بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 
APA YANG ALLAH TETAPKAN, ITULAH YANG TERBAIK
>> Bukan pada yang kita inginkan
 
Meski tentunya bisa saja yang kita inginkan itu juga yang Allah tetapkan. Tapi ingat, saat yang Allah tetapkan untuk kita berbeda dengan yang kita inginkan, itu BUKAN karena Allah semata ingin menggagalkannya. Tapi karena Allah tahu, bahwa yang terbaik untuk kita bukan pada sesuatu yang kita inginkan itu, tapi pada hal yang DIA TETAPKAN.
 
Asy-Syaikh Muhammad Ali Adam al-Ityubi berkata:
 
فإن الله عز وجل هو قسّم الأرزاق، والمعيشة حسب مقتضى حكمته، فلا ينبغي للعبد النظر إلى غيره؛ لأنه يؤديه إلى ازدراء ما رزقه الله تعالى على مقتضى حكمته، وحكمه، قال الله تعالى: وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ [البقرة : 216] وقال تعالى: فَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا [النساء : 19]
 
“Sesungguhnya Allah ialah yang membagikan rezeki dan penghidupan sesuai dengan tuntutan hikmah-Nya. Tidak layak seorang hamba melihat pada orang lain. Sebab hal itu akan membuatnya menganggap remeh rezeki yang sudah Allah berikan kepadanya, berdasarkan hikmah dan hukum-Nya.
Allah ﷻ berfirman:
 
وَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
 
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu. Allah yang mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [QS. Al-Baqarah: 216]
 
Dan Allah ﷻ berfirman:
 
فَعَسَىٰ أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللَّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
 
“Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” [QS. An-Nisa’: 19] [Al-Bahr al-Muhith ats-Tsajjaaj, XLV/78]
 
Maka berhentilah membandingkan keadaan diri kita dengan orang lain, karena Allah yang paling paham apa yang paling pas buat kita.
 
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
 
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ
 
“Pandanglah orang yang berada di bawah kalian, jangan memandang yang ada di atas kalian. Hal itu lebih layak membuat kalian tidak mengingkari nikmat Allah yang ada pada kalian.” [HR. Al-Bukhari (6490) dan Muslim (2963) dan ini lafal beliau]
 
Asy-Syaikh Abdullah al-Bassam rahimahullah mengatakan:
 
الطمأنينة القلبية لا تحصل إلاَّ بحسن النظر، والقناعة بما قسم الله للعبد، فإذا قنع نفسه، وألهم شعوره بنعم الله تعالى عليه، حصلت له راحة نفسية، وطمأنينة قلبية
 
“Ketenangan hati tidak akan tercapai kecuali dengan memiliki cara pandang yang baik, dan merasa cukup dengan rezeki yang Allah bagikan untuk hamba. Jika seseorang membuat dirinya merasa cukup dan mengingatkan perasaannya dengan nikmat-nikmat Allah yang ada padanya, maka saat itu dia akan merasakan ketentraman jiwa dan ketenangan hati.” [Taudhih al-Ahkam, VII/288]
 
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah berkata:
 
لأنه إذا نظر إلى مَن فوقه في الدنيا تعب، وربما استحلَّ ما حرَّم الله، وأخذ بالشبهات، واجترأ على المحارم
 
“Jika dia melihat pada orang yang di atas dalam hal dunia, maka dia akan capek. Bahkan terkadang, (demi mendapatkan yang dia mau), dia akan:
• Menghalalkan yang Allah haramkan,
• Mengambil yang syubhat (tidak jelas halalnya), dan
• Berani melakukan perbuatan-perbuatan haram.” [Syarah A’lam al-Muwaqqi’in, no. 4 dari situs beliau]
 
Artinya, agamanya bisa saja dia jual demi mewujudkan yang dia inginkan. Dan obsesi itu berawal dari melihat milik orang.
 
