بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

#TazkiyatunNufus

AMALAN UNTUK MERAIH RAHIQUL MAKHTUM, PAKAIAN HIJAU DAN BUAH DI SURGA

Mau tahu amalan untuk meraih Rahiqul Makhtum, pakaian hijau dan buah di Surga? Dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata, dari Nabi ﷺ bersabda:

أَيُّمَا مُسْلِمٍ كَسَا مُسْلِمًا ثَوْبًا عَلَى عُرْىٍ كَسَاهُ اللَّهُ مِنْ خُضْرِ الْجَنَّةِ وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ أَطْعَمَ مُسْلِمًا عَلَى جُوعٍ أَطْعَمَهُ اللَّهُ مِنْ ثِمَارِ الْجَنَّةِ وَأَيُّمَا مُسْلِمٍ سَقَى مُسْلِمًا عَلَى ظَمَإٍ سَقَاهُ اللَّهُ مِنَ الرَّحِيقِ الْمَخْتُومِ

“Muslim mana saja yang memberi pakaian orang Islam lain yang tidak memiliki pakaian, niscaya Allah akan memberinya pakaian dari hijaunya Surga. Muslim mana saja yang memberi makan orang Islam yang kelaparan, niscaya Allah akan memberinya makanan dari buah-buahan di Surga. Lalu Muslim mana saja yang memberi minum orang yang kehausan, niscaya Allah akan memberinya minuman Ar-Rahiq Al-Makhtum (khamr yang dilak).” [HR. Abu Daud, no. 1682; Tirmidzi, no. 2449. Al-Hafizh Abu Thahir menyatakan bahwa sanad hadis ini Dha’if dikarenakan dalam sanadnya terdapat perawi yang dikenal Mudallis [1] yaitu Abu Khalid Ad-Daalani. Hadis ini punya penguat yang juga Dha’if sekali dalam riwayat Tirmidzi]

Hadis di atas adalah hadis Dha’if, namun punya makna yang benar. Yaitu setiap orang yang beramal akan dibalas dengan semisalnya pada Hari Kiamat. Allah ta’ala berfirman:

جَزَاءً مِنْ رَبِّكَ عَطَاءً حِسَابًا

“Sebagai pembalasan dari Rabbmu dan pemberian yang cukup banyak.” [QS. An-Naba’: 36]

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” [QS. Ar-Rahman: 60]

Ada tiga amalan yang disebutkan di sini:

  • Memberi pakaian pada orang yang telanjang, termasuk yang belum menutupi aurat.
  • Memberi makan pada orang yang lapar.
  • Memberi minum pada orang yang kehausan.

Balasannya apa?

  • Untuk yang memberi pakaian, mendapatkan pakaian hijau di Surga.
  • Untuk yang memberi makan, mendapatkan buah-buahan di Surga.
  • Untuk yang memberi minum, mendapatkan Ar-Rahiq Al-Makhtum (khamar yang dilak) di Surga.

Disebutkan dalam ayat Alquran tentang pakaian penduduk Surga berwarna hijau:

أُولَئِكَ لَهُمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِيَابًا خُضْرًا مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ نِعْمَ الثَّوَابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا

“Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka Surga ‘Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya. Dalam Surga itu mereka dihiasi dengan gelang mas, dan mereka memakai pakaian hijau dari sutra halus dan sutra tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah.” [QS. Al-Kahfi: 31]

عَالِيَهُمْ ثِيَابُ سُنْدُسٍ خُضْرٌ وَإِسْتَبْرَقٌ وَحُلُّوا أَسَاوِرَ مِنْ فِضَّةٍ وَسَقَاهُمْ رَبُّهُمْ شَرَابًا طَهُورًا

“Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal, dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Rabb mereka memberikan kepada mereka minuman yang bersih.” [QS. Al Insan: 21]

Adapun Ar-Rahiq Al-Makhtum adalah khamr di Surga atau minuman di Surga. Ar-Rahiq sendiri adalah khamar yang murni, atau minuman yang masih asli, tidak mungkin dipalsukan. Adapun al-Makhtum artinya dilak, atau dikunci, yang hanya bisa dibuka oleh pemiliknya. Menunjukkan, bahwa minuman tersebut adalah minuman yang sangat spesial. Ada juga yang menyatakan, bahwa minuman tersebut ditutup dengan minyak misk. Sungguh kenikmatan luar biasa. Pengertian ini disebutkan dalam kitab ‘Aun Al-Ma’bud, 5: 77. Pembahasan lainnya bisa dilihat dalam kitab Minhah Al-‘Allam karya Syaikh ‘Abdullah Al-Fauzan, 4: 474-475.

Semoga dengan mengetahui hadis di atas dan ayat-ayat yang dikaji, kita semakin semangat untuk memberi makan, memberi minum dan pakaian kepada orang yang butuh.

Semoga Allah beri taufik.

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal

 

Catatan Kaki:

[1] Hadis Mudallis adalah hadis yang di mana seorang perawi menyembunyikan aib dalam isnad (sanad) dan menampakkan seolah-olah itu bagus. Misalnya seorang perawi menyebut bahwa ia mendapatkan hadis dari seorang guru, padahal ia tidak mendengar langsung dan ia tidak menegaskan kalau ia tidak mendengar langsung. Lihat penjelasan dalam Taysir Mustholah Al-Hadis, hlm. 96-97.

 

Sumber: https://rumaysho.com/15719-amalan-untuk-meraih-rahiqul-makhtum-pakaian-hijau-dan-buah-di-Surga.html