بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

 

ARAFAH MELAHIRKAN ORANG-ORANG YANG TERBEBAS DARI NERAKA

Keutamaan Hari Arafah

Hari Arafah yang jatuh pada tanggal 9 Zulhijah setiap tahun merupakan salah satu hari yang paling utama sepanjang tahun. Bahkan dalam Madzhab Syafi’i disebutkan, bahwa jika ada orang yang mengatakan, ‘Istri saya jatuh talak pada hari paling utama’, maka talak tersebut jatuh pada Hari Arafah. [Lihat: Syarah Sahih Muslim karya an-Nawawi 3/477] Keistimewaan hari ini berdasarkan pada dalil umum dan khusus.

Dalil umum yaitu hadis Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهِنَّ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ الْعَشْرِ ». فقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ؟ قَالَ: “وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ”.

“Tidak ada hari-hari di mana amal saleh di dalamnya lebih dicintai Allah ﷻ daripada hari–hari yang sepuluh ini”. Para sahabat bertanya: “Tidak juga jihad di jalan Allah? Nabi ﷺ menjawab: “Tidak juga jihad di jalan Allah, kecuali orang yang keluar memertaruhkan jiwa dan hartanya, lalu tidak kembali dengan sesuatu pun.” [HR al-Bukhari no. 969 dan at-Tirmidzi no. 757, dan lafal ini adalah lafal riwayat at-Tirmidzi]

Maksudnya adalah sepuluh hari pertama bulan Zulhijah, yang merupakan rangkaian hari paling utama sepanjang tahun. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan:
“Siang hari sepuluh hari pertama bulan Zulhijah lebih utama daripada malam sepuluh terakhir bulan Ramadan. Dan malam sepuluh hari terakhir Ramadan lebih utama daripada malam sepuluh hari pertama Zulhijah.” [Al-Fatawa al-Kubra 2/477]. Hadis ini menunjukkan disyariatkannya memerbanyak amal saleh di sepuluh hari pertama bulan Zulhijah, dan Hari Arafah termasuk di dalamnya.

Adapun dalil khusus yang menunjukkan keistimewaan Hari Arafah di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Di hari ini Allah ﷻ paling banyak membebaskan manusia dari Neraka.

Ibunda kaum Mukminin, Aisyah radhiyallahu anha meriwayatkan bahwa Nabi ﷺ bersabda:

مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ: مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ ؟

“Tidak ada hari di mana Allah ﷻ membebaskan hamba dari Neraka, lebih banyak daripada Hari Arafah. Dan sungguh Dia mendekat lalu membanggakan mereka di depan para malaikat dan berkata: Apa yang mereka inginkan?” [HR. Muslim no. 1348]

Maksudnya, tidak ada yang mendorong mereka untuk meninggalkan negeri, keluarga, dan kenikmatan mereka (untuk menunaikan ibadah haji-red), kecuali ketaatan kepada Allah ﷻ dan pencarian rida-Nya. [Lihat: al-Mufhim (Syarah Sahih Muslim), 5/178]

2. Doa di Hari Arafah adalah doa terbaik

Abdullah bin Amr Radhiyallahu anhu meriwayatkan, dari Nabi ﷺ, sabda beliau ﷺ:

خَيْرُ الدُّعاءِ دُعاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَناَ وَالنَّبِيُّوْنَ مِنْ قَبْلِيْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Sebaik-baik doa adalah doa Hari Arafah. Dan sebaik-baik ucapan yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah:
Laa ilaHa illallaH wahdaHu laa syarika laH, laHul mulku walaHul hamdu wa Huwa ‘ala kul-li syai-in qodiir.” [HR. at-Tirmidzi no. 3585, dihukumi sahih oleh al-Albani]

3. Wukuf di Arafah merupakan Rukun Haji yang paling pokok

Nabi Muhammad ﷺ ditanya oleh sekelompok orang dari Nejed tentang haji, maka beliau ﷺ menjawab:

الْحَجُّ عَرَفَةُ

“Haji itu adalah Arafah.” [HR. at-Tirmidzi no. 889, an-Nasa’i no. 3016 dan Ibnu Majah no. 3015, dihukumi sahih oleh al-Albani]

Maksud hadis ini adalah, bahwa Wukuf di Arafah merupakan tiang haji dan rukunnya yang terpenting. Barang siapa meninggalkannya, maka hajinya batal. Dan barang siapa melakukannya, maka telah aman hajinya. [Lihat al-Fathur Rabbani karya as- Sa’ati 2/23, Tuhfatul Ahwadzi 3/540]