Imam ash-Shan’ani rahimahullah mengatakan:
 
وما من مبتلى في الدنيا بخير أو شر إلا ويجدُ مَنْ هو أعظم منه بليةً
 
“Tidak ada seorang pun yang diuji di dunia, apakah dengan kebaikan atau keburukan, kecuali pasti dia dapat temukan orang yang musibahnya lebih berat daripada dia.” [Subul as-Salam, VIII/138]
 
Hal yang mirip disampaikan oleh Asy-Syaikh Abdullah al-Bassam:
 
فإنَّ العبد مهما افتقر، فسيجد من هو أفقر منه، ومهما مرض فسيرى من هو أشد منه مرضًا، وإنْ كان ذا عاهة، فسيجد من هو أعظم منه عاهة، وأشد بلاءً، فإذا أمعن النظر، فسيجد أنَّ الله تعالى فضَّله على كثيرٍ ممَّن خلق تفضيلا.
 
“Sesungguhnya sefakir apapun seseorang, maka dia akan dapati orang yang lebih fakir lagi daripada dia. Bagaimana pun sakit yang diderita seseorang, maka dia akan melihat orang yang lebih parah sakitnya daripada dia. Jika dia memiliki cacat fisik, maka dia akan menemukan orang yang lebih besar cacatnya daripada dia dan lebih berat cobaannya. Bila seseorang merenungi hal ini, maka dia akan dapati bahwa Allah telah memberikan banyak kelebihan pada dirinya, di atas banyak makhluk Allah yang lain.” [Taudhih al-Ahkam, VII/288]
 
Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah mengatakan:
 
فما من فقير إلا وهناك من هو أفقر منه، وما من مريض إلا وهناك من هو أشد مرضًا منه، وما من ذي جاه إلا وهناك من هو أقل جاها منه، وهكذا المسائل الأخرى
 
“Tidak ada satu orang fakir pun, melainkan di sana ada yang lebih fakir darinya.
Tidak satu orang sakit pun, kecuali di sana ada yang lebih parah sakitnya.
Tak seorang pun yang punya kedudukan, kecuali di sana ada yang kedudukannya lebih rendah darinya. Dan demikian juga masalah masalah lain.” [Syarah Kitab al-Jami’, hlm. 32]
 
Abu Qilaabah Abdullah bin Zaid al-Jarmiy adalah seorang tabiin yang menjelang akhir kehidupannya buntung tangan dan kakinya, pendengaran dan penglihatannya berkurang. Beliau ditinggal dalam kemah sendirian, karena anak yang mengurus beliau sedang pergi mencari makan. Namun di tengah segala keterbatasan itu, orang di luar kemah mendengar beliau melantunkan doa berbalut syukur kepada Allah:
 
اللَّهُمَّ أَوْزِعْنِى أَنْ أَحْمَدَكَ حَمْدًا أُكَافِىء بِهِ شُكْرَ نِعْمَتِكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ بِهَا عَلَيَّ وَفَضَّلْتَنِى عَلَى كَثِيْرٍ مِمَّنْ خَلَقْتَ تَفْضِيْلَ
 
Ya Allah, berikanlah aku bagian untuk memuji-Mu dengan pujian yang mencukupi syukur terhadap nikmat yang Engkau berikan kepadaku, dan karena Engkau telah memberikan aku kelebihan dibandingkan banyak makhluk yang lain.” [ats-Tsiqoot karya Ibnu Hibban (5/3)]
 
Semoga kita menjadi hamba-hamba-Nya yang selalu rida menerima ketetapan-Nya.
 
 
Dan selainnya
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: +61 (450) 134 878 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Website: https://nasihatsahabat.com/
Twitter: @NasihatSalaf
Facebook: https://www.facebook.com/nasihatsahabatcom/
Instagram: NasihatSahabatCom
Telegram: https://t.me/nasihatsahabat
Pinterest: https://id.pinterest.com/nasihatsahabat
Baca juga:
APA YANG ALLAH TETAPKAN, ITULAH YANG TERBAIK