Apakah Makna Rahmatan Lil ‘Alamin?

Islam bukan untuk kepentingan suatu bangsa atau suku, melainkan rahmat untuk semua lapisan manusia,bahkan juga untuk kelompok jin yang beriman. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّرَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS al-Anbiya’ [21]: 107)

Al-Hafizh Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini, “Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam rahmat untuk alam semesta, maksudnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus beliau agar semua manusia mendapatkan rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Siapa saja yang menerima rahmat dan mau mensyukuri nikmat ini, dia pasti bahagia hidupnya di dunia dan di Akhirat. Sebaliknya, barang siapa menolak nikmat ini dan mengingkarinya, dia pasti celaka di dunia dan di Akhiratnya.” (Tafsir Ibn Katsir 5/385)

Itulah makna rahmatan lil ‘alamin. Maknanya bukan seperti penafsiran pengusung “Islam Nusantara” bahwa rahmatan lil ‘alamin artinya Islam bisa menerima semua budaya daerah atau suku masing-masing, seperti Islam tidak perlu mempermasalahkan hari raya ketupat, takbir hari raya disertai alat musik; budaya pesta pernikahan wanita dicukur alisnya, memakai bulu mata palsu dan rambut palsu; pria mencukur jenggotnya; kedua mempelai didudukkan di kursi ditonton oleh pengunjung; belum lagi adat Minang, adat Sunda, dan adat lainnya. Jika perkara ini kita teliti dengan ilmu syar‘i, tentu banyak penyimpangannya, tidak bisa diterima oleh ajaran Islam karena melanggar syariat Allah.

Islam agama yang universal. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam untuk menyebarkan Islam kepada seluruh umat manusia. Karena sumbernya sama, ajaran Islam sedunia sama. Maka dari itu, ketika ada orang yang memiliki kerangka ajaran yang berbeda, berarti itu bukan Islam ajaran beliau. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَمَآأَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَآفَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلَمُونَ

“Aku tidak mengutus kamu, melainkan untuk umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS Saba’ [34]: 28)

Al-Hafizh Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam diutus untuk seluruh makhluk yang mukalaf, baik orang Arab maupun luar Arab. Hanya, yang paling mulia di antara mereka adalah yang paling taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Tafsir Ibn Katsir 6/518)

 

http://abiubaidah.com/pilih-islam-yang-mananusantaraataukah-timur-tengah.html/