4. Puasa di Hari Arafah memiliki keutamaan yang besar

Puasa sehari ini menghapuskan dosa dua tahun, sebagaimana dijelaskan dalam hadis Abu Qatadah radhiyallahu anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ

“Puasa Hari Arafah, aku harapkan dari Allah bisa menghapuskan dosa setahun sebelumnya dan setahun setelahnya.” [HR. Muslim no. 1162]

Imam Malik rahimahullah meriwayatkan dalam al-Muwatha’ no. 944 dengan sanad yang lemah dari Nabi ﷺ hadis berikut:

مَا رُئِيَ الشَّيْطَانُ يَوْمًا هُوَ فِيهِ أَصْغَرُ وَلاَ أَدْحَرُ وَلاَ أَحْقَرُ وَلاَ أَغْيَظُ مِنْهُ فِي يَوْمِ عَرَفَةَ وَمَا ذَاكَ إِلاَّ لِمَا رَأَى مِنْ تَنَزُّلِ الرَّحْمَةِ وَتَجَاوُزِ اللَّهِ عَنْ الذُّنُوبِ الْعِظَامِ إِلَّا مَا أُرِيَ يَوْمَ بَدْرٍ

“Tidaklah setan pernah terlihat lebih kerdil, terjauhkan, hina, dan marah, daripada saat Hari Arafah. Dan itu tidak lain karena ia melihat turunnya rahmat dan pengampunan Allah atas dosa-dosa besar, kecuali apa yang ia lihat saat Perang Badar.”

Demikianlah, dalil-dalil ini cukup untuk menunjukkan keistimewaan Hari Arafah. Tidak hanya untuk para jamaah haji yang di hari itu memiliki agenda Wukuf di Arafah, kaum Muslimin yang lain juga memiliki kesempatan yang sama untuk mendulang pahala dan ampunan dari Sang Maha Pengampun. Semoga Allah ﷻ memberikan karunia-Nya kepada kita.

Ibadah yang Disyariatkan Untuk Jamaah Haji Selama di Arafah

Setiap tahun ada orang-orang yang terpilih untuk menunaikan ibadah haji. Di zaman sekarang, jutaan umat Islam berkumpul di Padang Arafah setiap tahunnya. Sebuah kenikmatan yang sungguh agung. Sebagai wujud syukur kepada Allah al-Mannan, sudah sepantasnya para jamaah haji mengisi hari mulia ini dengan sebaik mungkin sesuai dengan tuntunan Nabi ﷺ. Berikut ini adalah penjelasan tentang amalan Hari Arafah beserta dalilnya.

Setelah menjalankan sunnah bermalam di Mina pada Hari Tarwiyah (tanggal 8 Zulhijah) dan melakukan salat lima waktu di sana, para jamaah haji disunnahkan untuk menuju Arafah, begitu matahari terbit pada tanggal 9 Zulhijah. Hal ini berdasarkan penjelasan Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu:

فَلَمَّا كَانَ يَوْمُ التَّرْوِيَةِ تَوَجَّهُوا إِلَى مِنًى فَأَهَلُّوا بِالْحَجِّ وَرَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَصَلَّى بِهَا الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ ثُمَّ مَكَثَ قَلِيلاً حَتَّى طَلَعَتِ الشَّمْسُ

“Maka pada Hari Tarwiyah, mereka berangkat menuju Mina bertalbiyah haji. Dan Rasulullah ﷺ menaiki kendaraan lalu salat di sana Zuhur, Ashar, Magrib, Isya dan Subuh, kemudian menunggu sebentar sampai matahari terbit.” [HR. Muslim no. 1218]

Saat menuju Arafah disunnahkan memerbanyak Talbiyah dan Takbir. Ibnu Umar radhiyallahu anhuma meriwayatkan:

غَدَوْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ مِنًى إِلَى عَرَفَاتٍ مِنَّا الْمُلَبِّى وَمِنَّا الْمُكَبِّرُ.

