: “Barang siapa yang membuat-buat perkataan atas (nama) ku yang (sama sekali) tidak pernah aku ucapkan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di Neraka”. [H.R. Ibnu Majah (No. 34) dan Imam Ahmad bin Hambal (2/321)]
Leave A Comment