“Kami berangkat di waktu pagi bersama Rasulullah ﷺ dari Mina ke Arafah. Di antara kami ada yang bertalbiyah dan ada yang bertakbir.” [HR. Muslim no. 1284]

Setibanya di Arafah, para jamaah haji bisa langsung menempati tempat mereka. Harus dipastikan bahwa tempat yang akan dipakai Wukuf merupakan bagian dari Arafah. Karena jika Wukuf di luar Arafah, Wukuf kita tidak sah. Sementara Wukuf adalah Rukun Haji, dan tidak bisa digantikan dengan dam atau sejenisnya. Jubair bin Muth’im radhiyallahu anhu meriwayatkan dari Rasulullah ﷺ, sabda beliau ﷺ:

كُلُّ عَرَفَاتٍ مَوْقِفٌ وَارْفَعُوا عَنْ بَطْنِ عُرَنَةَ

“Seluruh Arafah adalah tempat Wukuf, dan jauhilah tengah lembah ‘Uranah.” [HR. Ahmad no. 16.797, dihukumi sahih oleh al-Albani dan Syuaib al-Arnauth]

‘Uranah adalah sebuah lembah (wadi) yang terletak di dekat Masjid Namirah dari arah Makkah, dan tempat itu BUKAN bagian dari Arafah.[5]

Hadis ini menunjukkan, bahwa jamaah haji harus memastikan, bahwa tempat Wukuf mereka termasuk wilayah Arafah. Saat ini, batas Arafah ditandai dengan papan-papan besar dan tinggi yang bisa dilihat dari jauh.

Waktu Wukuf dimulai saat tiba waktu Zuhur, dan selesai dengan terbitnya fajar tanggal 10 Zulhijah. Jadi orang yang tidak dimudahkan untuk Wukuf di siang hari, masih bisa melakukannya di malam hari, dan Wukufnya sah. [Lihat: Nihayatul Mathlab 4/311]

Bagi jamaah haji yang terpaksa harus masuk Arafah sejak tanggal 8 Zulhijah, seperti sebagian besar jamah haji Indonesia, mereka bisa langsung bersiap Wukuf sebelum waktu Zuhur di tenda masing-masing.

Begitu waktu Zuhur tiba, disunnahkan untuk melakukan Salat Zuhur dan Asar dengan cara jamak dan qashar, masing-masing dua rakaat di awal waktu salat Zuhur, dengan satu azan dan dua iqamah, sebagaimana disebutkan dalam hadis Jabir radhiyallahu anhu berikut:

ثُمَّ أَذَّنَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعَصْرَ وَلَمْ يُصَلِّ بَيْنَهُمَا شَيْئًا

“Kemudian (Bilal) mengumandangkan azan lalu iqamah, maka (Rasulullah) salat Zuhur. Kemudian (Bilal) mengumandangkan iqamah, maka Rasulullah salat Ashar, dan tidak melakukan salat apapun di antara keduanya.” [HR. Muslim no. 1284]

Hikmahnya adalah agar setelah itu kita bisa memiliki waktu yang luas untuk berdoa dan berzikir, karena saat itu adalah waktu terbaik untuk berdoa. [Lihat: Nihayatul Mathlab 3/313]

Sebelum Salat Zuhur, disunnahkan bagi imam untuk menyampaikan khotbah tentang agama secara umum, dan penjelasan tentang amalan-amalan haji yang masih tersisa, sebagaimana dicontohkan Nabi ﷺ dalam hadis Jabir radhiyallahu anhu ini:

حَتَّى إِذَا زَاغَتِ الشَّمْسُ أَمَرَ بِالْقَصْوَاءِ فَرُحِلَتْ لَهُ فَأَتَى بَطْنَ الْوَادِى فَخَطَبَ النَّاسَ

“Sehingga saat matahari tergelincir, Nabi ﷺ memerintahkan agar unta al-Qashwa’ disiapkan. Maka ia pun dipasangi pelana, lalu beliau ﷺ mendatangi tengah lembah (Wadi ‘Uranah) dan berkhotbah. [HR. Muslim no. 1284]

Saat di Arafah, sebaiknya para jamaah haji tidak berpuasa, sebagaimana dicontohkan Nabi ﷺ dalam hadis Ummul Fadhl radhiyallahu anha berikut:

عَنْ أُمِّ الْفَضْلِ بِنْتِ الْحَارِثِ أَنَّ نَاسًا تَمَارَوْا عِنْدَهَا يَوْمَ عَرَفَةَ فِي صَوْمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ هُوَ صَائِمٌ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لَيْسَ بِصَائِمٍ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ وَهُوَ وَاقِفٌ عَلَى بَعِيرِهِ فَشَرِبَهُ

Dari Ummul Fadhl binti al-Harits radhiyallahu anha, bahwa orang-orang berselisih di dekatnya tentang puasa Nabi ﷺ. Sebagian mereka berkata bahwa beliau ﷺ puasa, dan sebagian lagi mengatakan tidak. Maka Ummul Fadhl radhiyallahu anha mengirimkan secangkir susu saat beliau ﷺ di atas unta, dan beliau ﷺ meminumnya.” [HR. al-Bukhari no. 1887 dan Muslim no. 1123]

Tidak berpuasa selama di Arafah, karena itu lebih mendukung ibadah dan amalan selama di sana.

Wukuf di Arafah merupakan pertemuan akbar umat Islam dalam ibadah mereka. Hal ini mengingatkan kita akan hari dikumpulkannya seluruh makhluk lintas zaman dan generasi di Padang Mahsyar. Mengingat hal ini, hendaknya setiap Muslim menyiapkan dirinya untuk menyambut kedatangan hari itu dengan amal saleh. [Lihat: Tabshîrun Nasîk, hlm. 121]

Hendaknya para jamaah haji memanfaatkan waktu sangat berharga di Arafah ini, yang hanya beberapa jam dengan banyak bertalbiyah, berzikir, dan sungguh-sungguh berdoa untuk kebaikan dunia dan Akhirat.

Seperti telah dijelaskan dalam pembahasan keutamaan Hari Arafah, doa pada hari ini adalah sebaik-baik doa. Dan sebaik-baik doa yang dipanjatkan hari itu adalah:

لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Laa ilaHa illallaH wahdaHu laa syarika laH, laHul mulku walaHul hamdu wa Huwa ‘ala kul-li syai-in qodiir.

Artinya:
Tidak ada Sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah semata. Tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan semesta, dan bagi-Nya segala puji. Dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Karena ini adalah doa terbaik, jamaah haji harus menghafalnya, lalu sebanyak dan sekhusyuk mungkin mengucapkannya selama Wukuf.

Teladanilah kesungguhan Nabi ﷺ dalam berdoa, sebagaimana digambarkan Usamah bin Zaid radhiyallahu anhu ketika beliau ﷺ berkata:

كُنْتُ رَدِيْفَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم بِعَرَفاَتٍ، فَرَفَعَ يَدَيْهِ يَدْعُوْ، فَمَالَتْ بِهِ نَاقَتُهُ، فَسَقَطَ خِطَامُهَا، فَتَنَاوَلَ الْخِطَامَ بِإِحْدَى يَدَيْهِ وَهُوَ رَافِعٌ يَدَهُ اْلأُخْرَى

“Aku dibonceng Nabi ﷺ di Arafah. Maka beliau ﷺ mengangkat kedua tangan beliau ﷺ untuk berdoa. Unta beliau miring, dan jatuhlah tali kekangnya. Lalu beliau ﷺ mengambil tali kekang itu dengan salah satu tangan beliau ﷺ, sementara tangan yang satu lagi tetap tengadah berdoa.” [HR. an-Nasai no. 3011, dihukumi sahih oleh al-Albani]

Hadis di atas menunjukkan, bahwa Nabi ﷺ berdoa sendiri dan tidak mengumpulkan para sahabat untuk berdoa bersama. Maka petunjuk beliaulah yang paling pantas diikuti. [Lihat: Asy-Syarhul Mumti’, 7/296]

Tidak ada doa khusus untuk Hari Arafah, dan jamaah haji bisa berdoa apa saja untuk kebaikan Akhirat dan dunia mereka. Tapi hendaknya mengutamakan doa-doa dari Alquran dan Sunnah yang sahih, karena doa-doa seperti ini merupakan jawami’ul kalim (kalimat yang pendek lafal tapi luas makna) dan dijamin selamat dari kesalahan. [Tabshirun Nasik, hlm.123]

Saran saya, susunlah proposal doa Anda dari jauh hari! Kumpulkanlah doa-doa terbaik untuk dipanjatkan di waktu yang sangat berharga ini, agar Anda bisa mengoptimalkan kesempatan yang belum tentu terulang dan tidak kekurangan bekal doa di sana. Jangan lupakan orang tua, keluarga, keturunan, dan orang-orang yang saudara cintai dalam doa terbaik ini.

Jangan sia-siakan satu menit pun dari waktu yang singkat ini untuk hal-hal yang kurang berguna! Jika lelah atau bosan, saudara bisa selingi dengan zikir dan baca Alquran, atau istirahat sejenak agar bisa segar lagi.

Hendaknya para jamaah haji tidak keluar dari Arafah kecuali setelah terbenam matahari, seperti petunjuk hadis Jabir tentang sifat Wukuf Nabi ﷺ:

فَلَمْ يَزَلْ وَاقِفًا حَتَّى غَرَبَتِ الشَّمْسُ وَذَهَبَتِ الصُّفْرَةُ قَلِيلاً حَتَّى غَابَ الْقُرْصُ

“Beliau masih terus Wukuf sampai matahari tenggelam. Warna kuning sedikit pergi, dan bola matahari tidak kelihatan lagi.” [HR. Muslim no. 1284]

Setelah matahari benar-benar terbenam, jamaah haji boleh meninggalkan Arafah untuk bemalam di Muzdalifah, dan menyelesaikan amalan-amalan haji selanjutnya.

Demikianlah rangkaian amalan yang disyariatkan untuk dilakukan oleh jamaah haji selama di Arafah. Jika kita melakukannya dengan ikhlas dan mengikuti petunjuk Nabi kita Muhammad ﷺ di sini dan di rangkaian amalan haji yang lain, insya Allah kita akan meraih haji yang mabrur. Dosa-dosa kita diampuni, dan doa-doa kita dikabulkan. Kita akan menjadi orang yang mendapatkan berkah Hari Arafah dengan terbebaskan dari api Neraka.

Kesalahan-kesalahan Jamaah Haji Selama di Arafah

Meski memiliki keistimewaan yang sangat besar, masih banyak umat Islam yang tidak menghargai keistimewaan ini. Sungguh ironis, masih banyak jamaah haji yang jatuh dalam kesalahan-kesalahan fatal saat beribadah di Arafah. Kesalahan-kesalahan ini disebabkan kekurangan ilmu, kurang motivasi dalam beramal, atau sikap tidak peduli. Para jamaah haji perlu mengetahui kesalahan-kesalahan ini agar bisa menghindarinya, dan bersyukur atas nikmat ilmu dan cinta Sunnah yang Allah ﷻ anugerahkan.

Di antara kesalahan-kesalahan yang sering terjadi selama Wukuf di Arafah adalah sebagai berikut:

• Wukuf di luar wilayah Arafah. Saat melakukan patroli, para dai dari Kementrian Agama Arab Saudi masih banyak menemukan jamaah haji yang melakukan Wukuf di luar Arafah. Padahal kesalahan ini jika tidak diluruskan mengakibatkan haji kita tidak sah. [Lihat: Nihayatul Mathlab 4/310]

• Keluar dari Arafah sebelum matahari terbenam. Wukuf adalah Rukun Haji, sedangkan melakukan Wukuf hingga matahari terbenam adalah salah satu kewajiban haji. Jika jamaah haji sudah keluar dari Arafah sebelum matahari terbenam dan tidak kembali lagi, maka ia telah meninggalkan salah satu kewajiban haji, dan harus membayar dam dengan meyembelih seekor kambing. [Lihat: Nihayatul Mathlab 4/311]

• Menyibukkan diri dengan naik Jabal Rahmat, berjalan-jalan, atau menuliskan prasasti di sana. Nabi kita Muhammad ﷺ sendiri tidak mendaki gunung ini saat Wukuf. Jadi barang siapa mendaki gunung dan meyakininya sebagai ibadah, maka itu adalah bidah. Jika menaikinya sebagai refreshing, maka hukumnya boleh, tetapi ada hal lain yang lebih baik dilakukan di kesempatan yang belum tentu terulang ini. [Lihat: asy-Syarhul Mumti’ 7/294]

Imamul Haramain al-Juwaini mengatakan: “Dan tidak ada nilai ibadah dalam menaiki gunung ini, meski orang-orang biasa melakukannya.” [Nihayatul Mathlab 4/311]

• Menghadap ke Jabal Rahmat saat zikir dan doa dan membelakangi Kiblat. Yang sesuai dengan sunnah adalah menghadap ke Kiblat saat berdoa, sebagaimana dijelaskan dalam hadis Jabir radhiyallahu anhu:

ثُمَّ رَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَتَّى أَتَى الْمَوْقِفَ فَجَعَلَ بَطْنَ نَاقَتِهِ الْقَصْوَاءِ إِلَى الصَّخَرَاتِ وَجَعَلَ حَبْلَ الْمُشَاةِ بَيْنَ يَدَيْهِ وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ

“Kemudian Rasulullah ﷺ berangkat hingga tiba di tempat Wukuf. Maka beliau jadikan perut unta beliau al-Qashwa di bebatuan (di belakang Jabal Rahmat), menjadikan rombongan pejalan kaki di depan beliau, dan menghadap Kiblat.” [HR. Muslim no. 1284]

Saat Wukuf, Nabi ﷺ menghadap Jabal Rahmat, tapi pada saat yang sama beliau juga menghadap Kiblat. Beliau menjadikan Jabal Rahmat dan Kakbah di arah depan beliau. Jika keduanya tidak bisa digabungkan, maka yang diutamakan adalah menghadap Kiblat, bukan gunung.

• Tidak mengoptimalkan zikir dan doa, tapi malah banyak ngobrol dan bercanda. Hal ini sangat disayangkan, mengingat keistimewaan Hari Arafah dan singkatnya waktu Wukuf. Saat Anda menempati tempat Wukuf Anda, ingatlah bahwa ada jutaan umat Islam yang menginginkan tempat itu. Namun mereka tidak bisa mendapatkannya karena tidak memiliki biaya, tidak memiliki kondisi fisik yang memungkinkan, atau sebab lain. Dan Andalah yang dipilih Allah. Maka jangan sia-siakan kesempatan emas ini dengan obrolan dan canda tawa!

• Menyibukkan diri dengan berfoto ria selama di Arafah. Terlepas dari perselisihan para Ulama dalam masalah hukum foto makhluk bernyawa, foto-foto ini bisa menjadi pintu masuk setan untuk menjerumuskan Anda ke dalam kubangan riya’ (beramal agar dilihat dan dipuji orang lain) yang membuat ibadah haji Anda sia-sia. Sebisa mungkin tutuplah ibadah mulia ini dari pandangan manusia, sehingga hanya Allah ﷻ yang tahu. Karena hanya dari-Nyalah kita mengharap pahala.

• Merokok. Kebiasaan buruk ini sayang sekali masih kadang dilakukan jamaah haji saat menjalankan rukun terpenting ibadah haji.

• Menghibur diri atau mencari kekhusyukan dengan alunan musik.

• Bersolek. Agama kita melarang wanita bersolek saat keluar rumah. Larangan ini menjadi lebih tegas jika dilakukan saat menjalankan ibadah haji dan berada di Tanah Suci. Demikian pula dengan dua kesalahan yang sebelumnya. Jika kita melakukannya, masihkah kita berharap Haji Mabrur, sedangkan syaratnya adalah meninggalkan kefasikan dan maksiat selama menjalankan ibadah ini?
Itulah beberapa contoh kesalahan yang sering terjadi selama di Arafah. Masih banyak lagi kesalahan yang lain yang harus dihindari jamaah haji. Namun apa yang disebutkan di atas cukup sebagai isyarat kepada kesalahan-kesalahan yang lain.

Akhirnya kita berdoa, semoga Allah menunjukkah kebenaran sebagai kebenaran, dan kita bisa mengikutinya. Dan semoga Allah menunjukkan kesalahan sebagai kesalahan, dan kita bisa meninggalkannya. Sungguh Dialah Yang Maha Mendengar. Dialah harapan kita. Dan cukuplah Dia bagi kita. Wallahu a’lam.

Referensi:
• Asy-Syarhul Mumti’, Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin, Dar Ibnil Jauzi.
• Al-Mughni, Ibnu Qudamah, Dar ‘Alamil Kutub.
• Tabshirun Nasik bi Ahkamil Manasik, Syaikh Abdul Muhsin al-‘Abbad.
• Syarah Sahih Muslim, an-Nawawi, Darul Khair.
• Nihayatul Mathlab fi Dirayatil Madzhab, Imamul haramain al-Juwaini, Darul Minhaj.

 

Sumber: https://almanhaj.or.id/36056-arafah-melahirkan-orang-orang-yang-terbebas-dari-neraka.html

 

══════

 

Mari sebarkan dakwah sunnah dan meraih pahala. Ayo di-share ke kerabat dan sahabat terdekat! Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: +61 405 133 434 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Email: [email protected]
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat